DAMPAK MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR IPA-FISIKA SISWA DI MTs NEGERI JEMBER 1

dokumen-dokumen yang mirip
Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER DISERTAI MEDIA CARD SORT DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW (SQ3R) DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PREDICTION GUIDE DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP

MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY (GD) DISERTAI MEDIA AUDIOVISUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) DI SMP

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

Ari Soraya Nurilah, Sudarti, Nuriman

MODEL INQUIRY TRAINING DENGAN SETTING KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

IMPLEMENTASI MODEL DISCOVERY LEARNING DISERTAI LEMBAR KERJA SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA SISWA DI SMA

HASIL BELAJAR IPA SISWA DI SMP

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DI SMP. Imroatus Sholehah, Trapsilo Prihandono, Yushardi

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

MODEL PEMBELAJARAN CLIS (CHILDREN LEARNING IN SCIENCE) DENGAN ORIENTASI MELALUI OBSERVASI GEJALA FISIS DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

PENGARUH MODEL QUANTUM LEARNING DISERTAI METODE EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DI SMA NEGERI KALISAT

MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN ANALISIS WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DISERTAI TEKNIK SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

PENERAPAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING DENGAN METODE TUGAS TERSTRUKTUR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA JURNAL. Oleh. Rr. Laksmi Wulandari NIM

MODEL KOOPERATIF STAD BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA ARTIKEL. Oleh

Eli Dwi Susanti, 2) Indrawati, 2) Yushardi 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP ARTIKEL

Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DISERTAI PETA KONSEP DI MAN 2 JEMBER (Pada Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus)

IMPLEMENTASI MODEL GI-GI (GROUP INVESTIGATION-GUIDED INQUIRY) DALAM PEMBELAJARAN HUKUM NEWTON DI SMA

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA SISWA SMA. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, AND TRANSFERRING

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) DISERTAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMAN 4 JEMBER.

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW (THINK TALK WRITE) DISERTAI LKS BERBASIS MULTIREPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA FISIKA SMP ARTIKEL.

JURNAL RISET FISIKA EDUKASI DAN SAINS

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGGUNAKAN PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP ARTIKEL

ARTIKEL Oleh SILVA YUSALIM NPM:

JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

RIDA BAKTI PRATIWI K

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Pangesti et al., Pengaruh Penggunaan Media Lingkungan...

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing disertai diskusi dalam Pembelajaran Fisika Kelas VII di SMP

PEMBELAJARAN GERAK LURUS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY DISERTAI LKS DI KELAS X MA NEGERI 1 JEMBER

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE (5E) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS BIOLOGI SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD (KAJIAN: DI SMAN 1 TAPEN BONDOWOSO)

DAMPAK MODEL INKUIRI TERBIMBING DISERTAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIOVISUAL

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LISTENING TEAM

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Laela Ngasarotur Risfiqi Khotimah Partono Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

Beti Juwita Sari (1), Abdurrahman (2), Nengah Maharta (2) Mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP Unila, (2)

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KOGNITIF SISWA KELAS VII MTs BAHRUL ULUM TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DISERTAI MEDIA FOTO KEJADIAN FISIKA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMAN 2 JEMBER

ABSTRACT. Keywords: Discovery learning, Image Media, and Learning Outcomes

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI. (Jurnal) Oleh DEBI GUSMALISA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 RANAH PESISIR ABSTRACT

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

PENGARUH MODEL PROBLEM SOLVING LABORATORY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 2 TANGGUL ARTIKEL

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)


Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 2 Mei 2012 Halaman 53-59

PEMBELAJARAN MOMENTUM DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA KARTU SOAL DAN KARTU PINTAR

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: HELMI SUSANTI

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

Kata Kunci : strategi belajar peta konsep, hasil belajar, penelitian eksperimen, kurikulum KTSP.

