I. PENDAHULUAN. dan ketahanan pangan dengan mengambil kasus di Indonesia, Jepang dan Inggris.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara agraris, artinya petani memegang peran

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun.

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. atau distribusi benih unggul sampai ke tangan petani, sesuai dengan prinsip

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk besar. Perhatian terhadap ketahanan pangan (food security) mutlak

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia berhasil meningkatkan produksi padi secara terus-menerus. Selama

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan. dalam memulihkan kondisi perekonomian masyarakat, bahkan secara

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I. PENDAHULUAN. Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

ANALISIS PERTUMBUHAN PDB SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Provinsi Lampung. Sektor pertanian terdiri dari. penting diantara subsektor lainnya karena mampu menghasilkan bahan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. sebagai penyedia pangan yang cukup bagi penduduknya dan pendukung

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Desa Padang Mutung Terletak di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

1 Universitas Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

1) Menjaga harga terendah, terutama di daerah-daerah produksi selama musim panen;

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara memiliki tujuan untuk memakmurkan atau

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pertanian merupakan hal yang sangat

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai studi telah membuktikan, pertanian memacu keberhasilan pembangunan ekonomi dan tak ada yang menyangkal bahwa pangan sangat terkait serta tak terpisahkan dengan pertanian. Timmer (1996) membuktikan secara empiris adanya hubungan yang sangat erat antara pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan dengan mengambil kasus di Indonesia, Jepang dan Inggris. Kesimpulannya, tak ada satu negarapun yang dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi tanpa terlebih dahulu memecahkan masalah pangan (food security). Dalam kaitan dengan politik, pangan merupakan komoditas terpenting sebagai stabilisator politik dan sosial untuk memulihkan kepercayaan masyarakat. Pangan terbukti ampuh dalam menstabilkan dan memulihkan kepercayaan masyarakat pada awal Orde Baru. Mantan Presiden Soeharto menyatakan Pangan, khususnya beras, merupakan pertahanan saya yang terakhir. Perekonomian beras (rice economy) secara signifikan merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 1960-an (Timmer, 1996). Sasaran pembangunan pangan adalah terciptanya ketahanan pangan yang dicirikan dengan tersedianya pangan yang mencukupi baik yang mengandung karbohidrat maupun protein, terhindarnya masyarakat dari makanan yang merusak kesehatan dan semakin mantapnya kelembagaan pangan nasional. Pemerintah Indonesia harus berjuang sekuat tenaga untuk menciptakan ketahanan pangan melalui swasembada pangan, pemenuhan kebutuhan pangan berasal dari pemasokan domestik dengan meminimalkan ketergantungan pada

perdagangan internasional dan dapat menghemat devisa negara. Selain itu, volume beras yang diperdagangkan di dunia sangat terbatas hanya sekitar 4 persen dari total produksi dunia (Saragih, 2000). Keberhasilan Indonesia mencapai swasembada pangan (beras) pada tahun 1984 merupakan sebuah prestasi yang luar biasa, mengingat Indoneia selalu mengimpor beras semenjak jaman penjajahan Belanda sampai tahun 1983. Badan yang sangat berperan dalam swasembada pangan tersebut adalah Bulog, yang memegang kendali penyediaan bahan pangan utama (Amang dan Sawit, 2001). Beras merupakan kebutuhan pokok dan hampir 95 persen masyarakat Indonesia sangat bergantung terhadap bahan makanan pokok tersebut. Apabila terjadi kekurangan pangan akan menimbulkan kerawanan terhadap stabilitas negara. Selain itu, bobot beras dalam perhitungan indeks harga konsumen untuk mengukur inflasi cukup besar sebagai contoh tahun 1988/1989 mencapai 11 persen ( Sapuan, 2002). Pada masa-masa mendatang, tantangan terhadap ketahanan pangan (beras) semakin berat karena adanya peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun yang besarnya diperkirakan 1,49 persen/tahun dan semakin sempitnya lahan petanian yang disebabkan oleh adanya alih fungsi ke sektor lain ( Suryana, 2002). Salah satu cara untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah dengan melaksanakan program intensifikasi yaitu melalui pelaksanaan Sapta Usaha Tani secara utuh. Ketujuh kegiatan tersebut adalah : (1) penggunaan benih unggul, (2) pengairan yang teratur, (3) cara bercocok tanam sesuai anjuran, (4) melakukan pemupukan (organik dan anorganik) sesuai rekomendasi setempat (specific 2

Locality), (5) pengendalian hama dan penyakit, (6) melaksanakan panen dan pasca panen dengan baik, serta (7) pemasaran hasil (Saleh, 1999). Penggunaan benih bersertifikat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produktifitas padi. Oleh sebab itu, ketersediaan benih unggul bersertifikat bagi petani dalam melakukan kegiatan usaha tani merupakan syarat mutlak dalam peningkatan hasil dan kualitas produksi. Penggunaan benih unggul bersertifikat akan memperoleh beberapa keuntungan antara lain dapat meningkatkan produksi per satuan luas dan per satuan waktu, di samping dapat meningkatkan mutu hasil yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani beserta keluarganya. Mengingat berbagai keuntungan tersebut, maka benih unggul padi bersertifikat diharapkan dapat digunakan oleh petani secara keseluruhan. Oleh karenanya, ketersediaan benih harus memenuhi 6 (enam) prinsip tepat : tepat varietas, tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat lokasi dan tepat harga. Untuk tersedianya benih unggul bersertifikat, peranan Balai Benih Utama (BBU) dalam rangka memproduksi benih padi cukup potensial. Berdasarkan data yang ada, bahwa luas lahan BBU Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Timur adalah 9,00 Ha, tetapi yang potensial hanya seluas 7,00 Ha sedangkan lahan 2,00 Ha lainnya penuh bebatuan. Apabila dikaitkan dengan produktivitas normal 6 ton per hektar Gabah Kering Panen (GKP) untuk calon benih, maka yang siap dijadikan benih lebih kurang 4,5 ton per hektar. Total benih yang dihasilkan oleh BBU sekitar 31,5 ton setiap tahun (Sadar, 2003). Menurut Sadar (2003), rata-rata produksi benih lima tahun terakhir Kabupaten Lombok Timur (tahun 1999 2003) yang dihasilkan oleh seluruh 3

