Dokumen ini disusun secara partisipatif Oleh: 1. Balai KSDA Bengkulu 2. Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandar Lampung 3. Statiun karantina Ikan 4. Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan 5. Yayasan Scorpion 6. WCU-WCSIP 7. RPU-ILEU-YABI Sumatera PENGENDALIAN PEREDARAN TSL BAKAUHEUNI MELALUI PEMBENTUKAN WILDLIFE RESCUE UNIT 24/7 KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM ROLE MODEL 2018 BALAI KSDA BENGKULU 0
LAMPIRAN KONTRAK KINERJA ROLE MODEL 2018 BALAI KSDA BENGKULU BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM BENGKULU KERANGKA ACUAN KERJA ROLE MODEL BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM BENGKULU 1. Judul Role Model : Pengendalian Peredaran TSL dengan Membentuk Wildlife Rescue Unit 24/7 2. Pemrakarsa Role Model 2.1. Kementerian/Lembaga 2.2. Unit KerjaEselon I 2.3. Satuan Kerja : : : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal KSDAE Balai KSDA Bengkulu 3. Durasi Pelaksanaan : 12 bulan (Tahun 2018) 4. Lokasi : Pelabuhan Penyebrangan, Lampung Selatan, Provinsi Lampung. 5. Gambaran Umum Role Model 5.1. Latar Belakang Peredaran tumbuhan dan satwa liar secara illegal masih cukup marak terjadi. Peredaran TSL illegal diyakini memiliki nilai perdagangan yang tinggi. Data Ditjen PHKA tahun 2009 menyebutkan bahwa kerugian negara akibat perdagangan TSL illegal mencapai Rp. 9 T per tahunnya. Hal ini disebabkan diantaranya oleh tingginya permintaan atas produk-produk TSL, lemahnya regulasi administrasi penata-usahaan TSL, serta masih kurang efektifnya pengawasan peredaran TSL. Pelabuhan Penyebrangan memiliki posisi strategis dalam pengendalian peredaran TSL antar pulau. Pelabuhan ini menjadi gerbang utama keluarmasuknya TSL dari dan menuju Pulau Sumatera. Data dari berbagai sumber menyebutkan bahwa Pulau Sumatera merupakan salah satu penyuplai TSL terbesar bagi pasar-pasar hewan di Pulau Jawa. Peningkatan efektivitas pengawasan di Pos Pelabuhan diyakini akan mampu mengurangi suplai produk TSL di pasar-pasar Pulau Jawa. Upaya untuk menurunkan jumlah TSL yang diperdagangkan secara illegal melalui Pelabuhan harus dilakukan secara komprehensif. Selain upaya intensifikasi pengawasan, diperlukan juga penguatan kelembagaan koordinasi, peningkatan efektivitas penanganan TSL sitaan, dan peningkatan efektivitas pencegahan peredaran TSL secara illegal. BALAI KSDA BENGKULU 1
5.2. Tujuan Dengan horizon waktu satu tahun, terdapat beberapa tujuan program role model ini yaitu: 1) Meningkatkan koordinasi dengan para mitra kunci terkait 2) Mengintensifkan kembali pengawasan peredaran TSL di Pelabuhan 3) Meningkatkan efektivitas penanganan TSL tangkapan 4) Meningkatakan efektivitas upaya pencegahan peredaran TSL secara ilegal 5.3. Kondisi Saat ini Saat ini upaya pengendalian peredaran TSL sudah dilakukan oleh Balai KSDA Bengkulu. Namun, diyakini masih banyak ruang perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektifitas pengendalian TSL. Rentang kendali yang jauh memperlemah upaya pengendalian. Terlebih pelemahan upaya pengendalian in lebih banyak disebabkan oleh perampingan organisasi yang terjadi pada UPT Ditjen KSDAE pada tahun 2016. Lebih dari itu, hilangnya kewenangan penindakkan dari Balai KSDA Bengkulu mempersempit ruang gerak petugas lapangan. Hasilnya, pengendalian peredaran TSL melemah. 5.4. Peta Lokasi Program role model Pengendalian Peredaran TSL melalui Pembentukan WRU24/7 akan dilaksanakan di Pos Pelabuhan Penyebrangan Lampung Selatan dan daerah sekitarnya. Peta lokasi pelaksanaan program tersaji pada Gambar 1. 5.5. Kondisi yang diinginkan Kondisi yang diinginkan pada akhir 2018 adalah menurunnya jumlah peredaran TSL ilegal melalui Pelabuhan sehingga kegiatan peredaran TSL di Provinsi Lampung tahun 2018 menjadi lebih tertib. 6. Keterkaitan dengan RENSTRA DITJEN KSDAE 2015-2019 dan/atau RKP 2018 Program Role Model engendalian Peredaran TSL melalui Pembentukan WRU24/7 sejalan (in line) dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018, Renstra Kemenlhk 2015-2019 dan Renstra Ditjen KSDAE 2015-2019. Dalam RKP 2018, program role model ini mendukung pembangunan bidang Peningkatan Konservasi, Pengelolaan DAS serta Pelestarian dan Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati. Program role model ini juga mendukung pencapaian sasaran program Kementerian BALAI KSDA BENGKULU 2
