I PENDAHULUAN. Indonesia sehingga penanganan dalam pengembangannya mudah. Ayam lokal

dokumen-dokumen yang mirip
II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

III. KEBUTUHAN ZAT-ZAT GIZI AYAM KUB. A. Zat-zat gizi dalam bahan pakan dan ransum

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

Peubah yang diamati meliputi berat badan awal, berat badan akhir, pertambahan berat badan, konsumsi pakan, feed convertion ratio (FCR), kecernaan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging dengan bobot badan 1,9 kg

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

I PENDAHULUAN. satu jenis ayam lokal di antaranya adalah ayam sentul yang merupakan ayam asli

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat, Populasi ayam lokal pada tahun 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal

HASIL DAN PEMBAHASAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bagi kesehatan. Pengobatan tradisional telah banyak digunakan sebagai

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan

NUTRISI UNGGAS 11/8/2016. Catootjie L. Nalle, Ph.D. Jurusan Peternakan Program Study Teknologi Pakan Ternak Politeknik Pertanian Negeri Kupang

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

PENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat kita, adalah ayam petelur jenis unggul yang mempunyai daya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS)

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wiharto (2002) a yam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

II KAJIAN KEPUSTAKAN. macam yaitu tipe ringan dengan ciri warna bulu putih bersih, badan ramping serta

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan ternak lokal untuk memenuhi keperluan protein hewani masyarakat merupakan salah satu langkah yang tepat, hal ini karena ternak lokal tidak memerlukan penanganan yang sulit dan sudah cocok dengan lingkungan Indonesia sehingga penanganan dalam pengembangannya mudah. Ayam lokal sudah mendapat perhatian dan telah berkembang secara komersial sampai ke bidang pembibitannya. Sebagai penghasil daging, ayam lokal mempunyai prospek yang baik, karena permintaan akan daging ayam lokal semakin meningkat. Populasi Ayam lokal pada tahun 2014 mencapai 274,1 juta ekor pada tahun 2015 menjadi 285 juta ekor (Ditjennak 2015). Salah satu ternak lokal dari jenis unggas adalah ayam Sentul. Ayam Sentul merupakan salah satu jenis ayam lokal yang popular dipelihara oleh masyarakat Ciamis. Ayam Sentul mempunyai fisik seperti ayam aduan dan bertipe dwiguna yaitu sebagai penghasil telur dan daging sehingga mendukung ketersediaan protein hewani. Ayam Sentul memiliki sifat yang berbeda dari ayam lokal lainnya yaitu, Warna bulu yang khas, daya adaptasi tinggi, pertumbuhan yang relatif cepat serta produksi telur yang tinggi. Standarisasi keperluan ayam lokal khususnya ayam Sentul di Indonesia sampai saat ini masih belum ada. Hal ini dikarenakan ayam lokal begitu beragam performannya, sehingga memerlukan nutrisi yang berbeda untuk pertumbuhannya. Ayam Sentul Warso merupakan ayam Sentul yang dikembangkan di perusahaan Warso Unggul Gemilang. Keperluan ayam lokal yang satu dengan jenis lainnya tidak bisa disamakan karena

2 dalam perkembangannya ayam mempunyai kecepatan pertumbuhan yang berbeda, apalagi saat ini banyak lokal persilangan. Pemberian ransum yang tidak sesuai dengan keperluan, akan berpengaruh terhadap performanya yang biasa dimanifestasikan pada besaran konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam tersebut. Ransum harus memenuhi keperluan untuk pertumbuhan, terutama keperluan akan energi dan proteinnya. Kandungan energi ransum berpengaruh pada besaran asupan nutrien pada ternak. Pemberian ransum yang rendah kandungan energinya akan meningkatkan konsumsi ransum ayam untuk memenuhi keperluannya, sehingga kemungkinan konsumsi protein dan zat lainnya akan berlebih. Sebaliknya apabila ransum yang diberikan memiliki kandungan energi yang terlalu tinggi, maka konsumsi ransumnya lebih sedikit dan kemungkinan keperluan protein maupun zat lainnya berkurang sehingga tidak memenuhi keperluan untuk pertumbuhan. Pemberian ransum dengan kandungan energi dan protein yang seimbang sangat penting dilakukan, untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal dan efisiensi produksi. Keperluan energi dan protein dalam ransum untuk ayam Sentul Warso belum didapatkan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian Pengaruh Tingkat Energi Dan Protein Dalam Ransum Terhadap Konsumsi Ransum, Pertambahan Bobot Badan Dan Konversi Ransum Ayam Sentul Warso.