penangkar benih, baik oleh penangkar dinas (BBU) maupun penangkar benih swasta berjumlah 352,86 ton per tahun, dan rata-rata kebutuhan potensial benih adalah 2. 171,852 ton/tahun (Tabel 1). Sedangkan kebutuhan riil benih padi bagi para petani di Kabupaten Lombok Timur adalah 1.585,452 ton atau 73 persen dari total kebutuhan potensial (Saleh,1997). Banyaknya petani yang menggunakan benih padi bersertifikat disebabkan oleh pengalaman mereka sendiri tentang adanya perbedaan produktivitas yang cukup signifikan antara yang menggunakan benih padi bersertifikat dengan benih padi lokal/ unggul tidak bersertifikat. Adapun produktivitas petani yang menggunakan benih padi bersertifikat 6 7 ton/ha GKP, unggul tidak bersertifikat 5 6 ton/ha GKP dan benih padi lokal 1,5 2,5 ton/ha GKP. Tabel 1. Kebutuhan dan Produksi Benih Padi Kabupaten Lombok Timur Selama Lima Tahun Terakhir (1999 2003) Tahun Luas Tanam (Ha) Jumlah Produksi benih (ton) Kebutuhan Benih (ton) Persentase (%) 1999 62.711 479,28 2.508,440 19,11 2000 59.380 314,48 2.375,200 13,24 2001 56.131 191,04 2.245,240 8,50 2002 49.343 426,59 1.973,720 28,81 2003 58.205 352,910 2.328,200 20,21 Rata-rata 57.154 352,86 2.171,852 16,25 Sumber : Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tahun 2003 Keterangan : Kebutuhan benih padi /Ha = 40 kg Lombok Timur Pada Tabel 1 terlihat data produksi dan kebutuhan benih padi bersertifikat menunjukkan bahwa ketersediaan benih padi bersertifikat di Kabupaten Lombok Timur maksimal mencapai 426,59 ton (28,81 persen) yang terjadi pada tahun 2002. dan terendah sebesar 191, 04 ton (8,50 persen) yang terjadi pada tahun 2001. Apabila dikaitkan antara produksi benih dan kebutuhan riil benih padi, 4

maka terjadi kekurangan benih padi sebesar 1.232,592 ton per tahun yang selama ini didatangkan dari daerah lain (Saleh,1997). Artinya kondisi perbenihan padi di Kabupaten Lombok Timur termasuk institusi perbenihan dinas belum menunjukkan pengembangan yang optimal karena belum mampu menyuplai sendiri kebutuhan benih padi bagi para petani. Memperhatikan adanya kondisi perbenihan seperti ini, berarti terdapat peluang berupa pangsa pasar benih padi bersertifikat yang cukup potensial, pada sisi lain BBU memiliki sumberdaya yang cukup memadai. Bertitik tolak dari beberapa hal tersebut di atas, maka areal penangkaran Balai Benih Utama (BBU) dirasa perlu untuk dikembangkan. Oleh karenanya, diperlukan adanya strategi yang tepat guna melaksanakan kegiatan penangkaran benih padi bersertifikat tersebut untuk pemenuhan kebutuhan benih padi bagi petani, di samping itu berdampak terhadap peningkatan pendapatan Dinas dan sekaligus dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan informasi yang dikemukakan pada latar belakang, terdapat beberapa hal yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana kondisi perkembangan usaha penangkaran benih padi bersertifikat pada Dinas Pertanian dan Peternakan 2. Apa yang menjadi faktor-faktor eksternal dan internal yang berpengaruh terhadap pengembangan benih padi bersertifikat. 3 Alternatif-alternatif strategi apa saja yang dapat diterapkan untuk mengembangkan benih padi bersertifikat. 5

4. Prioritas strategi mana yang terbaik untuk diterapkan dalam rangka pengembangan benih padi bersertifikat pada Dinas Pertanian dan Peternakan 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal yang berpengaruh terhadap pengembangan benih padi bersertifikat. 2. Merumuskan alternatif strategi untuk mengembangkan benih padi bersertifikat. 3. Merekomendasikan prioritas strategi yang digunakan untuk mengembangkan benih padi bersertifikat. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan dalam rangka pengembangan perbenihan Institusi Dinas, khususnya pada Dinas Pertanian dan Peternakan 2. Sebagai tambahan informasi bagi semua pihak yang terkait dalam rangka pengembangan benih padi unggul bersertifikat untuk mencukupi kebutuhan petani di 6

1.5. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah berupa kajian terhadap formulasi strategi pengembangan benih padi unggul bersertifikat pada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Timur sebagai instansi teknis yang mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap pengembangan benih padi di seluruh wilayah 7