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL) DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA DI SMP

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Abstrak. Kata kunci :Eksperimen Inkuiri, Eksperimen Verifikasi, Tingkat Keaktifan, Hasil Belajar.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUESTION STUDENT HAVE (QSH) PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 5 TASIKMALAYA JURNAL

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

Putri Darma 25, Joko Waluyo 26, Pujiastuti 27

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA JURNAL. Oleh

MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA FLASH DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Jurusan Kimia, Jalan Mannuruki IX, Makassar 90224

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

Artikel diterima: Oktober 2017; Dipublikasikan: November 2017

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

Afif Yuli Candra Prasetya dan Suliyanah Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI KELAS X SMA NEGERI 4 PARIAMAN

PENGARUH PEMBELAJARAN IPA BERBASIS SCIENCE PROCESS AND ENVIRONMENT TERHADAP KETERCAPAIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERAMPILAN ILMIAH SISWA SMP

Automotive Science and Education Journal

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE BAMBOO DANCING TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SMP

Penerapan Strategi Genius Learning Dalam Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Padang ABSTRACT

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA N 2 KARANGANYAR

Transkripsi:

DAMPAK MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR IPA-FISIKA SISWA DI MTs NEGERI JEMBER 1 1) Destrika Kumalasari, 2) Sudarti, 2) Albertus Djoko Lesmono 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2) Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Email: destrika91@gmail.com ABSTRACT Model of discovery learning is a learning process that focuses on mental intellectual students in solving a variety of problems encountered, so that students can use her mental process to find a concept or the generalization of being studied and can be applied in the field. The purpose of this study was to examine the influence model of discovery learning process skills against science and learning results students on subjects science-physics at Islamic Junior High School Jember 1. This type of research is research experiments with design research using the posttest control group. Data collection methods included test, observation, portfolio, documentation, and interview. Methods of data analysis using Independent Sample T-Test with the help of SPSS 16. The results of this research are obtained average value of science process skills in the experimental class of 86,78 and 74,59 of the control class. Science process skills based on the results of the analysis of the Independent Sample T-Test acquired t test of 8,398. While the student learning results obtained average value on experiments of 85,23 class and grade control of 73.52 an. Results of the study based on the analysis of the Independent Sample T-Test acquired t test of 8,387. Based on the data obtained, the conclusion that can be drawn is a model of discovery learning science process skills affects and results of student learning on subjects science-physics at Islamic Junior High School Jember 1. Keywords: model discovery learning, process skills science, learning outcomes. PENDAHULUAN Rohim (2012:2) menyatakan bahwa proses pembelajaran merupakan pokok Salah satu di antara masalah besar utama dari keseluruhan proses pendidikan dalam bidang pendidikan di Indonesia formal, karena melalui sebuah proses yang banyak diperbincangkan adalah pembelajaran terjadi transfer ilmu dari rendahnya mutu pendidikan yang guru ke siswa yang berisi berbagai tujuan tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi pendidikan. belajar. Masalah lain adalah bahwa proses Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) belajar mengajar masih terlalu didominasi merupakan bidang ilmu yang terdiri dari peran guru (teacher centered), hal ini guru fisika, kimia, dan biologi. Menurut lebih banyak menempatkan siswa sebagai Bektiarso (2004:55-56) fisika merupakan objek dan bukan sebagai subjek didik. Kita disiplin ilmu yang mempelajari gejalagejala mengetahui bahwa pendidikan memegang alam dan menerangkan bagaimana peranan penting dalam meningkatkan gejala tersebut terjadi. Fisika tidak hanya sumber daya manusia yang unggul dan berisi tentang teori-teori atau rumus-rumus kompetitif pada era globalisasi saat ini. untuk dihafal, akan tetapi dalam fisika berisi banyak konsep yang harus dipahami 80

