VII. KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TEKNOLOGI PENGELOLAAN & PANEN AIR HUJAN (MK. Manajemen Agroekosistem, smno.jurtnh.fpub.2013)

KONSERVASI TANAH DAN AIR DI LAHAN TAMAN HUTAN RAYA: UPAYA PENCEGAHAN DAN PERBAIKAN KERUSAKAN. Syekhfani

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. saling terkait. Peristiwa banjir, erosi dan sedimentasi adalah sebagian indikator

bio.unsoed.ac.id terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah aktivitas manusia, dan

DASAR-DASAR ILMU TANAH

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. kerusakan akibat erosi dalam ekosistem DAS (Widianto dkk., 2004). Kegiatan

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

Fahmuddin Agus dan Achmad Rachman Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

DASAR-DASAR ILMU TANAH

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan pembangunan seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STAF LAB. ILMU TANAMAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September )

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman

Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH : MOCHAMAD HADI LAB EKOLOGI & BIOSISTEMATIK JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNDIP

PENGATURAN BENTUK LERENG DAN PERLAKUAN REKLAMASI. Perlakuan Konservasi Tanah (Reklamasi) Guludan. bangku. Guludan - Teras Kredit

DAFTAR ISTILAH Air lebih: Bahan pembenah tanah ( soil conditioner Bangunan terjunan: Bedengan: Berat isi tanah: Budidaya lorong ( alley cropping

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

IV. PEMBUKAAN DAN KONSERVASI LAHAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Vegetasi 5.2 Model Arsitektur Pohon

S M U BE B R E D R A D Y A A Y A TA T N A A N H

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI Keaslian Penelitian... 4

PENTINGNYA PENDEKATAN NERACA AIR DALAM PEMBANGUNAN HUTAN RAKYAT YANG PRODUKTIF DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan lahan pertanian yang intensif dan tanpa memperhatikan

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

Manfaat Penelitian. Ruang Lingkup Penelitian

MODUL KULIAH DASAR ILMU TANAH KAJIAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DALAM UPAYA PENGENDALIAN BANJIR. Sumihar Hutapea

MODEL PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN LAHAN KERING MASAM

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. DAS Serayu, terutama di bagian hulu DAS berkaitan dengan pemanfaatan lahan

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

Konservasi lahan Konservasi lahan adalah usaha pemanfaatan lahan dalam usahatani dengan memperhatikan kelas kemampuannya dan dengan menerapkan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung (intangible). Selain itu,

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.

penyebab terjadinya erosi tanah Posted by ariciputra - 29 May :25

I. PENDAHULUAN. Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya

II. PEMBENTUKAN TANAH

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

BAB I PENDAHULUAN. unsur unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air, vegetasi serta

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hujan atau presipitasi merupakan jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan

BAB I PENDAHULUAN. klimaks pada daerah dengan curah hujan mm per tahun, rata-rata

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 LU dan 10 LS dan memiliki curah

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan bawah

Transkripsi:

VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kajian keseimbangan air di hutan tanaman E. pellita di Riau, menyimpulkan: a. Angka penggunaan air oleh tanaman (ET) hutan tanaman E. pellita cukup besar yaitu antara 1.188 1.834 mm per tahun atau sekitar 47,8 71,5% dari curah hujan tahunan. Besarnya nilai ET tersebut semakin besar seiring meningkatnya umur tanaman. Secara rata-rata umur, besarnya nilai ET masih berada di bawah angka curah hujan rata-rata tahunan (2.361 mm/th), sehingga potensi defisit air (kekeringan wilayah) masih dapat dihindari. b. Kehilangan air dari ekosistem baik melalui intersepsi hujan maupun aliran permukaan cukup kecil. Aliran permukaan dapat ditekan pada saat tanaman E. pellita berumur lebih dari 1 tahun. Kehilangan air melalui intersepsi hujan relatif kecil (berkisar 13,3-18,7% dari curah hujan), yang berarti potensi hujan bersih (net precipitation) yang terdiri dari air lolosan tajuk dan aliran batang masih cukup tinggi dan berpotensi menjadi simpanan air dalam ekosistem. Kapasitas infiltrasi tanah yang besar (rata-rata 8,69 cm/jam) serta permeabilitas tanah yang tinggi (rata-rata 23,97 cm/jam) menyebabkan laju masuknya air ke dalam lapisan tanah cukup besar dan dapat mengurangi potensi aliran permukaan yang dapat menyebabkan erosi tanah. Namun demikian, perlu diwaspadai pada fase pasca penebangan (tanaman umur 0) sampai 1 tahun karena potensi evaporasi serta aliran permukaan cukup besar akibat kondisi penutup tanah yang minimal. 164

