BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Ditinjau dari sejarah, masalah pajak sudah ada sejak zaman dahulu walaupun pada saat itu namanya bukan "pajak" tetapi masih merupakan pemberian yang bersifat sukarela dari rakyat kepada pemimpinnya. Perkembangan selanjutnya pemberian itu berubah menjadi upeti yang sifat pemberiannya dipaksakan dalam arti bahwa itu bersifat "wajib" dan ditetapkan secara sepihak oleh Negara, Dengan kata lain "pajak" yang semula merupakan pemberian berubah menjadi pungutan, dan hal ini dianggap wajar karena kebutuhan negara akan dana semakin besar dalam rangka untuk memelihara kepentingan negara yaitu untuk mempertahankan negara dan melindungi rakyatnya dari serangan musuh maupun untuk melaksanakan pembangunan. Dengan demikian sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang ekonomi, sosial, dan kenegaraan. Masalah pajak adalah masalah masyarakat, negara, dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara pasti atau harus berurusan dengan pajak, dan oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh masyarakat dalam negara yang bersangkutan. Dengan demikian setiap orang sebagai anggota masyarakat harus
mengetahui segala permasalahan yang berhubungan dengan pajak, baik mengenai asas pengenaan pajak, jenis-jenis pajak, atau macam-macam pajak yang berlaku di negaranya, dan tata cara pembayaran pajak serta hak dan kewajiban wajib pajak. Sejak Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah di dalam pasal 9 ayat 4 dibahasmengenai "Restitusi Pajak Pertambahan (PPN) " dan Peraturan Menteri Keuangan / (PMK Nomor 72 /PMK.03/2010 Tanggal 31 Maret 2010) tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Setiap ada permohonan restitusi PPN dari Pengusaha Kena Pajak (PKP) kepada pihak fiskus, maka pihak fiskus berkewajiban memberikan pelayananan sesegera mungkin dan Direktorat Jenderal Pajak harus menerbitkan surat ketetapan paling lama 12 ( dua belas ) bulan sejak dilakukan penelitian atau pemeriksaan terhadap wajib Pajak. Oleh karena itu di dalam Undang-Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan UU Nomor 42 Tahun 2009 di mana di dalam ketentuan pasal 9 ayat 4 dibatasi bahwa kelebihan PPN hanya dapat dipindahbukukan atau dikompensasikan ke masa pajak berikutnya. Dan sebelum Direktorat Jenderal Pajak (DJP) memberikan restitusi PPN kepada PKP terlebih
dahulu pemerintah melakukan penelitan dan pemeriksaan terhadap permohonan pengembalian kelebihan pajak yang diajukan oleh PKP. Secara kronologis, sejarah perkembangan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia meliputi: a. Pajak Pembangunan I Pajak Pembangunan I atau PPb I dipungut secara resmi pada 1 Juli 1947 atas usaha rumah makan, penginapan, dan penyerahan jasa di rumah makan dan PPb I resmi menjadi pajak daerah sejak tahun 1957. b. Pajak Peredaran Tahun 1950 Pajak Peredaran ini agak berbeda pengenaannya karena didasarkan atas penyerahan barang dan jasa yang dilakukan di Indonesia dengan menggunakan satu tarif 2,5 % ( dua setengah persen) dan besifat kumulatif. c. Pajak Penjualan Undang-undang Nomor 35 Tahun 1953 sebagai dasar hukum pemungutan pajak penjualan yang dikenal dengan Pajak Penjualan ( PPN 1951 ). Pemungutan PPN 1951 ini menggunakan Single Stage Tax pada tingkat pabrikan. d. Pajak Pertambahan Nilai Sistem kumulatif pada Pajak Penjualan 1951 direformasi dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam dalam negeri ( di dalam Daerah Pabean ), baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa. PPN dikenakan terhadap hanya terhadap pertambahan nilainya saja dan dipungut beberapa kali pada berbagai mata rantai jalur perusahaan. Pertambahan nilai itu sendiri timbul karena digunakannnya faktor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen. Pengenaan PPN dilaksanakan berdasarkan sistem faktur, sehingga atas penyerahan barang dan atau penyerahan jasa wajib dibuat faktur pajak sebagai bukti transaksi penyerahan barang dan atau penyerahan jasa yang terutang pajak. Apabila dalam suatu masa pajak, PPN yang dibayar oleh PKP pada waktu perolehan atau impor Barang Kena Pajak (BKP) dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak (JKP) ternyata lebih besar daripada PPN yang dipungut, maka kelebihan PPN tersebut dikompensasikan. Sedangkan yang dikembalikan hanyalah kelebihan PPN untuk masa pajak pada akhir tahun buku PKP yang bersangkutan. antara lain: Dalam menghitung besarnya pajak yang terutang, terdapat 3 (tiga) metode
a. Addiction Method Besarnya PPN dihitung dari tarif dikalikan seluruh penjumlahan nilai tambah, dengan syarat setiap Pengusaha Kena Pajak harus mempunyai pembukuan yang tertib dan rinci atas biaya yang dikeluarkan. b. Subtraction Method Pada metode ini, PPN yang terutang dihitung dari tarif dikalikan selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian. c. Credit Method Dalam metode ini harus dicari selisih antara pajak yang dibayar saat pembelian dengan pajak yang dipungut pada saat penjualan. Untuk mendapatkan data yang akurat mengenai jumlah Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) yang harus dihasilkan oleh Wajib Pajak diperlukan informasi yang lengkap dan benar tentang penghasilan pajak itu sendiri. Untuk itu diperlukanlah kejujuran dari Wajib Pajak itu sendiri dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) penulis tertarik untuk mengetahui pelaksanaan restitusi yang lebih nyata. Di samping itu juga penulis mengharapkan penyusunan laporan PKLM ini dapat membantu, guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Sehingga dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), penulis ingin mengetahui realita yang sebenarnya. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul
PKLM dnegan mengambil topik : "TATA CARA PENGAJUAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN". B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan salah satu syarat yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Secara spesifik tujuan dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah: a. Untuk mengetahui data lapangan mengenai Tata Cara Pengajuan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN). b. Untuk mengetahui pelaksanaan pengajuan restitusi PPN yang sebenarnya.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri Manfaat yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) ini adalah : 2.1. Bagi Mahasiswa a. Menambah ilmu pengetahuan bagi diri sendiri khususnya tentang Tata Cara Pengajuan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai. b. Untuk memahami bagaimana melaksanakan restitusi Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak. c. Untuk mendorong mahasiswa dan mahasiswi untuk mengetahui bagaimana situasi dunia kerja yang sebenarnya dan menjadikan mahasiswa dan mahasiswi sebagai tenaga ahli yang siap pakai. 2.2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan a. Sebagai bahan pendukung pengambilan keputusan dalam masalah yang berhubungan dengan pengajuan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai. b. Dalam memperoleh ide-ide dan upaya dalam penghitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
