xv BAB PENDAHULUAN..Latar Belakang Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun kenyataanya mampu hadir dan berkiprah di indonesia tumbuh dan berkembang denan baik (perkebunannya dapat ditemukan antara lain di sumatra utara dan D.I. Aceh) dan produk olahanya minyak sawit menjadi salah satu komoditas perkebunan yang handal. ( Tim penulis) Minyak Sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari minyak sawit. Minyak sawit disamping digunakan sebaai bahan mentah industri pangan, dapat pula digunakan sebagai bahan mentah industri non-pangan. Dalam perekonomian indonesia komoditas kelapa sawit memegang peranan yang cukup strategis karena komoditas ini punya prospek yang cerah sebagai sumber devisa negara. di samping itu, minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak di konsumsi di seluruh dunia, sehingga secara terus menerus mampu menjaga stabilitas harga minyak sawit.(risza,994) Tandan buah sawit yang diolah dipabrik akan menghasilkan minyak sawit, inti sawit, cangkang, serat dan tandan kosong. Dalam proses pengolahan terdapat bahan tidak termanfaatkan seperti tandan kosong dan air buangan pabrik. Karena
xvi kapasitas yang cukup besar yaitu antara 0 s/d 60 ton/jam maka bahan buangan tersebut mempengaruhi lingkukngan Biotik dan Abiotik. Perkembangan areal perkebunan kelapa sawit yang diikuti dengan pembangunan pabrik yang cukup pesat akan mempengaruhi lingkungan sekitar terutama lingkungan badan penerima limbah. Untuk mengurangi dampak negatif pabrik pengolahan kelapa sawit yang mengacu pada undang-undang No 4 tahun 982 dan peraturan pemerintah, maka pengendalian limbah pabrik kelapa sawit harus dilakukan dengan baik. Pengendalian limbah pabrik kelapa sawit dapat dilakukuan dengan cara pemanfaatan, pengurangan volume limbah dan pengawasan mutu limbah. Pembangunan instalasi pengendalian limbah dilakukan bersamaan dengan pembanguna pabrik kelapa sawit dengan sistem yang didasarkan kepada kapasitas dan kualitas yang diinginkan. (Naibaho.998) Pemakaian energi bahan bakar yang berasal dari fosil secara global dan terus menerus telah meningkatkan kebutuhan akan sumber energi alternatif. Kini penghargaan terhadap sistem energi biologi semakin bertambah dan kemajuan Bioteknologi dalam bidang ini akan segera membuatnya menjadi proses pilihan sebagai realitas ekonomi. Biomassa seperti residu pengolahan hutan, pertanian serta hewan, limbah organik industri dan ternak, sekarang dapat di koversikan melalui proses fisik-kimiawi dan atau Fermentasi utuk membuat bahan bahan pengganti Petrokimia serta membersihkan bahan bakar fosil. Karena sumber-sumber bahan
xvii bakar fosil akan habis dan menjadi semakin mahal, konversi residu organik menjadi bahan bakar cair akan merupakan pertimbangan yang semakin menarik dan semakin ekonomis. Biomassa dapat dianggap sebagai sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable), dan sumber energi ini dapat diubah menjadi energi langsung atau menjadi senyawa senyawa pembawa energi lewat pembakaran langsung, sistem pencernaan anaerob, destilasi, destilasi destruksi, gasifikasi, hidrolisis kimiawi dan hidrolisis biokimiawi. Konversi biomassa yang dihasilkan menjadi bahan bakar yang dapat digunakan bisa dilakukan dengan cara biologi atau kimiawi ataupun gabungan keduanya. Dua jenis produk akhir yang utama adalah Metana atau Etanol, walaupun produk akhir lainnya dapat timbul sesuai dengan biomassa permulaanya dan dengan proses yang dipakai: sebagai contoh, bahan bakar padat, hidrogen, gas energi rendah, metanol dan hidrokarbon rantai panjang. (Smith,998) Pencemaran yang ditimbulkan industri karena ada limbah keluar pabrik mengandung bahan beracun dan bahan berbahaya. Bahan pencemar keluar bersama bahan buangan melalui media udara, air, dan bahan padatan. Bahan buangan yang keluar pabrik masuk dalam lingkungan dapat diidentifikasi sebagai sumber pencemar. pencemaran terjadi akibat adanya bahan beracun dan berbahaya dalam limbah lepas yang masuk lingkungan hingga terjadi perubahan kualitas lingkungan. Sumber bahan beracun dan berbahaya dapat diklasifikasikan: () industri kimia
xviii organik dan anorganik, (2) pengguna bahan beracun dan berbahaya sebagai bahan baku atau bahan penolong dan (3) peristiwa kimia-fisika,biologi dalam pabrik. (Agusnar,2008) Sementara pemerintah, dunia industri dan masyarakat mengamati bahwa pendekatan ujung pipa (the end of pipe) yang merupakan salah satu upaya strategis untuk melindungi lingkungan hidup bukanlah metode yang efektif dan hemat biaya. Masih banyak kendala dilapangan. Oleh karena itu disusun beberapa kriteria prinsip pengelolaan atau manajemen limbah baik senyawa kimia organik maupun senyawa anorganik atau campurannya sebagai berikut: Pollution prevention principe berarti upaya untuk meminimalisasi timbunan limbah senyawa kimia organik maupu senyawa kimia anorganik atau prinsip pencegahan pencemaran. Polluter pays principe berarti pihak penghasil bahan pencemar atau kontaminan senyawa kimia harus membayar semua biaya yang dikeluarkan untuk memproses limbah senyawa kimia organik dan senyawa anorganik. Crade to grave principe berarti pengawasan limbah dimulai sejak dihasilkan di tempat proses sampai limbah limbah dibuang. Limbah dan hasil samping dapat memberikan nilai ekonomis bagi pemrakarsa. Hal ini termasuk penerapan teknologi bersih terhadap proses dan bahan baku industri.
xix Pengolahan dan penimbunan limbah harus sedekat mungkin dengan sumber limbah. Non discriminatory principe berarti semua limbah senyawa senyawa kimia organik dan senyawa kimia anorganik harus diperlakukan sama dalam pengolahan dan penanganannya. Memeperhatikan dan melaksanakan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). (Suharto,20).2.Permasalahan Yang menjadi pokok permasalahan dalam hal ini ialah bagaimana mengatasi air buangan limbah cair pada pabrik pengolahan kelapa sawit di PT.Multimas Nabati asahan,tbk serta pamanfaatnya sebagai biogas dalam unit refinery dan pengurangan beban pencemaran limbah yang dapat merusak lingkungan hidup serta dampak dampak lainya..3.tujuan - Untuk mengetahui bagaimana manfaat dari Limbah Cair Kelapa Sawit (LCPKS) menjadi gas methan (biogas) melalui proses fermentasi Anaerobic. - untuk mengetahui jumlah limbah yang direduksi oleh tanki Anaerob memenuhi standart yang ditetapkan Menteri Lingkungan Hidup untuk dibuang ke badan air yaitu laut. - untuk mengetahui metode yang lebih baik dalam teknologi pengolahan limbah kelapa sawit.
xx.3. Manfaat Dengan adanya kegiatan analisa serta observasi pada instalasi pengolahan air limbah (IPAL) maka dapat diketahui mekanisme terbentuknya biogas dari proses fermentasi, manfaat gas methan sebagai bahan bakar unit refinery juga dampaknya terhadap lingkungan hidup. Serta metode mana yang lebih baik dalam mengurangi jumlah limbah pencemaran untuk setiap pengolahan limbah cair kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent) dalam pabrik.