bidang KSDAE yaitu Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati. Selain itu, pelaksanaan role model ini akan mendukung pencapaian 2 IKK Ditjen KSDAE 2015-2019, yaitu (a) Persentase peningkatan populasi 25 species satwa terancam punah prioritas sesuai The IUCN Red List Of Threatened Species sebesar 10% dari baseline data tahun 2013 dan (b) Besaran PNBP dari hasil pemanfaatan satwa liar dan tumbuhan alam sebesar Rp 520 juta. Hubungan keterkaitan program role model dengan rencana kerja pemerintah Tahun 2018, Renstra Kementerian LHK, dan renstra Ditjen KSDAE 2015-2019 tersaji dalam Tabel 1. BALAI KSDA BENGKULU 3
Tabel 1. Matriks Keterkaitan Program Role Model dengan Program Prioritas Nasional, Sasaran Strategis Kementerian LHK dan IKK Ditjen KSDAE No. Program Role Model Prioritas Pembangunan Nasional /Bidang (RKP 2018) Sasaran Strategis KemenLHK Sasaran Program Ditjen KSDAE Kegiatan Ditjen KSDAE IKK Ditjen KSDAE 1 Pengendalian Peredaran TSL melalui Pembentukan WRU24/7 Peningkatan Konservasi, Pengelolaan DAS serta Pelestarian dan Pemanfaatan Keanekaragama n Hayati Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung pembagunan yang berkelanjutan (SS3) Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya konservasi kenakeragaman hayati (SP1) Konservasi Spesies dan Genetik (K3) 1. Persentase peningkatan populasi 25 species satwa terancam punah prioritas sesuai The IUCN Red List Of Threatened Species sebesar 10% dari baseline data tahun 2013 2. Besaran PNBP dari hasil pemanfaatan satwa liar dan tumbuhan alam sebesar Rp 520 juta. BALAI KSDA BENGKULU 4
7. Indikator Pencapaian Proyek Terdapat beberapa output, outcome dan impact yang diharapkan dari program role model Pengendalian Peredaran TSL melalui Pembentukan WRU24/7 seperti yang tersaji dalam Tabel 2. Tabel 2. Outputs, outcomes, dan impacts yang diharapkan dari program role model. Output/ Outcome/ Impact Uraian Kriteria Keberhasilan Indikator Output Pemantapan kelembagaan koordinasi Pembentukan unit tugas atau Wildlife Rescue Unit Terbbentuknya satu unit tugas Menyusun MOU antara Balai KSDA Bengkulu dengan Para Mitra terkait Terjalinnya MOU/ PKS dengan 3 mitra Pemanfaatan teknologi informasi untuk meningkatkan koordinasi Terbentuknya WA group Beroperasionalnya pos bersama Terbitnya SK Personil Posko Peningkatan kapasitas SDM petugas di Pos Pelabuhan Peningkatan Intensitas pengawasan Pos Pelabuhan Penempatan personil sistem 24/7 (24 jam dalam sehari/7 hari dalam seminggu) Revitalisasi pos jaga Balai KSDA Bengkulu di 1. SK Penempatan pegawai Terbangunnya 1 Unit pos jaga yang memadai Peningkatan efektivitas penanganan TSL hasil tangkapan Pembangunan fasilitas rehabilitasi satwa sementara di bakauheuni Terbangunnya 1 Unit fasilitas rehabilitasi sementara Peningkatan efektivitas pencegahan peredaran TSL ilegal Sosialisasi terhadap para pemegang izin pemanfaatan TSL Membangun sistem intelejen yang solid (lintas provinsi di Sumatera) Jumlah peserta sosialisasi dan/atau jumlah pemberitahuan Jumlah informasi valid dan akurat Outcome Penurunan jumlah temuan TSL illegal di Pelabuhan Jumlah temuan TSL illegal menurun Jumlah temuan TSL illegal menurun 30%. BALAI KSDA BENGKULU 5
