BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga 1.Kekerasan ini

dokumen-dokumen yang mirip
Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KEPARAKAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan permasalahan yang

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENELITIAN KAJIAN WANITA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

Praktik dan Evaluasi Pengarusutamaan Gender di Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI POLEWALI MANDAR

SALINAN BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 53 TAHUN No. 53, 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. Komnas perempuan tahun 2014 yang dirilis pada 6 Maret Jumlah kasus

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

k. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan untuk meningkatkan wawasan, kepedulian, perhatian, kapasitas perempuan, dan perlindungan anak.

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

Wajib Lapor Tindak KDRT 1

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. tegas dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PENGARUH HUKUM DAN BUDAYA JAWA TERHADAP KEPUTUSAN PEREMPUAN DALAM PELAPORAN KDRT STUDI KASUS DI LRC KJHAM SKRIPSI. Diajukan guna memenuhi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

JAWA TIMUR MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN TERHADAP TINDAK KEKERASAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. korban diskriminasi, pengniayaan, kekerasan seksual dan lainya. 2 Penanganan. KDRT khususnya terhadap korban KDRT.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam ruang domestik (rumah tangga). 1. kekerasan yang menimpa kaum perempuan (istri) 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 16 Tahun : 2012 Seri : E

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. tangga itu. Biasanya, pelaku berasal dari orang-orang terdekat yang dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Nama : Aninda Candri L. NIM : Nama Kelompok : D Nama Dosen : Drs. Tahajudin Sudibyo

PERLINDUNGAN TERHADAP KELOMPOK RENTAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEKS HAK ASASI MANUSIA

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/ atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, dan perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga 1.Kekerasan ini sering terjadi pada orang-orang yang berhubungan dekat, suami-istri, calon suamiistri, anggota keluarga, atau pembantu rumah tangga 2. Kasus kekerasan dalam rumah tangga yang paling banyak terjadi umumya dilakukan oleh suami terhadap istri. 3 Faktor yang melatarbelakangi terjadinya KDRT adalah ekonomi, perselingkuhan, sosial, budaya, dan jumlah anak. 4,5,6,7 Kekerasan terhadap wanita khususnya yang terjadi dalam rumah tangga merupakan masalah terbesar di dunia yang berhubungan dengan hak asasi seorang wanita 8. Seorang wanita memiliki hak untuk hidup bebas dari kekerasan, perbudakan, dan diskriminasi serta berhak untuk mendapatkan pendidikan, kepemilikan akan haknya, memberikan hak suara, dan untuk mendapat upah yang layak. 9 WHO menyatakan bahwa 1 dari 3 wanita (35%) wanita di dunia pernah mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual baik yang dilakukan oleh suami maupun pihak yang memiliki relasi intim dengannya. 8

2 Berdasarkan data Komnas Perempuan, angka pelaporan kasus kekerasan terhadap wanita di Indonesia terus menunjukkan peningkatan setiap tahunnya sejak tahun 2010. Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2011-2012 yaitu sebesar 35%. Pada tahun 2015, terjadi peningkatan sebesar 9% dari tahun 2014. Berdasarkan Catatan Tahunan (CATAHU) yang diterbitkan oleh Komnas Perempuan, terdapat 321.752 kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang tahun 2015. Data tersebut menunjukkan kekerasan yang dilakukan dalam ranah personal merupakan kasus yang paling mendominasi. Ranah personal yang dimaksud adalah pelaku memiliki hubungan darah (ayah, kakak, adik, paman, kakek), kekerabatan, perkawinan (suami), maupun relasi intim (pacaran) dengan korban. 10 Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang masuk dalam data lembaga layanan mitra Komnas Perempuan mencapai angka 69% dari seluruh laporan kasus kekerasan pada perempuan. Kekerasan fisik menempati urutan pertama dalam jenis kasus kekerasan perempuan ranah personal (KDRT/RP). 10 Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada tahun 2013, Jawa Tengah menempati urutan ke-6 sebagai provinsi dengan laporan kasus KDRT terbanyak di Indonesia. 11 Semarang sebagai ibu kota jawa tengah memiliki angka laporan kasus KDRT tertinggi. Berdasarkan data yang terlaporkan pada PPT (Pusat Pelayanan Terpadu) Seruni Kota Semarang, pada tahun 2014 terdapat 161 laporan kasus KDRT. Angka ini mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi 179 laporan kasus. Pelaporan kasus KDRT terus meningkat hingga didapatkan 199 laporan kasus KDRT pada tahun 2016. 12

