A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang dalam penyertaan modalnya dikuasai oleh negara yang mana kekayaan negara di dalamnya jadi hal yang terpisah. BUMN menjadi hal yang sangat penting mengingat perannya dalam pembangunan perekonomian negara dan menjalankan roda bisnis yang berkenaan dengan hajat hidup orang banyak. Secara politik ekonomi, Pendirian BUMN mempunyai tiga alasan pokok : 1 1. Sebagai wadah bisnis dari aset asing yang dinasionalisasi (tahun 1950an) nasionalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang fundamaental dalam struktur perekonomian Indonesia. Nasionalisasi ini mengakhiri dominasi ekonomi Belanda sekaligus menjadi titik awal pembentukan BUMN Indonesia; 2. Untuk membangun industri yang diperlukan oleh masyarakat, namun masyarakat sendiri atau swasta tidak mampu memasukinya, baik karena alasan investasi yang sangat besar atau risiko usaha yang sangat besar ; 3. Untuk membangun industri yang sangat strategis karena berkenaan dengan keamanan negara seperti industry pertahanan dan keamanan, perusahaan percetakan uang, pengelolaan stok pangan. 1 Riant Nugroho Dwijowijoto & Ricky Siahaan, 2005, BUMN Indonesia: Isu, Kebijakan dan Strategi, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, hlm 15-16. 1
2 Alasan di atas termasuk pentingnya kehadiran BUMN dalam menggerakkan roda perekonomian negara. Atas perannya tersebut BUMN memiliki andil yang sangat besar namun tidak tertutup kemungkinan mengalami buruknya kondisi perusahaan. Parameter penilaian kondisi perusahaan BUMN mengacu pada Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP- 100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN, yang meliputi aspek keuangan (retrun on equity, return on investment, rasio kas, rasio lancar, collection period, inventory turn over, total asset turn over, rasio modal sendiri atas total aset) aspek operasional dan aspek administrasi. 2 Perihal kondisi perusahaan BUMN di masa datang, Kementerian BUMN menetapkan program arah dan rencana strategis melalui Keputusan Menteri BUMN Republik Indonesia Nomor: KEP-17/MBU/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian BUMN Periode 2010-2014 serta perubahannya yaitu Keputusan Menteri BUMN Nomor: SK-161/MBU/2012. Kedua keputusan tersebut merupakan bagian dari Program Master Plan Kementerian BUMN tahun 2010-2014 bahwa dalam perencanaan yang dicanangkan oleh Kementerian BUMN pada Master Plan tersebut, dalam rentang waktu antara tahun 2010 sampai dengan 2014 dilaksanakan pembinaan semua badan usaha di bawah kendali Kementerian BUMN. Adapun pembinaannya meliputi : 3 1. Rightsizing 2 Moh Nurhadi Cahyono & Fadjar Judisiawan, 2011, Menilik Alat Ukur Penilaian Kinerja BUMN, Jurnal Riset Kementerian BUMN, Jakarta, hlm 5. 3 Lampiran Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-161/MBU/2012 tentang Perubahan atas Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-17/MBU/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian BUMN Periode 2010-2014, hlm 39-40.
3 Kebijakan untuk melakukan Restrukturisasi BUMN menuju jumlah yang ideal berdasarkan 2 prinsip utama yaitu: a. Perlu tidaknya kepemilikan Negara mayoritas dipertahankan BUMN tertentu; b. Jenis tindakan yang akan dilakukan. 2. Restrukturisasi Upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN yang merupakan salah satu langkah strategis untuk memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan. 3. Revitalisasi Upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN dengan melakukan pemberian pinjaman atau penambahan setoran modal guna memperbaiki dan meningkatkan nilai perusahaan. 4. Profitisasi BUMN secara bertahap dan berkesinambungan Peningkatan kegiatan penyebaran kepemilikan perusahaan BUMN kepada masyarakat umum dan swasta. Kebijakan Rightsizing menjadi salah satu arah kebijakan utama dalam Rencana Strategis BUMN periode 2010-2014. Kebijakan Rightsizing dilatarbelakangi oleh kondisi kinerja BUMN saat ini yang kurang lebih 90% didominasi oleh 25 BUMN dari 141 BUMN, dimana ke-25 BUMN tersebut menguasai 97,16% dari total Aset, 91,73% dari total Ekuitas, 86,69% dari
4 total Penjualan dan 98,11% dari total Laba Bersih seluruh perusahaan BUMN. 4 Inefisiensi tersebut menimbulkan rendahnya produktifitas dan lemahnya daya saing sehingga diperlukan kebijakan Rightsizing untuk mencapai ukuran dan jumlah perusahaan BUMN yang ideal. Pencapaian tersebut selain menimbang perlu tidaknya kepemilikan Negara juga memperhatikan tindakantindakan terhadap perusahaan BUMNdalam upaya menjalankan kebijakan Rightsizing. Jenis tindakan dalam kebijakan Rightsizing dapat dilakukan dengan cara : 5 1. Stand Alone 2. Merger dan Konsolidasi 3. Holding 4. Divestasi 5. Likuidasi Pada Master Plan Kementerian BUMN tahun 2010-2014, kebijakan Holding BUMN diarahkan pada perusahaan dengan sektor usaha semen, perusahaan yang dituju untuk dilaksanakannya tindakan Holding ini adalah PT Semen Gresik Tbk. Optimalisasi Holding terhadap PT Semen Gresik Tbk menjadi isu strategis dalam Master Plan tersebut di samping kebijakan Stand 4 Kementerian Badan Usaha Milik Negara, 2010, Master Plan Badan Usaha Milik Negara Tahun 2010-2014, Jakarta, hlm 79. 5 Ibid.