3 1.2 Identifikasi Masalah 1. Adakah pengaruh Tingkat Energi dan Protein dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum pada Ayam Sentul Warso 2. Pada energi dan protein ransum berapa ayam Sentul Warso dapat menghasilkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum yang optimal 1.3 Maksud dan Tujuan Peneitian 1. Mempelajari dan mengetahui pengaruh pemberian tingkat energi dan protein yang berbeda terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum pada ayam Sentul Warso. 2. Mendapatkan tingkat energi dan protein yang menghasilkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum yang optimal pada ayam Sentul Warso. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi yang membacanya, dan memberikan informasi khususnya bagi peternak agar dapat mengetahui tingkat energi dan protein yang sesuai terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan dan konversi ransum pada ayam Sentul Warso. 1.5 Kerangka Pemikiran Indonesia memiliki banyak rumpun unggas lokal yang berpotensi tinggi untuk pengembangan peternakan. Saat ini terdapat 31 rumpun yang mempunyai ciri spesifik dan sebagian berpotensi untuk dijadikan ternak unggas komersial pedaging dan/atau petelur (Sartika dan Iskandar, 2007). Salah satu dari Rumpun

4 tersebut adalah ayam Sentul. Ayam Sentul merupakan ayam lokal yang berasal dari Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Ayam Sentul dipelihara secara semi intensif dan dapat dijadikan komoditas untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Ciamis (Iskandar dkk., 2004 a). Kepemilikan ayam Sentul per kepala keluarga relatif kecil meskipun ayam ini tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Ciamis (Iskandar dkk.,2004 b). Perkembangan ayam Sentul terus meningkat, karena banyak peternak yang berfungsi sebagai pembibit, namun demikian dalam perkembangannya ayam Sentul masih berbeda kemurniannya. Hal tersebut kemungkinan mengakibatkan terjadi perbedaan performan. Salah satu pembibit ayam Sentul adalah perusahaan Warso Unggul Gemilang. Pada perusahaan ini doc dibudidayakan sampai menjadi pullet, diseleksi yang bagus dan berkualitas untuk dibuat indukan (parent stock). Indukan yang dipilih karena postur tubuh ayam besar dan tinggi, sehingga menghasilkan indukan yang berkualitas, yaitu bobot jantan 2,5 kg 3,5 kg dan bobot betina 2,0 kg 2,5 kg. Kualitas bobot tubuh ayam Sentul dewasa jantan sebesar 2,63 kg, sedangkan untuk bobot tubuh ayam Sentul dewasa betina sebesar 1,73 kg (Iskandar, 2010). Induk tersebut menghasilkan produksi telur relatif rendah dan umur awal produksi 19 minggu serta afkir umur 80 minggu. Warso Unggul Gemilang tidak memperhitungkan produktivitas telur yang relatif rendah, tetapi melihat postur tubuh ayam besar dan tinggi. Indukan seperti ini dapat menghasilkan DOC yang berkualitas, dengan demikian DOC ayam kampung asli Warso Unggul Gemilang akan lebih baik diarahkan sebagai budidaya ayam kampung pedaging. DOC ayam kampung asli Warso Unggul Gemilang berkualitas baik dan cepat pertumbuhannya, apabila dengan manajemen pemeliharaan yang baik, pada umur 12 minggu sudah bisa mencapai bobot

5 rata-rata 1 kg. Penyusunan dalam ransum unggas, selain zat makanan seperti protein, lemak, vitamin, mineral, kandungan energi ransum juga harus diperhatikan, karena kandungan energi dalam ransum akan menentukan konsumsi ransum (Wahju, 2004). Tujuan ternak mengonsumsi ransum adalah untuk mempertahankan hidup, meningkatkan bobot badan dan untuk berproduksi (Anggorodi, 1985). Konsumsi ransum adalah banyaknya ransum yang dimakan dalam waktu tertentu. Ayam mengkonsumsi ransum untuk memenuhi keperluan bagi berlangsungnya proses-proses biologis di dalam tubuh secara normal sehingga proses pertumbuhan dan produksi telur berlangsung optimal (Suprijatna dkk.,2005). Konsumsi ransum dipengaruhi oleh temperatur lingkungan, kesehatan, genetik, berat badan, kecepatan pertumbuhan, bentuk makanan, imbangan zat makanan, stres dan tingkat energi ransum. Unggas mengkomsumsi makanan terutama adalah untuk mencukupi keperluan energinya. Jika tingkat energi ransum tinggi maka konsumsi ransum akan menurun, bila tidak diperhatikan kandungan zat makanan lain dalam ransum, maka ternak akan kekurangan dan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan produksi, sehingga jumlah makanan yang dikonsumsi hendaknya cukup mengandung protein, vitamin dan mineral untuk kebutuhan hidupnya (NRC, 1994). Energi adalah kalori sebagai bahan bakar yang sangat dibutuhkan dalam seluruh proses metabolisme dan fungsi-fungsi tubuh ternak. Energi ransum yang dimanfaatkan tubuh ayam berasal dari pencernaan (perombakan) pati (karbohidrat), lemak, dan protein ransum. Optimalisasi protein dan energi ransum merupakan upaya untuk meningkatkan efisiensi ekonomis penggunaan ransum oleh ternak sesuai dengan kapasitas laju pertumbuhan genetis ternak itu sendiri. Kekurangan asupan protein dan energi menyebabkan tertahannya