c. Adanya Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ), mahasiswa dan mahasiswi dituntut sumbangsihnya terhadap instansi berupa masukanmasukan yang bersifat membangun. 2.3. Bagi Program Diploma HI Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara ( USU ) a. Sebagai bahan masukan bagi yang membutuhkan terutama mengenai Tata Cam Pengajuan Restitusi PPN b. Agar lebih mudah memahami bagaimana permasalahan yang timbul dalam restitusi PPN. C. Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak 1.1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang- Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi ) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum ( Suandy, 2009: 10).
1.2. Prof. Dr. P. J. A. Adriani luran kepada negara ( dapat dipaksakan ) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan ( Suandy, 2009:10). 1.3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan fungsi pajak adalah : a. Fungsi Budgetair ( Penerimaan ) Sebagai sumber utama untuk membiayai pengeluaran umum dan public investment (investasi publik). b. Fungsi Regulasi ( Mengatur ) Sebagai alat kebijakan pemerintah dalam mengatur bidang ekonomi, sosial, dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Misalnya : Pemerintah ingin mendorong ekspor maka tarif ekspor dikenakan 0%. 2. Definisi Pajak Pertambahan Nilai (PPN ) Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak ( BKP ) dan/atau Jasa Kena Pajak ( JKP ) di dalam negeri ( di dalam daerah Pabean ), baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa yang dikehanakan Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 dan perubahannya. 3. Definisi Pengusaha Kena Pajak Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya. 4. Definisi Restitusi Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ( PMK Nomor 72 /PMK.03 72010 Tanggal 31 Maret 2010) pasal 2 kelebihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. Kelebihan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 dalam pasal 9 ayat (4a), ayat (4b), dan ayat (4c) Undang-Undang PPN; atau b. Kelebihan Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak tertentu sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang telah dibayar atas perolehan Barang Kena Pajak yang t&golong mewah yang diekspor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang PPN, dalam hal ekspor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah. D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) Dalam memberikan pelayanan yang mudah dan cepat dalam pengambilan keputusan dan pemberian restitusi PPN kepada Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan. Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) yang dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, penulis akan membahas secara rinci mengenai: 1. Tata Cara Pengajuan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
2. Pelaksanaan pengajuan restitusi Pajak Pertambahan Nilai. 3. Masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan restitusi. 4. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai dan restitusi. E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi yang berhubungan dengan judul yang diambil, maka penulis menggunakan teknik-teknik, sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini penulis melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ), mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal dan melakukan konsultasi dengan pihak Dosen yang bersangkutan. 2. Studi Literatur Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti undang-undang, buku-buku, majalah maupu literatur lain yang berhubungan dengan Pengajuan Restitusi. 3. Observasi Lapangan
Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, mengenai Tata Cara Pengajuan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai. Dalam observasi ini penulis memberikan suatu surat pengantar untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) dan melakukan pengamatan terhadap data yang akan diminta pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan. 4. Pengumpulan Data Penulis melakukan pengumpulan data mengenai Tata Cara Pengajuan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai melalui: a. Data Primer ( bersumber dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan). b. Data Sekunder ( bersumber dari buku-buku ilmiah, dan Undang- Undang yang berhubungan dengan Pajak Pertambahan Nilai). 5. Analisa dan Evaluasi Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka penulis akan menuliskan secara sistematis terhadap sumber data sesuai dengan fakta-fakta yang ada secara faktual dan cermat kemudian menganalisanya untuk mencapai kesimpulan.
F. Metode Pengumpulan Data Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data adalah sebagai berikut: 1. Daftar Wawancara (Interview Guide ) Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan informasi tentang Tata Cara Pengajuan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai. 2. Daftar Observasi ( Observation Guide ) Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian. 3. Daftar Dokumentasi ( Optional) Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan prosedur Pengajuan Restitusi Pajak Petambahan Nilai, dan meminta berbagai dokumen dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
G. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat alasan penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ). Tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data, dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ). BAB H : GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat Pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, Struktur Organisasi Kantor PKLM, dan Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai. BAB III: GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK Pada bab ini penulis menguraikan tentang pengertian pajak, fungsi pajak, pengertian Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ), subjek dan objek PPN, pengecualian PPN, dasar pengenaan.
tarif dan tata cara penghitungan PPN serta hal-hal yang berhubungan dengan restitusi. BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA Bab ini berisikan tentang analisa dan evaluasi data yang diperoleh mengenai pelaksanaan pengajuan restitusi PPN, masalah yang sering timbul, penyebabnya dan pemecahan masalah. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang berisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN