BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan nasional Bangsa Indonesia sesuai pembukaan Undang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009).

KERANGKA ACUAN KERJA UNIT OBAT

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pemerintah telah menetapkan pola dasar pembangunan yaitu. pembangunan mutu sumberdayamanusia(sdm) di berbagai

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 menyatakan bahwa. upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta

nasional. Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai kebutuhan. Untuk itu

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilakukan

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu aspek dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2013 telah tersedia Puskesmas, sekitar Puskesmas

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan, serta pemeliharaan

2. Pembangunan Kesehatan Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

PENDAHULUAN. atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP WATUMALANG NOMOR :.../.../.../2013 TENTANG PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan. iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes, RI., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta memiliki satu Instalasi gudang farmasi kota (Dinkes Kota Solok, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperbaiki kualitas suatu organisasi atau instansi. Penggunaannya tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Tujuan pembangunan. yang produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes RI,2009).

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI PUSKESMAS TEGALSARI UPTD PUSKESMAS TEGALSARI Jl. KH syafa at No. 09 Telp (0333) Tegalsari

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CIBALIUNG JL. Raya Cimanggu- Cibaliung Km. 10 Desa Sukajadi Kab. Pandeglang Pos, 42285

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi dan sekaligus merupakan investasi untuk keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

PENGALAMAN DAN TANTANGAN MANAJEMEN OBAT DAN VAKSIN DI RSUD DR ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI DALAM ERA JKN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya kesehatan masyarakat harus benar-benar mendapatkan perhatian,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung dengan tujuan agar

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS WONOMERTO Jalan Bantaran 853 Patalan Kecamatan Wonomerto, Telp. (0335) PROBOLINGGO 67253

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BEJEN NOMOR : TENTANG PERESEPAN, PEMESANAN, DAN PENGELOLAAN OBAT KEPALA PUSKESMAS BEJEN,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. keluarga, kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penggunaan obat yang tidak rasional sering dijumpai dalam praktek sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi kedokteran. Apapun teknologi kedokterannya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan

TUGAS DRUGS MANAGEMENT MAKALAH MEMAHAMI KUALITAS OBAT DAN DRUG ASSURANCE PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB VI PENUTUP. korelasi sebesar 72,2%, variabel Pelayanan informasi obat yang. mendapat skor bobot korelasi sebesar 74,1%.

BAB 1 PENDAHULUAN. berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya

Pengalaman dan Tantangan Manajemen Obat dan Vaksin Puskesmas Di Era JKN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/068/I/2010 TENTANG

PEMERINTAH KOTA MAGELANG RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mencapai tujuan nasional Bangsa Indonesia sesuai pembukaan Undang Undang Dasar 1945 yaitu mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat indonesia. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk mensejahterakan kehidupan rakyat. Pembangunan kesehatan merupakan usaha untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, sesuai dengan pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai sebuah investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mendukung pembangunan ekonomi, serta memilki peran penting dalam upaya pengentasan kemiskinan. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.(kemenkes RI, 2015). Untuk dapat 1 1

2 mewujudkan keadaan tersebut, salah satu diantaranya yang mempunyai peranan yang cukup penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) meningkatnya pengendalian penyakit, (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. (Kemenkes RI, 2015) Salah satu fasilitas kesehatan primer adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas merupakan sebuah organisasi di bawah Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang berfungsi menyediakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di tingkat kecamatan atau daerah. Pelayanan yang ditawarkan bersifat menyeluruh, terpadu, dapat diterima dan dijangkau oleh masyarakat. Ratarata jumlah penduduk yang memperoleh pelayanan sebuah puskesmas biasanya mencapai 25,000-30,000 orang dalam sebuah wilayah pelayanan (Depkes RI, 2001)

3 Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan dasar tingkat pertama (fasilitas kesehatan primer) memberikan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Ini berarti puskesmas harus berusaha menyediakan pelayanan kesehatan tingkat dasar yang bersifat holistik, komprehensif, terpadu dan terus menerus kepada masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan. Menurut panduan penyelenggaraan puskesmas di era desentralisasi, pembangunan kesehatan Indonesia mewujudkan lingkungan dan gaya hidup yang sehat, memiliki upaya untuk mencapai taraf pelayanan kesehatan yang berkualitas, adil, dan menyeluruh menuju pencapaian derajat kesehatan yang sangat tinggi (Depkes RI, 2001). Untuk dapat melaksanakan pelayanan Kesehatan dasar di puskesmas harus didukung dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu. Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai (perencanaan kebutuhan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatatan, pelaporan dan pengarsipan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan) dan pelayanan farmasi klinik (pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, ronde/visite pasien (khusus puskesmas rawat inap), pemantauan dan pelaporan efek samping bat, pemantauan terapi obat, dan evaluasi penggunaan obat). (Kemenkes RI, 2014). Untuk mencapai pelayanan kefarmasian yang bermutu maka perencanaan dan pengadaan obat harus dikelola dengan baik.

4 Obat merupakan salah satu intervensi kesehatan yang paling nyata dan paling dirasakan oleh pasien yang berkunjung ke puskesmas. Untuk itu tidak boleh ada hambatan bagi pasien untuk mengakses obat yang dibutuhkan, sehingga obat perlu dikelola dan didistribusikan dengan baik Puskesmas merupakan unit pelayanan teknis dinas (UPTD) dalam menjalankan fungsinya yaitu melaksanakan pelayanan kesehatan dasar secara langsung kepada masyarakat salah satunya adalah kegiatan pelayanan pengobatan. Pelayanan pengobatan di puskesmas harus didukung dengan ketersedian obat. Untuk mengetahui jenis dan jumlah obat yang dibutuhkan, puskesmas harus dapat menyusun perencanaan kebutuhan obat yang selanjutnya diserahkan ke Dinas Kesehatan/Kota. Sebab hal ini akan berkaitan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam upaya memenuhi kebutuhan obat untuk pelayanan kesehatan dasar untuk semua puskesmas di wilayah kerjanya. Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan obat perlu dilakukan upaya proses perencanaan yang akurat dan dapat dipercaya guna memenuhi kebutuhan obat di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Guna menjamin ketersediaan kebutuhah obat untuk pelayanan kesehatan tersebut, pemerintah telah mengatur melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1121/ Menkes/SK/ XII/2008/ Tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar Sebagai acuan dalam melaksanakan pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan di Kabupaten/ Kota.