Destrika, Dampak Model Discovery Learning... 81 secara mendalam, dengan demikian dalam pembelajaran siswa dituntut dapat membangun pengetahuan dalam benak mereka sendiri dengan peran aktifnya dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil wawancara terbatas yang telah dilakukan dengan guru IPAfisika kelas VII MTs Negeri Jember 1 pada hasil UAS tahun ajaran 2013/2014 semester 1, menyatakan bahwa hasil belajar IPA-fisika siswa masih tergolong rendah. Hal ini terbukti dari hasil belajar siswa masih ada yang di bawah KKM 75. Pembelajaran IPA-fisika saat ini sering mengalami kendala, dimana pelajaran IPAfisika sering dikeluhkan sebagai pelajaran yang sulit diantara pelalajaran IPA yang lainnya. Menurut Supardi dkk. (2011:2) beberapa hal yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar fisika antara lain: kurikulum yang padat, materi pada buku pelajaran yang terlalu sulit untuk diikuti, media belajar yang kurang efektif, laboratorium yang tidak memadai, kurang tepatnya penggunaan media pembelajaran yang di pilih oleh guru, kurang optimal dan keselarasan siswa itu sendiri, atau sifat konvensional, dimana siswa tidak banyak terlibat dalam proses pembelajaran dan keaktifan kelas sebagian didominasi oleh guru. Berbagai faktor penyebab rendahnya hasil belajar IPA-fisika tersebut, penulis berasumsi bahwa faktor utama adalah model dan metode mengajar yang digunakan dalam pembelajaran kurang bervariasi. Metode yang lebih sering digunakan adalah metode ceramah disertai tanya jawab. Penggunaan metode ini kurang melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, siswa mudah merasa bosan karena dalam kegiatan pembelajaran siswa lebih berperan sebagai penerima informansi yang pasif yaitu cenderung hanya mendengar dan mencatat penjelasan oleh guru. Selama proses belajar mengajar ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, pada saat pembelajaran berlangsung banyak siswa yang ramai dan bercanda dengan teman yang lain, siswa mengantuk, sebagian siswa tidak membawa buku panduan, saat guru memberi pertanyaan siswa tidak mau menjawab jika tidak ditunjuk, dan siswa tidak ada yang bertanya apabila ada materi yang belum jelas. Salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang tidak membosankan bagi siswa dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar IPA-fisika adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA-fisika. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran IPAfisika adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Mengembangkan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif sangat berkaitan dengan realitas kehidupan yang empiris. Mengingat pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelas sangat relevan dengan perkembangan zaman, terutama kemandirian siswa dalam menghadapi suatu persoalan kehidupan yang menuntut pemecahan secara holistik, maka tidak heran bila alternatif model pembelajaran yang dianggap relevan dengan realitas kehidupan adalah bagaimana para siswa mampu diajak dan diberi motivasi untuk berpikir inovatif dalam menemukan sesuatu yang baru. Model pembelajaran ini mampu merangsang siswa dalam menganalisis suatu persoalan yang sedang terjadi di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Penerapan model pembelajaran kreatif dan inovatif yang dimaksud adalah pembelajaran berdasarkan penemuan (discovery based learning). Joolingen (dalam Rohim, 2012:2) mengatakan bahwa discovery learning adalah suatu tipe pembelajaran dimana siswa membangun pengetahuan mereka sendiri dengan mengadakan suatu percobaan dan menemukan sebuah prinsip dari hasil percobaan tersebut. Model discivery learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila siswa tidak disajikan materi dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri (Indarti, 2014:2). Penggunaan

82 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 4 No.1, Juni 2015, hal 80 86 model discovery learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Merubah modus ekspository siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus discovery siswa menemukan informasi sendiri. Beberapa penelitian yang mendukung adalah penelitian Rohim (2012) yang menyatakan bahwa model pembelajaran discovery terbimbing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran fisika di SMP/MTs. Selain itu, Isnaningsih dan Bimo (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa penerapan LKS discovery berorientasi keterampilan proses sains dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPA di SMP. Sedangkan Indarti (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kemampuan memecahkan masalah siswa yang pembelajarannya menggunakan model discovery learning lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Berdasarkan uraian di atas, diharapkan model discovery learning ini dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pembelajaran IPA-fisika. Oleh karena itu, dilakukan suatu penelitian eksperimen dengan judul Dampak Model Discovery Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar IPA-Fisika Siswa Di MTs Negeri Jember 1. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah: (1) Apakah model discovery learning berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa pada mata pelajaran IPA-fisika di MTs Negeri Jember 1?, dan (2) Apakah model discovery learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA-fisika di MTs Negeri Jember 1?. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengkaji pengaruh model discovery learning terhadap keterampilan proses sains siswa pada mata pelajaran IPA-fisika di MTs Negeri Jember 1, dan (2) Mengkaji pengaruh model discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA-fisika di MTs Negeri Jember 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan atau alternatif dalam mengajar IPA-fisika, untuk memperbaiki kualitas pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA-fisika sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, serta dapat dijadikan sebagai masukan, dorongan, dan wacana baru dalam memperluas wawasan tentang disiplin ilmu yang ditekuni. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Sampel penelitian ditentukan setelah uji homogenitas. Penentuan sampel penelitian dengan cluster random sampling. Desain penelitian menggunakan post-test control group. P R Gambar 1. Desain penelitian post-test control group Keterangan: P = populasi R = acak E = kelompok eksperimen K = kelompok kontrol X = perlakuan eksperimental O = post-test (Hadjar, 1996:332) Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, observasi, portofolio, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan Independent Sample T-Test dengan bantuan program SPSS 16. HASIL DAN PEMBAHASAN E K Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri Jember 1 pada siswa kelas VII semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 dengan materi pokok bahasan perubahan X O O