c. Kewaspadaan terhadap kondisi tata air pada lahan tanaman umur 0 tahun (setelah penebangan) juga ditunjukkan dari pengamatan hasil air, hasil sedimen serta karakteristik aliran sungai: - Hasil air pada lahan tanaman umur 0 tahun (pasca penebangan) sampai tanaman berumur kurang dari 1 tahun menunjukkan terjadinya peningkatan aliran sungai sebesar 142,6 % dibandingkan pada tanaman umur 5-6 tahun, serta peningkatan nilai koefisien aliran permukaan bulanan sebesar 95,3%. Peningkatan tersebut mulai kembali stabil setelah tanaman memasuki umur 2 tahun seiring perkembangan penutupan tanah oleh komunitas tumbuhan bawah. - Hasil sedimen menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu terjadi peningkatan nilai rata-rata bulanan sebesar 8,9 kali (atau 788,7 %) akibat penebangan di akhir daur dibandingkan pada tanaman umur 5-6 tahun. - Karakteristik aliran sungai menunjukkan bahwa penebangan akan menyebabkan waktu dasar semakin pendek, waktu mencapai puncak banjir semakin cepat, serta debit puncak yang semakin besar. 2. Kajian keseimbangan hara di hutan tanaman E. pellita di Riau, menyimpulkan: a. Tanah jenis Ultisols (Typic Kandiudults) pada lokasi HTI E. pellita rotasi ketiga di Perawang menunjukkan tingkat kesuburan yang rendah baik secara fisik maupun kimia, dan lebih rendah dibandingkan pada tanah di hutan alam. Namun demikian, kenaikan umur tanaman E. pellita membentuk ekosistem hutan yang semakin mantap bagi perbaikan sifat fisik maupun kimia secara umum. b. Neraca hara dalam biomassa tanaman E. pellita memperlihatkan bahwa jumlah hara yang keluar bersama panen kayu lebih kecil dibandingkan hara yang masuk melalui hara dalam biomassa sisa (residu) yang ditinggal. Kondisi perimbangan 165

neraca hara biomassa tersebut adalah N (126,1 kg/ha) > K (88,2 kg/ha) > Ca (21,7 kg/ha) > P (8,3 kg/ha) > Mg (1,5 kg/ha). Fenomena tersebut menunjukkan bahwa potensi perbaikan kesuburan kimia tanah cukup besar melalui input hara biomassa, meskipun tidak semua hara dapat menjadi tersedia dalam waktu cepat. c. Input hara melalui hujan merupakan salah satu input hara alami utama yang cukup besar potensinya, dan perlu mendapat perhatian agar sebanyak mungkin masuk ke dalam tanah. Input hara melalui air aliran batang semakin meningkat seiring bertambahnya umur tanaman, sedangkan input melalui lolosan tajuk tidak menunjukkan kecenderungan yang jelas. Input hara melalui air aliran batang dan lolosan tajuk lebih besar 1,6 sampai 8,4 kali dibandingkan hara yang keluar melalui aliran sungai dan pencucian, dengan kondisi perimbangan neraca hara Ca (119,3 kg/ha/th) > K (71,3 kg/ha/th) > N (27,7 kg/ha/th) > Mg (16,1 kg/ha/th) > P (1,8 kg/ha/th). Namun demik ian, input hara melalui air hujan juga berpotensi hilang bersama aliran permukaan dan erosi tanah. d. Input hara melalui serasah menjadi bagian terpenting input hara alami melalui proses dekomposisi. Akumulasi hara rata-rata dalam serasah tanaman E. pellita secara berturut-turut N (96,4 kg/ha) > K (90,0 kg/ha) > Ca (20,2 kg/ha) > P (15,7 kg/ha) > Mg (8,5 kg/ha). Laju input hara makro rata-rata dari serasah paling besar terjadi pada unsur N (14,68 kg/ha/th) diikuti unsur K (13,47 kg/ha/th), Ca (0,43 kg/ha/th), P (0,36 kg/ha/th) dan Mg (0,12 kg/ha/th). e. Kehilangan hara melalui panen batang (kayu) tanaman E. pellita merupakan output hara utama dari ekosistem. Besarnya kehilangan hara panen kayu yang terjadi pada umur tanaman 6 tahun adalah K (183,5 kg/ha) > N (127,6 kg/ha) > P (38,0 kg/ha) > Ca (33,6 kg/ha) > Mg (22,4 kg/ha). 166

