BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini sangat kompleks sehingga banyak masalah kesehatan yang muncul, masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara maju yaitu hipertensi atau tekanan darah tinggi, walaupun di Indonesia peluang masyarakat menderita hipertensi belum sebesar negara maju namun ancaman hipertensi tidak boleh diabaikan begitu saja (Dalimartha,2008). Di seluruh dunia, hampir 1 miliar orang atau sekitar seperempat dari seluruh populasi orang dewasa menyandang tekanan darah tinggi. Jumlah ini cenderung meningkat setiap tahunnya, di Inggris (UK) penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang. Di Inggris (England) 34% pria dan 30% wanita menyandang tekanan darah tinggi diatas 140/90 mmhg dan sedang menjalani pengobatan (Palmer, 2007). Di Indonesia belum ada data yang akurat mengenai angka kematian akibat hipertensi tetapi sudah ada penelitian metodologis yang dilakukan secara berbedabeda oleh para ahli. Dari hasil penelitian diperkirakan bahwa penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan terserang penyakit hipertensi adalah 1,8% - 2,86% dan sebagian yang lain menyatakan 8% - 10% (Dalimartha, 2008). Berdasarkan data yang diambil dari kantor kepala desa jumlah penduduk desa buntu bedimbar dusun XI yang berusia diatas 20 tahun berjumlah 546 jiwa. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang dikenal dengan istilah silent killer karena gejalanya hanya sedikit, bahkan terkadang tanpa gejala (Palmer,
2007; Sheps, 2005). Hal ini yang menyebabkan sedikit sekali orang beranggapan bahwa kondisi ini mengancam jiwa. Padahal hipertensi merupakan penyebab utama stroke, serangan jantung, gagal jantung, gagal ginjal, demensia dan kematian prematur. Apabila tidak ditanggapi secara serius, umur penderitanya bisa diperpendek 10-20 tahun (Sheps, 2005). Walaupun demikan, hipertensi masih kurang mendapat perhatian. Penyebab utamanya karena penyakit ini baru menunjukkan gejala setelah tingkat lanjut (Sheps, 2005). Hal ini yang menyebabkan pengobatan hipertensi belum mencapai hasil memuaskan, contohnya di Amerika Serikat keberhasilan terapi ini sampai tahun 1994 hanya sekitar 30 persen (Siswono, 2001). Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan cara farmakologis yaitu dengan obat-obat anti hipertensi atau secara non farmakologis yaitu dengan modifikasi gaya hidup atau bisa juga kombinasi dari kedua-duanya (Dekker, 1996). Pada saat obat anti-hipertensi diperlukan, pengobatan non-farmakologis dapat digunakan sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik (Dalimartha,2008). Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pengobatan nonfarmakologi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap pengobatan hipertensi (Sneltzer & Bare, 2002). Salah satu terapi non farmakologis yang ditawarkan untuk menurunkan hipertensi dengan terapi masase (pijat). Teknik pemijatan pada titik tertentu dapat menghilangkan sumbatan dalam darah sehingga aliran darah dan energi di dalam tubuh kembali lancar (Dalimartha, 2008).
Pada kasus hipertensi terapi pijat melalui titik akupunktur memperkuat kembali energi tubuh dan raga yang sudah lemah. Akupunktur ini bekerja berdasarkan teori meridian yaitu qi (energi vital) dan darah yang bersirkulasi dalam tubuh melalui sistem saluran yang disebut meridian yang menghubungkan organ internal dengan eksternal. Dengan pemijatan, titik tertentu pada permukaan tubuh yang terletak dijalur meridian dirangsang sehingga aliran qi dan darah bisa diatur sehingga resiko penyakit hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir.. Woolfson dan Hewitt (1992) memperlihatkan bahwa masase kaki dengan minyak lavender yang dilakukan 2 kali seminggu selama 5 minggu pada pasien dengan penyakit koroner dapat menurunkan tekanan darah, frekuensi denyut jantung dan pernapasan. Penelitian ini memperlihatkan penurunan yang konsisten pada tekanan darah 50% dari jumlah sampel, frekuensi denyut jantung 91,6% dari jumlah sampel, rasa nyeri 50% dari jumlah sampel, dan pernapasan 75% dari jumlah sampel. Penelitian ini mendukung bahwasa masase dengan minyak esensial lavender memberikan manfaat yang besar. Berdasarkan studi pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui Bagaimana Efektivitas Masase Kaki dengan Minyak Esensial Lavender terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun XI Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
2. Pertanyaan penelitian Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat diambil rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, bagaimana keefektifan masase kaki dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Dusun XI Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. 3. Tujuan penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : 3.1 Untuk Mengetahui Tekanan Darah sebelum Masase Kaki dengan Minyak Esensial Lavender 3.2 Untuk Mengetahui Tekanan Darah Setelah Masase Kaki dengan Minyak Esensial Lavender 3.3 Untuk Mengetahui Perbedaan Tekanan Darah sebelum dan sesudah Masase Kaki dengan Minyak Esensial Lavender 4. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi: 4.1 Pendidikan keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu contoh intervensi mandiri perawat dalam penatalaksanaan hipertensi untuk membantu menurunkan tekanan darah dengan menggunakan masase minyak esensial lavender.
4.2 Praktek keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan bekal perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya bagi keperawatan medikal bedah dengan memberikan intervensi masase minyak esensial lavender untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. 4.3 Penelitian keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan pada penelitian selanjutnya untuk meneliti manfaat masase minyak esensial dengan jenis masase dan jenis minyak esensial yang bebeda terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.