5 Alone terhadap PT Semen Baturaja, hal ini guna meningkatkan skala ekonomis, leverage dan nilai perusahaan. 6 Pembentukan Holding PT Semen Gresik Tbk sebagaimana diamanatkan dalam Master Plan 2010-2014 dan Rencana Strategis Kementerian BUMN 2012-2014 dimulai pada saat diumumkannya hasil Keputusan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) PT Semen Gresik Tbk pada tanggal 20 Desember 2012, atas keputusan RUPSLB tersebut PT Semen Gresik Tbk bertransformasi dan berubah nama menjadi PT Semen Indonesia Tbk melalui Strategic Holding. Intensifikasi pembentukan Holding melalui Strategic Holding diyakini oleh PT Semen Indonesia bahwa seluruh potensi dan kompetensi perusahaan, baik dalam bidang operasional, produksi dan terutama pemasaran, dapat disatu-padukan dengan semakin baik untuk memberikan kinerja optimal. Mengingat beberapa Anak Perusahaan yang tergabung dalam Holding Company PT Semen Indonesia bergerak di bidang usaha yang sama dengan segmen pasar yang berbeda yakni PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa yang dahulu merupakan perusahaan negara, sejak dikeluarkannya Surat Ketetapan Menteri Keuangan Nomor S-326/MK.016/1995 yang pada intinya menginstruksikan konsolidasi PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa di bawah kedudukan PT Semen Gresik, mengakibatkan beralihnya penyertaan 6 Ibid., hlm 35.
6 modal negara pada PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa ke PT Semen Gresik. Sebelumnya PT Semen Gresik menjadi pemain utama dalam kegiatan usaha semen bersama anak usahanya, dimana PT Semen Gresik menjadi Operating Holding yaitu memegang peranan Induk Perusahaan di samping juga memproduksi dan memasarkan produk semen. Setelah berlakunya Holding Company berbasis Strategic Holding, PT Semen Gresik yang telah berubah nama menjadi PT Semen Indonesia ini memisahkan fungsi Operating dan fungsi Holding, yaitu PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa menjalankan kegiatan usaha di bawah payung PT Semen Indonesia. Pemisahan fungsi tersebut diyakini PT Semen Indonesia agar adanya kejelasan peran dan tanggung jawab di bawah entitas hukum yang terpisah dan memungkinkan PT Semen Indonesia beroperasi sebagai Holding Company "Murni" untuk mengelola semua anak perusahaan, dan dalam jangka pendek menghasilkan potensi pemanfaatan sinergi yang lebih tinggi serta peningkatan hubungan yang lebih baik seiring kerja sama antara Anak Perusahaan. 7 Meskipun kedua Anak Perusahaan PT Semen Indonesia tersebut adalah bekas perusahaan BUMN serta Anak Perusahaan lain yang pada awal pendiriannya murni bukan perusahaan BUMN, tetapi pada kenyataannya sekarang ini tetap menjadi campur tangan Kementerian BUMN dalam hal 7 PT Semen Indonesia, Together We Build a Better Future, www.semenindonesia.com/page/read/together-we-build-a-better-future-2235, situs diakses pada tanggal 12 Desember 2013
7 pengangkatan direksi dan komisaris, hal ini telah diatur pada Peraturan Menteri BUMN Nomor PER- 03 /MBU/2012 tentang Pedoman Pengangkatan Anggota Direksi dan Anggota Dewan Komisaris Anak Perusahaan Badan Usaha Milik Negara. Peraturan ini menyiratkan bahwa timbulnya intervensi birokratis pemerintah dalam pengurusan pengangkatan anggota direksi dan anggota dewan komisaris Anak Perusahaan PT Semen Indonesia. Fenomena seperti ini berkenaan dengan kebijakan yang akan diemban pada Anak Perusahaan, apabila kebijakan tersebut muncul dari Kementerian BUMN melalui PT Semen Indonesia, Anak Perusahaannya lah yang memikul kebijakan tersebut sehingga peran negara dalam hubungan Induk dan Anak Perusahaan terlihat jelas. Melihat pada latar belakang di atas, maka hal ini lah yang menjadi daya tarik dalam penelitian Holding Company BUMN dan fokus utama pada penelitian ini adalah Kedudukan Hukum Holding BUMN melalui Strategic Holding pada PT Semen Indonesia. B. Perumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah dipaparkan di atas, permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kedudukan hukum (legal standing) PT Semen Indonesia dalam Strategic Holding BUMN?
8 2. Apa Implikasi Hukum PT Semen Indonesia sebagai Induk Perusahaan baik secara struktur dan kebijakannya terhadap anak-anak perusahaannya? C. Tujuan Penelitian Tulisan ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui kedudukan hukum/legal standing PT Semen Indonesia dalam Strategic Holding BUMN. 2. Mengetahui implikasi hukum PT Semen Indonesia sebagai Induk Perusahaan baik secara struktur dan kebijakannya terhadap anak-anak perusahaannya. D. Manfaat Penelitian Dari penulisan Tesis ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan hukum pada umumnya dan hukum perusahaan serta Holding Company BUMN pada khususnya. 2. Secara Praktis, diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran akan Holding Company dan penerapan/pelaksanaanya bagi para pihak yang terkait dalam rangka Holding Company BUMN pada bidang sektor usaha semen. E. Keaslian Penelitian
9 Penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh penulis di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan Perpustakaan Pusat Sejauh ini belum menjumpai permasalahan secara spesifik membahas tentang Kedudukan Holding BUMN di sektor usaha Semen setelah PT Semen Gresik Tbk berubah nama menjadi PT Semen Indonesia Tbk. Sebagaimana yang akan diteliti oleh penulis, topik dan penelitian ini adalah karya tulis penulis.