f. Urutan kehilangan hara melalui siklus air (aliran sungai dan pencucian) pada tanaman umur 6 tahun adalah N (42,22 kg/ha/th) > Ca (16,40 kg/ha/th) > K (9,65 kg/ha/th) > Mg (6,30 kg/ha/th) > P (0,85 kg/ha/th). Besarnya hara keluar melalui aliran sungai semakin kecil seiring meningkatnya umur tanaman. 3. Dalam rangka upaya pengelolaan lingkungan air dan hara, perhatian utama untuk melakukan tindakan konservasi adalah pada saat tanaman berumur 0-1 tahun (pasca penebangan). Rekomendasi teknik pengelolaan pada lahan hutan tanaman yang diperoleh melalui skenario aplikasi tanaman penutup tanah (LCC) dan pembuatan sistem tanaman campuran (mixed-cropping), yaitu: a. Aplikasi LCC pasca penebangan berdampak pada penurunan total runoff (total aliran sungai) sampai tanaman berumur 2 tahun. Pada tanaman berumur 0 1 tahun, terjadi penurunan total aliran sungai sebesar 35,02%, sedangkan pada tanaman berumur 2 tahun penurunan menjadi 35,00%. Aplikasi LCC juga berdampak pada penurunan tingkat sedimentasi sampai tanaman berumur 2 tahun. Pada tanaman berumur 0 1 tahun, terjadi penurunan tingkat sedimen sebesar 35,00%, sedangkan pada tanaman berumur 2 tahun, penurunan tingkat sedimen menurun menjadi 34,90%. b. Penanaman LCC juga akan meningkatkan pasokan hara makro ke dalam ekosistem. Secara kuantitas, kenaikan hara di akhir daur terjadi mulai yang paling besar yaitu unsur K diikuti unsur N, Ca, P dan Mg, sedangkan berdasarkan persentase kenaikannya, mulai yang paling besar adalah unsur K (1,56%), diikuti Mg (0,81%), Ca (0,48%), P (0,47%) dan N (0,06%). c. Perlakuan tanaman campuran (mixed-cropping) antara E. pellita dan A. mangium, dapat menyebabkan peningkatan hara ekosistem, baik secara rata-rata (kg/th hara) 167

maupun peningkatan di akhir daur, kecuali unsur Ca yang menurun ( turun 7,57 kg/ha). Peningkatan hara di akhir daur terbesar secara kuantitas adalah unsur N (naik 346,6 kg/ha), diikuti K (naik 108,4 kg/ha), P (naik 27,6 kg/ha) dan Mg (naik 1,9 kg/ha). B. Saran dan Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan penelitian, dapat dirumuskan saran dan rekomendasi teknik dalam rangka usulan pengelolaan yang lebih baik terhadap lingkungan air dan hara di lahan hutan tanaman E. pellita, terutama pada fase-fase kritis pada saat setelah penebangan (tanaman umur 0 tahun) sampai tanaman berumur 1 tahun, antara lain: 1. Terkait pengelolaan lingkungan sumber daya air, saran dan rekomendasi teknik pengelolaan yang lebih baik ditujukan untuk mengurangi potensi aliran permukaan, erosi dan sedimentasi. Bentuk-bentuk kegiatan teknik pada lahan pasca panen antara lain: - Aplikasi teknik konservasi tanah dan air (KTA) berupa penanaman jenis LCC sesaat setelah pemanenan selesai dilakukan. Teknik konservasi air vegetatif ini memiliki prinsip membuat penutupan terhadap tanah seoptimal mungkin dengan memanfaatkan jenis tanaman penutup tanah. Penggunaan cover crops selain dapat mengontrol erosi dan aliran permukaan, juga mencegah pencucian hara, penambat nitrogen, memperbaiki kondisi fisik dan kimia tanah, melindungi anakan tanaman, meningkatkan infiltrasi tanah, serta sangat efisien dalam menurunkan laju sedimentasi. - Penghamparan biomassa sisa tebangan agar tanah terbuka ditekan seminimal mungkin. Teknik pemulsaan terhadap permukaan tanah ini dapat menekan laju erosi tanah dan aliran permukaan. 168

- Penanganan sumber-sumber erosi dan sedimentasi seperti tebing kiri-kanan jalan dan sungai, melalui penanaman LCC maupun rumput penguat. Penggunaan vegetasi sebagai stabilisator tanah di tebing sungai dan tebing lajan adalah teknik yang paling cost-effective diterapkan di kawasan hutan, dibandingkan metode sipil teknis lainnya. - Aplikasi teknik KTA sipil teknis pada lahan pasca panen dengan kemiringan lereng di atas 30%, antara lain dengan pembuatan teras bangku dan rorak. Tindakan sipil teknis ini relatif memerlukan lebih banyak biaya (high cost), oleh karenanya aplikasinya di kawasan hutan harus benar-benar pada lokasi yang dibutuhkan. 2. Terkait pengelolaan lingkungan sumber daya hara pada prinsipnya adalah melakukan konservasi hara untuk meningkatkan pasokan hara ke dalam ekosistem, serta agar hara tidak mudah hilang dari ekosistem baik melalui erosi dan aliran permukaan serta melalui pencucian. Bentuk-bentuk kegiatan teknik pada lahan pasca panen antara lain: - Pemanfaatan LCC dari jenis legume sebagai tanaman penambat N bebas dari udara (Nitrogen fixing plants). Beberapa kelebihan penggunaan LCC dibandingkan pupuk N selain lebih murah sehingga menghemat biaya, juga relatif tidak menyebabkan pencemaran lingkungan dan ganggunan kesehatan seperti yang bisa ditimbulkan akibat pemakaian pupuk kimia-n. Selain itu, dalam prosesnya penggunaan LCC tidak membutuhkan banyak energi, serta tidak menyebabkan peningkatan CO 2 ke atmosfer yang berkontribusi pada peningkatan gas rumah kaca di udara. - Pengembangan hutan tanaman campuran dapat menjadi salah satu alternatif pengelolaan kawasan hutan yang lebih lestari. Selain berfungsi memutus siklus hama dan penyakit, sistem tanaman campuran dapat mengkonservasi hara lebih 169

baik. Salah satu komposisi tanaman yang dapat direkomendaikan adalah penanaman jenis tanaman A. manium di dalam tegakan E. pellita. Sistem tanaman campuran ini pada akhirnya dapat mengurangi kebutuhan akan pupuk tanpa mempengaruhi produksi kayu tanaman pokok - Pemberantasan gulma (weeding management) dengan pengembangan teknik selective weeding. Jenis gulma yang dibabat atau disemprot diusahakan dari jenis yang non-legum (selective weeding), atau dapat dikombinasikan dengan teknik penanaman jenis legum (LCC) pada saat tanaman muda. - Upaya meningkatkan produktivitas tanah hutan tanaman juga dapat dilakukan melalui peningkatan input hara dari sisa-sisa (residu) biomassa tanaman yang tidak keluar bersama panen kayu (biomassa kulit, daun, ranting dan akar). Selain sebagai bahan masukan hara ke dalam ekosistem, biomassa sisa yang ditinggal saat panen juga berfungsi sebagai tindakan konservasi tanah dan air, yaitu sebagai mulsa penutup tanah dengan cara dihamparkan terutama pada lahan-lahan miring. 170