3 Kekerasan Dalam Rumah Tangga dengan wanita sebagai korban merupakan suatu kejahatan yang melanggar prinsip kesetaraan gender. Sustainable Development Goals (SDGs) menetapkan kesetaraan gender dan pemberdayaan wanita sebagai salah satu tujuan yang ingin dicapai. Hal ini dirasa penting karena lebih dari setengah populasi manusia di dunia ini adalah wanita sehingga mereka akan turut memiliki pengaruh besar terhadap masa depan dunia. Keikutsertaan wanita dalam berbagai sektor industri akan menguatkan perekonomian, wanita juga berperan dalam mendidik anak sebagai generasi penerus bangsa. 13 Oleh karena itu dibutuhkan upaya perlindungan dan pemberdayaan terhadap wanita. Upaya perlidungan terhadap korban KDRT dapat berupa layanan konseling maupun pendampingan untuk membawa masalah pada ranah hukum. Penyelesaian kasus KDRT dalam ranah hukum didahului dengan pelaporan pada pihak kepolisian. Pelaporan terhadap adanya KDRT menjadi langkah awal dalam menentukan penyelesaian yang akan diambil. Penyelesaian kasus KDRT secara hukum dapat terjadi melalui langkah mediasi, perceraian maupun pidana. 14 Faktor yang memengaruhi pelaporan antara lain dukungan lingkungan, kemandirian ekonomi, dan tingkat pendidikan korban. 15 Adanya kecenderungan peningkatan kasus KDRT setiap tahunnya mengindikasikan perlunya evaluasi terhadap program perlindungan yang telah dilakukan selama ini. Penelitian ini sangatlah penting dilakukan agar dapat dilakukan peninjauan ulang terhadap faktor-faktor yang menyebabkan Kekerasan Dalam Rumah Tangga di era modern ini. Penelitian ini akan dilakukan berdasarkan data yang terdapat pada Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) SERUNI Kota Semarang

4 sehingga data yang didapat merupakan representasi dari korban dari seluruh kota Semarang. Dengan terlaksananya penelitian ini diharapkan dapat membantu dinas terkait untuk melakukan pencegahan, perlindungan, dan pemberdayaan terhadap korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga. 1.2.Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas disusun permasalahan penelitian sebagai berikut: Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kejadian kasus kekerasan dalam rumah tangga dan pelaporan pada pihak kepolisian? 1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kejadian kasus kekerasan dalam rumah tangga dan pelaporan pada pihak kepolisian 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Menganalisis masing- masing faktor yang memengaruhi kejadian kasus kekerasan dalam rumah tangga dan pelaporan pada pihak kepolisian 2. Memaparkan hasil penelitian sehingga dapat membantu upaya pencegahan terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga melalui Pusat Pelayanan Terpadu SERUNI kota Semarang

5 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Untuk Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga dan pelaporan pada pihak kepolisian 1.4.2. Manfaat Untuk Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai faktor- faktor yang memengaruhi kejadian kasus kekerasan dalam rumah tangga supaya dapat melakukan upaya pencegahan dan mendukung strategi dinas terkait untuk menurunkan angka kejadian KDRT 1.4.3. Manfaat Untuk Dinas Terkait Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi dinas terkait untuk menyusun strategi dalam mencegah Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kota Semarang 1.5.Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran pustaka, belum pernah ada penelitian mengenai Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan pelaporan pada pihak kepolisian. Beberapa laporan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu: No Peneliti 1. Laily A.A. Arifianti, K. Jayanegara, Judul Penelitian Identifikasi Faktor-Faktor Pemicu Kekerasan Desain Penelitian Menyebarkan kuisioner kepada 120 responden di kota Denpasar. Hasil Penelitian Terdapat 6 faktor yang teridentifikasi sebagai pemicu tindak KDRT di Kota