6 kapasitas genetik tumbuh sehingga ternak tumbuh kurang optimal. Sebaliknya, apabila asupan protein dan energi berlebihan, ternak akan mengeluarkan kelebihan protein tersebut sehingga merupakan pemborosan. Jika keperluan energinya sudah terpenuhi, ayam akan berhenti makan. Protein merupakan senyawa biokimia kompleks yang terdiri atas polimer asam-asam amino dengan ikatan-ikatan peptida. Setiap monomer asam amino mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan sebagian belerang. Ada 20 asam amino yang dibutuhkan tubuh, 10 di antaranya dapat disintesis tubuh, sedangkan 10 asam amino lainnya merupakan asam amino esensial yang harus disediakan dari luar tubuh. Protein diperlukan tubuh untuk mempertahankan hidup pokok dalam menjalankan fungsi-fungsi sel dan produktivitas, seperti pertumbuhan otot, lemak, tulang, telur, dan semen (Leeson dan Summers, 1991). Banyaknya konsumsi protein bergantung pada ransum yang dikonsumsi yaitu semakin banyak konsumsi ransum maka semakin banyak pula perolehan protein yang berasal dari ransum (Cheeke, 2005). Protein tubuh bersifat dinamis statis dengan sistem sintesis dan degradasi yang terus menerus, maka keberadaannya dalam ransum yang masuk tubuh sangat diperlukan. Tingkat protein dalam ransum untuk ternak biasanya diberikan dengan nilai keperluan minimum (Wahju, 2004). Kelebihan protein dalam ransum tidak efisien karena akan dibuang melalui urin, sehingga kandungan energi dan protein dalam ransum harus seimbang. Pertumbuhan ternak erat hubungannya dengan pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengubah zat-zat nutrisi yang terdapat dalam pakan (Ensminger,1992). Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot badan yang dicapai seekor ternak selama

7 periode tertentu. Perbedaan bobot badan antara ternak yang diberikan pakan ad libitum dan ternak yang pakannya dibatasi serta perbedaan antara ternak yang mendapatkan rasio pakan yang optimal dan ternak yang mendapatkan pakan tidak optimal (Gordon dan Charles, 2002). Protein dan energi merupakan nutrisi yang dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan dan produktivitas yang maksimal (National Research Council, 1994). Konversi ransum atau FCR (Feed Convertion Ratio) merupakan istilah yang banyak digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan makanan. FCR menunjukkan banyaknya makanan yang dikonversikan menjadi bobot badan dan semakin rendah nilai FCR menunjukkan efisiensi makanan yang semakin baik. Konversi pakan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti: umur ternak, bangsa, genetik, kandungan gizi pakan, keadaan temperatur dan keadaan unggas (Anggorodi, 1985). Angka konversi pakan menunjukkan tingkat penggunaan pakan. Jika angka konversi semakin kecil maka, penggunaan pakan semakin efisien dan sebaliknya jika angka konversi besar maka, penggunaan pakan tidak efisien (Campbell, 1984). Tingkat konversi pakan yang berbeda beda tergantung kadar protein dan energi metabolisme pakan, suhu lingkungan, umur ayam, kondisi kesehatan dan komposisi pakan. Nilai konversi ransum ayam Poncin pada umur 0-12 minggu sebesar 3,92 4,53 (Suci dkk., 2005), sedangkan nilai konversi ransum ayam kampung umur 0 8 minggu antara 2,15 2,70 (Chandrawati 1999). Penyusunan ransum ayam lokal yang dipakai di Indonesia didasarkan untuk rekomendasi untuk standar ayam ras menurut Scott et al., (1982) dan NRC (1994). Kebutuhan energi termetabolis ayam tipe ringan umur 2-8 minggu, antara 2600 3100 kkal/kg dan protein pakan antara 18% - 24% (Scott et al., 1982)

8 sedangkan menurut NRC (1994) kebutuhan energi termetabolis dan protein masing masing 2900 kkal/kg dan 18%. Kandungan energi yang tinggi dalam pakan akan membuat ayam lebih cepat berhenti makan. Ransum yang diberikan pada sebagian besar ayam lokal yang dipelihara secara tradisional mengandung protein 8,8-12% dengan energi 1.700-2.800 kkal ME (metabolizable energy)/kg (Iskandar dkk., 1991; Dessie dan Ogle 1997; Rashid dkk., 2004), Ayam buras membutuhkan energi metabolis 2.800 Kkal/kg dengan protein 20% pada umur 3 hari sampai dengan 8 minggu Kurtini (1995), Suryono (1983), menggunakan energi 2.450 Kkal/kg dengan protein 18% pada umur 1-10 minggu, Hodijah (1991) menggunakan energi metabolis dari 2.600-2.900 Kkal/kg dengan tingkat protein 12%-14% pada Ayam Nunukan dan Iskandar dkk., (1999) menggunakan ransum dengan energi metabolis 2900 Kkal/kg dan protein 15% pada persilangan ayam kampung umur 0-4 minggu. Berdasarkan kerangka pemikiran maka dapat ditarik suatu hipotesis pada tingkat energi 2750 kkal ME/kg dan protein 17% menghasilkan konsumsi, pertambahan bobot badan dan konversi ransum yang optimal pada ayam Sentul Warso. 1.6 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 10 minggu pada bulan Februari 2017 sampai April 2017 yang bertempat di kandang Test Farm, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran, Sumedang, Jawa Barat.

9