Impact Pemanfaatan TSL yang lestari Pemanfaatan TSL dilakukan denganmemperhatikan prinsip kelestarian Pemanfaatan TSL dilakukan denganmemperhatikan prinsip kelestarian 8. Analisis Role Model 8.1. Analisis Teknis dan Identifikasi Mitra Terkait Secara teknis, program role model ini akan focus pada upaya pencegahan peredaran TSL Ilegal dengan lokasi target utama adalah Provinsi Lampung dan Bengkulu, penertiban lalu lintas TSL di pelabuhan, serta rehabilitasi TSL sitaan. Keterlibatan masyarakat umum akan difokuskan pada upaya pencegahan dan pelaporan, sementara upaya penertiban dan rehabilitasi akan mengandalkan tenaga profesional. Keberhasilan program ini akan bergantung pada upaya kolaborasi dengan berbagai mitra. Terdapat tiga mitra penting dalam upaya pengendalian TSL di Pelabuhan yaitu Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandar Lampung, Stasiun karantina Ikan, dan Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan. Selain itu, untuk mendukung upaya pencegahan peredaran TSL dibutuhkan jejaring informasi yang terstruktur dan luas. Oleh Karena itu, diperlukan dukungan dari lembaga swadaya masyarakat dalam bidang pencegahan perdagangan satw liar. Beberpa mitra yang teridentifkasi pada kategori ini diantaranya adalah WCU-WCSIP, RPU-ILEU-YABI Sumatera dan Yayasan Scorpion. 8.2. Analisis Dampak Ekonomi Pelaksanaan program ini akan berdampak positif pada aspek ekonomi pemerintah. Penertiban peredaran TSL illegal akan menutup potensi kebocoran penerimaan negara dari sector bukan pajak (PNBP). Selain itu, penertiban peredaran TSL illegal akan mempersempit ruang gerak para pelaku perdagangan illegal sehingga memberikan peluang peningkatan pendapatan bagi para pelaku usaha yang memegang izin resmi. 8.3. Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan Secara umum, program ini memiliki dampak yang sangat minimum terhadap aspek lingkungan sosial masyarakat. Pengetatan penertiban akan mempersempit ruang bagi peredaran TSL illegal sehingga menjauhkan jangkauan masyarakat kepada TSL yang diperdagangkan. Hal ini berpotensi berdampak sosial terutama pada para pecinta binatang. Sebaliknya, kegiatan pengendalian peredaran TSL akan berpotensi meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada institusi pemerintahan. Hal ini menjadi modal sosial yang berharga bagi pelaksanaan program pemerintah lainnya. BALAI KSDA BENGKULU 6
9. Tahapan-Tahapan Pencapaian Role Model Sasaran output, outcome dan impact program role model sebagaimana telah dijabarkan pada subbagian 7 akan diwujudkan melalui beberapa strategi dan rencana aksi. Terdapat 4 strategi yang ditetapkan untuk mewujudkan serangkaian sasaran yang telah ditetapkan, yaitu Pemantapan kelembagaan koordinasi, Intensifikasi pengawasan Pos Pelabuhan, Meningkatkan efektivitas penanganan TSL hasil tangkapan, serta Meningkatkan efektivitas pencegahan peredaran TSL illegal. Masingmasing strategi pencapaian sasaran akan diikuti oleh rencana-rencana aksi. Strategi dan rencana aksi program role model pengendalian peredaran TSL melalui WRU24/7 tersaji dalam Tabel 3. Tabel 3. Strategi dan rencana aksi program role model pengendalian peredaran TSL melalui WRU24/7 Strategi Rencana Aksi Pelaksana Pemantapan kelembagaan koordinasi Intensifikasi pengawasan Pos Pelabuhan Membentuk unit tugas atau Wildlife Rescue Unit Menyusun MOU antara Balai KSDA Bengkulu dengan Para Mitra terkait ( Balai Karantina Pertanian, Balai Karantina Ikan, KSKP, Balai Gakkum, Lembaga Swadaya Masyarakat) Memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan koordinasi (Misal: melalui WhatsApp Group) Melakukan koordinasi dengan ASDP terkait penyediaan pos di dalam pelabuhan Mendorong pembentukan pos bersama para mitra di dalam pelabuhan Meningkatkan kapasitas SDM petugas di Pos Pelabuhan Revitalisasi pos jaga Balai KSDA Bengkulu di Penempatan personil sistem 24/7 (24 jam dalam sehari/7 hari dalam seminggu) Membangun fasilitas rehabilitasi satwa sementara di bakauheuni Seluruh stakeholders Seluruh stakeholders Seluruh stakeholders Seluruh stakeholders Seluruh stakeholders WCU-WCS Balai KSDA Bengkulu Balai KSDA Bengkulu Balai KSDA Bengkulu BALAI KSDA BENGKULU 7
Efektifkan penanganan TSL hasil tangkapan Efektifkan pencegahan peredaran TSL ilegal Koordinasi intensif dengan pengelola kawasan hutan atau area lainnya yang potensial dijadikan tempat pelepasliaran satwa tangkapan. Sosialisasi terhadap para pemegang izin pemanfaatan TSL Balai KSDA Bengkulu dan Unit Pengelola Kawasan (Taman Nasional, KPHL) LSM dan Balai KSDA Bengkulu Memperkuat sosialisasi di pelabuhan LSM dan Balai KSDA Bengkulu Sosialisasi terhadap pengusaha moda transportasi, perusahan jasa pengiriman barang, pos dan jasa penitipan barang Membangun sistem intelejen yang solid (lintas provinsi di Sumatera) LSM, Balai KSDA Bengkulu, Balai Karantina Pertanian, Balai Karantina Ikan. Yabi, WCS, Balai Gakkum, BKSDA, KSKP, Balai Karantina pertanian, Balai Karantina Ikan. BALAI KSDA BENGKULU 8
Tabel 4. Tata waktu tentatif pelaksanaan rencana aksi program role model pengendalian peredaran TSL melalui WRU24/7 No Rencana Aksi 2017 2018 J F M A M J J A S O N D 1 Membentuk unit tugas atau Wildlife Rescue Unit 2 Menyusun MOU antara Balai KSDA Bengkulu dengan Para Mitra terkait ( Balai Karantina Pertanian, Balai Karantina Ikan, KSKP, Balai Gakkum, Lembaga Swadaya Masyarakat) 3 Memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan koordinasi (Misal: melalui WhatsApp Group) 4 Melakukan koordinasi dengan ASDP terkait penyediaan pos di dalam pelabuhan 5 Mendorong pembentukan pos bersama para mitra di dalam pelabuhan 6 Meningkatkan kapasitas SDM petugas di Pos Pelabuhan 7 Revitalisasi pos jaga Balai KSDA Bengkulu di 8 Penempatan personil sistem 24/7 (24 jam dalam sehari/7 hari dalam seminggu) 9 Membangun fasilitas rehabilitasi satwa sementara di bakauheuni 10 Koordinasi intensif dengan pengelola kawasan hutan atau area lainnya yang potensial dijadikan tempat pelepasliaran satwa tangkapan. 11 Sosialisasi terhadap para pemegang izin pemanfaatan TSL 12 Memperkuat sosialisasi di pelabuhan BALAI KSDA BENGKULU 9
13 Sosialisasi terhadap pengusaha moda transportasi, perusahan jasa pengiriman barang, pos dan jasa penitipan barang 14 Membangun sistem intelejen yang solid (lintas provinsi di Sumatera) BALAI KSDA BENGKULU 10
10. Keberlanjutan Role Model Beberapa hal yang akan dilaksanakan Balai KSDA Bengkulu untuk memastikan keberlanjutan role model di masa yang akan datang adalah: a. Internalisasi program role model di kalangan internal Balai KSDA Bengkulu b. Memformalkan dukungan para pihak terhadap program ini dalam bentuk nota kesepahaman dan perjanjian kerjasama Pemantauan dan evaluasi terhadap implementasi program role model merupakan hal penting untuk memberikan masukan terhadap kebijakan strategis dan rencana aksi di masa yang akan datang. Tujuan monitoring dan evaluasi adalah untuk menilai efektivitas pelaksanaan strategi dan rencana aksi serta pencapaian sasaran outputs, outcome dan impact, dan agar dapat melakukan penyesuaian rencana aksi sesuai dengan kebutuhan. Monitoring dan evaluasi akan dilaksanakan paling sedikit satu kali dalam 3 (tiga) bulan. Monitoring dan evaluasi akan dilakukan dengan menggunakan metode analisis komparatif. Analisis terhadap implementasi program role model dilakukan dua tahap, yaitu: 1. Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana aksi Monev ini untuk mengetahui pencapaian maksud dan tujuan dari masing-masing rencana aksi/kegiatan. 2. Monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian output dan outcome Monev ini untuk mengetahui progres pencapaian output dan outcome sebagaimana indikator yang telah dijabarkan pada Bagian 7 Dokumen ini. 11. Rencana Anggaran dan Biaya Role Model Alokasi anggaran kegiatan pencapaian pada tahun 2018 akan dibiayai oleh DIPA Balai KSDA Bengkulu, serta sumber pendanaan lain yang sah. Rincian biaya program role model terlampir. Penanggung Jawab Usulan Role Model Kepala Balai KSDA Bengkulu Ir. Abu Bakar NIP. 19600401 198603 1 003 BALAI KSDA BENGKULU 11