6 2. G.K. Gandhiadi, Eka N. Kencana Annisa Nurrachmawati, Nurohma, Puspa Mustika Rini 3. Fifty Rokhimatun Nuraini Dalam Rumah Tangga di Kota Denpasar Potret Kesehatan Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga ( Studi Kasus di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kalimantan Timur) Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Perempuan di Kabupaten Jember Data dianalisis secara kuantitatif. Metode analisis faktor (AF) bertipe Explanatory Factor Analysis (EFA) digunakan untuk mereduksi variabel dan teknik Analisis Komponen Utama untuk membentuk faktor Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan interpretive Fenomenologi. Wawancara mendalam digunakan untuk menggali data. Informan utama terdiri dari 6 korban KDRT Penelitian ini merupakan studi korelasi dengan desain penelitian cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 30 orang dengan teknik purposive sampling. Denpasar yaitu (a) kualitas relasi sosial dari pelaku, (b) karakteristik pekerjaan pelaku, (c) pengalaman masa lalu, (d) pendukung KDRT, (e) perekonomian rumah tangga, dan (f) waktu bersama keluarga; Kualitas relasi sosial merupakan faktor dominan yang memicu tindak KDRT di Kota Denpasar. Kekerasan fisik menimbulkan bekas luka bahkan ada yang sifatnya permanen. Korban mengalami infeksi pada saluran reproduksi. Dampak menonjol terutama pada aspek mental, depresi,percobaan bunuh diri hingga ada yang dirawat di rumah sakit jiwa. Anak juga kerapkali meyaksikan dan menerima dampak yang buruk dari kekerasan. Berdasarkan analisis data regresi linier, dengan CI 95%. Didapatkan hasil terdapat korelasi antara usia, pekerjaan, gaji, jumlah anak, dan komunikasi dalam keluarga dengan KDRT. Tidak didapatkan korelasi antara tingkat pendidikan, usia pernikahan, dan kebudayaan dengan KDRT

7 4. 5. Evi Tri Jayanthi Henri Yudianto Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga pada Survivor yang Ditangani oleh Lembaga Sahabat Perempuan Magelang Pengaruh Hukum dan Budaya Jawa terhadap Keputusan Perempuan dalam Pelaporan KDRT Studi Kasus di LRC KJHAM Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitgian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah 7 orang survivor yang diambil dengan teknik purposive sampling. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Triangulasi sumber digunakan sebagai teknik untuk memeriksa keabsahan data. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran secara lengkap mengenai pegaruh hukum dan budaya Jawa terhadap keputusan perempuan dalam pelaporan KDRT, dan teknik pengumpulan data menggunakan data primer dan sekunder. Kemudian seluruh data yang terkumpul dianalisis dan disajikan dalam bentuk uraian Didapatkan faktor utama yang menyebabkan KDRT yaitu adanya perselingkuhan yang dilakukan suami dengan wanita lain (WIL). Faktor-faktor lain yang berpengaruh yaitu masalah ekonomi, budaya patriarki, campur tangan pihak ketiga, bermain judi, dan perbedaan prinsip. Faktor pendorong untuk menyelesaikan kasus kekerasan dalam rumah tangga pada pihak kepolisian adalah dari keberanian dari korban sendiri, dukungan dari keluarga, teman, dan masyarakat, pendidikan dan kemandirian ekonomi Faktor penghambatnya juga dapat berasal dari korban sendiri dengan berbagai pertimbangan, seperti: akses informasi yang kurang, takut melaporkan karena akan diusir dari rumah, tidak diberi nafkah oleh suami, status sosial janda korban KDRT lebih rendah dari janda meninggal, menganggap aib,

8 menjaga nama baik keluarga, menjaga perasaan anakanaknya Tabel 1. Orisinalitas Penelitian Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian sebelumnya. Hal-hal yang membedakan adalah: a. Penelitian akan dilakukan secara mix method dengan menggunakan metode analisis secara kuantitatif dan kualitatif b. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis deskriptif masing-masing faktor penyebab KDRT untuk melihat faktor yang paling berpengaruh di kota Semarang c. Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (indepth interview) sebagai penunjang pembahasan d. Penelitian ini akan menganalisis hubungan faktor-faktor yang memengaruhi kejadian KDRT dengan pengambilan keputusan korban untuk melaporkan pada pihak kepolisian e. Penelitian akan dilakukan di kota Semarang dengan perantara Pusat Pelayanan Terpadu SERUNI