Destrika, Dampak Model Discovery Learning... 83 benda-benda di sekitar kita. Jumlah kelas VII di MTs Negeri Jember 1 terdiri dari 7 kelas. Sebelum menentukan sampel penelitian terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas dengan ANOVA (Analisis of Variance). Data untuk uji homogenitas diambil dari nilai Ujian Tengah Semester (UTS) siswa kelas VII semester ganjil tahun ajaran 2014/2015. Berdasarkan uji homogenitas melalui uji One-Way ANOVA diperoleh nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (sig. 0,375 > 0,05), maka dapat dikatakan bahwa varian data kelas VII MTs Negeri Jember 1 bersifat homogen. Selanjutnya digunakan metode cluster random sampling dengan teknik undian, sehingga diperoleh sampel penelitian yaitu siswa kelas VII-B (kelas eksperimen) yang menggunakan model discovery learning dan VII-C (kelas kontrol) menggunakan model pembelajaran yang biasa digunakan di sekolah. Data keterampilan proses sains diperoleh melalui responsi dengan melakukan observasi yang dilakukan oleh observer menggunakan lembar penilaian dan melalui portofolio yaitu berupa penilaian hasil lembar kegiatan siswa (LKS) yang dilakukan oleh peneliti. Aspek keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen saat proses pembelajaran yang muncul lebih banyak dari pada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen menggunakan model discovery learning sedangkan kelas kontrol menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan demonstrasi, sehingga siswa pada kelas eksperimen lebih aktif dari pada kelas kontrol. Gambar 2. Nilai Nilai rata-rata tiap aspek keterampilan proses sains pada kelas eksperimen dan kelas kontrol Berdasarkan gambar 2 di atas, dapat di lihat bahwa nilai rata-rata setiap aspek keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen yaitu dari terendah sampai tertinggi pada masing-masing aspek adalah menyimpulkan, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan mengolah data, mengamati, menyusun hipotesis, membuat tabel data, mengkomunikasikan, dan mengklasifikasikan. Sedangkan pada kelas kontrol yaitu dari terendah sampai tertinggi pada masing-masing aspek adalah menyimpulkan, mengkomunikasikan, mengamati, mengklasifikasikan, dan membuat tabel data. Pada kelas eksperimen diketahui aspek keterampilan proses sains yang paling baik/kuat yaitu mengklasifikasikan. Hal ini dikarenakan siswa pada saat melakukan percobaan sudah bisa

84 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 4 No.1, Juni 2015, hal 80 86 mengklasifikasikan bahan percobaan dengan baik sesuai dengan materi pembelajaran. Sedangkan aspek keterampilan proses sains yang paling lemah pada kelas eksperimen yaitu menyimpulkan, karena pada saat membuat kesimpulan siswa kurang mampu menghubungkannya dengan tujuan pembelajaran yang dilakukan ketika percobaan. Pada kelas kontrol diketahui aspek keterampilan proses sains yang paling baik/kuat yaitu membuat tabel data, dimana tabel data yang dibuat siswa sesuai dengan pengamatan yang dilakukan siswa. Aspek keterampilan proses sains yang paling lemah pada kelas kontrol yaitu menyimpulkan. Hal ini sama dengan kelas eksperimen, karena siswa pada kelas kontrol ketika membuat kesimpulan juga kurang mampu menghubungkannya dengan tujuan pembelajaran. Gambar 3. Nilai keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol Berdasarkan gambar 3 di atas, menunjukkan pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan berupa penerapan model discovery learning memiliki nilai rata-rata keterampilan proses sains yang lebih baik daripada kelas kontrol yaitu 86,78 untuk kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol memiliki nilai rata-rata 74,59. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara keterampilan proses sains kelas eksperimen dan kelas kontrol diperlukan pengujian menggunakan uji Independent Sample T-test. Hasil analisis Independent Sample T-Test, diperoleh nilai t test sebesar 8,398. Nilai t test = 8,398 > t 0,05(62) = 2,000 sehingga H a diterima. Jadi, hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model discovery learning lebih baik daripada keterampilan proses sains siswa pada kelas kontrol yang tidak menggunakan model discovery learning. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini mencakup tiga ranah yaitu hasil belajar pada ranah kognitif (pengetahuan), ranah psikomotor (keterampilan proses), dan ranah afektif (sikap) yang terdiri dari sikap spiritual dan sikap sosial. Nilai kognitif diperoleh berdasarkan hasil tes (post-test) setelah pembelajaran. Nilai psikomotor diperoleh melalui observasi oleh observer menggunakan lembar penilaian keterampilan proses sains dan melalui portofolio yaitu berupa penilaian hasil lembar kegiatan siswa (LKS) yang dilakukan oleh peneliti. Sedangkan nilai afektif diperoleh melalui observasi oleh observer menggunakan lembar penilaian sikap. Tabel 1. Nilai kognitif, psikomotor, afektif, dan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol No Kelas Nilai Kognitif Psikomotor Afektif Hasil Belajar 1. Eksperimen 64,06 86,2 95,32 85,23 2. Kontrol 50,34 74,05 84,84 73,52 Data pada tabel 1 di atas, menunjukkan nilai rata-rata kemampuan kognitif, psikomotor, afektif, dan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan

Destrika, Dampak Model Discovery Learning... 85 kelas kontrol. Kelas eksperimen yang diberi perlakuan berupa penerapan model discovery learning memiliki rata-rata nilai kemampuan kognitif yang lebih baik daripada kelas kontrol yaitu 64,06 untuk kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol hanya memiliki nilai rata-rata 50,34. Diperoleh juga nilai psikomotor siswa pada kelas eksperimen yaitu 86,2 lebih baik dari pada kelas kontrol 74,05, serta nilai sikap siswa (afektif) pada kelas eksperimen yaitu 95,32 juga lebih baik dari pada kelas kontrol 84,84. Setelah melalui pengolahan nilai kognitif, psikomotor dan afektif, diperoleh nilai hasil belajar siswa kelas eksperimen sebesar 85,23 sedangkan kelas kontrol sebesar 73,52 yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diperlukan pengujian menggunakan uji Independent Sample T-test. Hasil analisis Independent Sample T-Test, diperoleh nilai t test sebesar 8,387. Nilai t test = 8,387 > t 0,05(62) = 2,000 sehingga H a diterima. Jadi, hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model discovery learning lebih baik daripada hasil belajar siswa pada kelas kontrol yang tidak menggunakan model discovery learning. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian ini terkait masalah yang dirumuskan, yaitu model discovery learning berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa pada mata pelajaran IPA-fisika dan model discovery learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPAfisika. Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah (1) diperlukan persiapan yang matang untuk merencanakan proses pembelajaran dengan mengembangkan berbagai teknik dan media pembelajaran yang lebih inovatif di dalam metode belajar yang diterapkan, sehingga siswa tidak mudah bosan dan termotivasi untuk mengikuti pelajaran, (2) penerapan model discovery learning terdiri beberapa tahapan sehingga diharapkan seorang guru harus mempertimbangkan waktu pembelajaran, jadi diperlukan pengorganisasian siswa dengan sebaikbaiknya dalam setiap tahapan pembelajaran model discovery learning agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan afektif, (3) pada penelitian ini untuk aspek keterampilan proses sains yang paling lemah yaitu menyimpulkan, karena siswa kurang mampu menghubungkannya dengan tujuan pembelajaran, sehingga diharapkan seorang guru harus membimbing siswa ketika siswa membuat kesimpulan, dan (4) hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan untuk penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Bektiarso, S. 2004. Penggunaan Strategi Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Fisika di SMP. Jurnal Pengembangan Pendidikan, 1(1). Hadjar, I. 1996. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Indarti. 2014. Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Kelas X SMAN 8 Malang. Jurnal Fisika Universitas Negeri Malang, 1(1). Isnaningsih dan Bimo, D. S. 2013. Penerapan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Discovery Berorientasi Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2 (2): 136-141.

86 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 4 No.1, Juni 2015, hal 80 86 Rohim, F. 2012. Penerapan Model Discovery Terbimbing Pada Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Unnes Physics Education Journal, 1 (1). Supardi U.S., Leonard, Huri S., dan Rismurdiyati. 2011. Pengaruh Media Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika. Jurnal Formatif 2(1): 71-81. Jul 2011.