5 Dinas kesehatan Kota Padangsidimpuan sebagai unit pelaksana teknis (UPT) yang bertanggung jawab di sektor kesehatan di kabupaten/kota harus memiliki kemampuan menjalankan fungsi manajemen terutama fungsi perencanaan dan penganggaran, sehingga program dan kegiatan kesehatan dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan selaku pelaksana teknis bidang pembangunan kesehatan membawahi 9 puskesmas (2 puskesmas rawat inap dan 7 puskesmas rawat jalan) dan 41 puskesmas pembantu (Pustu) pada 6 kecamatan harus mampu memenuhi kebutuhan obat publik pada setiap puskesmas. Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti pada bulan februari 2015 di Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan peneliti menemukan data perencanaan obat yang diusulkan oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan belum semua obat yang direncanakan oleh puskesmas di setujui oleh Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan. Dari perencanaan obat yang diusulkan tersebut ada beberapa jenis obat yang jumlahnya lebih sedikit dan ada juga yang melebihi dari apa yang direncanakan oleh puskesmas. Hal ini menunjukan bahwa proses perencanaan kebutuhan obat di tingkat Puskesmas masih dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan sebenarnya oleh Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan. Data ketersediaan obat di Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan, tahun 2012, 2013 dan 2014 peneliti juga menemukan ada beberapa jenis obat diakhir tahun sudah terpakai semuanya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kekosongan obat di awal tahun berikutnya sedangkan kedatangan obat yang direncanakan biasanya

6 sampai ke Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan adalah di petengahan tahun. Hal ini menunjukkan bahwa ada masalah dalam perencanaan obat yang dilakukan sehingga sering terjadi kekosongan obat. Disamping itu peneliti juga menemukan ada beberapa jenis obat di tahun 2013 seperti albendazole dan dextromethorpan tidak digunakan sama sekali mulai dari awal tahun sampai dengan akhir tahun. (Data ketersediaan obat Gudang Farmasi Kesehatan Kota Padangsidimpuan). Perencanaan yang diusulkan oleh puskesmas ini sangat berpengaruh terhadap perencanaan kebutuhan obat di Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan. Perencanaan yang kurang akurat dari puskesmas ini menyebabkan Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan akan kesulitan dalam menentukan perencanaan obat yang optimal untuk memenuhi pasokan ke semua puskesmas sehingga sering terjadi kekosongan obat di puskesmas. Suatu penelitian tentang mutu pelayan farmasi di Kota Padang dalam Umi Athijah, dkk (2010) menemukan bahwa kurang dari 80% puskesmas melakukan perencanaan kebutuhan obat belum sesuai dengan kebutuhan sesungguhnya, sehingga terdapat stok obat yang berlebih tapi di lain pihak terdapat stok obat yang kosong. Selain itu perencanaan belum mempertimbangkan waktu tunggu, sisa stok, waktu kekokosongan obat, serta daftar Obat Esensial Nasioanal (DOEN) dan pola penyakit. Pengelola obat di puskesmas melakukan permintaan obat dengan hanya memperhitungkan jumlah pemakaian obat pada priode sebelumnya ditambah dengan 10-30%, artinya pengelola obat tidak pernah menghitung stok optimum yang menjadi

7 dasar permintaan obat ke gudang farmasi sehingga kesinambungan ketersediaan jumlah dan jenis obat di puskesmas tidak terjamin. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan tersebut perlu dikaji dan ditemukan upaya pemecahannya. 1.2 Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana kebutuhan obat publik di pelayanan kesehatan dasar puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan. 2. Data dasar apa saja yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan obat publik untuk pelayanan kesehatan dasar puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan. 3. Bagaimana proses perencanaan kebutuhan obat publik untuk pelayanan kesehatan dasar puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan. 4. Bagaimana pengadaan obat public untuk pelayanan kesehatan dasar puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan. 5. Bagaimana pemenuhan kebutuhan obat public untuk pelayanan kesehatan dasar puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan.

8 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana kebutuhan obat publik di pelayanan kesehatan dasar puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan. 2. Untuk mengetahui data dasar yang digunakan dalam perencanan kebutuhan obat publik untuk pelayanan kesehatan dasar puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan 3. Untuk mengetahui proses perencanaan kebutuhan obat publik untuk pelayanan kesehatan dasar puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan 4. Untuk mengetahui bagaimana pengadaan obat publik untuk pelayanan kesehatan dasar puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan 5. Untuk mengetahui bagaimana pemenuhan kebutuhan obat publik untuk pelayanan kesehatan dasar puskesmas di wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan

9 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan bermanfaat bagi; 1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan dan Puskesmas di wilayah kerjanya, dapat sebagai bahan acuan untuk menentukan kebijaksanaan yang diaplikasikan dalam rangka upaya menyusun perencanaan kebutuhan obat secara efektif dan efisien 2. Bagi Ilmu Kesehatan Masyarakat, diharapkan dapat menjadi referensi yang dapat menunjang proses belajar mengajar untuk kepentingan pendidikan dan penelitian terutama tentang perencanaan kebutuhan obat 3. Bagi Peneliti dapat meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti pendidikan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat terutama minat studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.