BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Slamet Triyadi, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Suryatini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

P. S., 2016 PEMANFAATAN HASIL BELAJAR PADA PELATIHAN KETERAMPILAN MEKANIK OTOMOTIF

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilakukan melalui peningkatan kualitas manusia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia yang dapat diandalkan sebagai pencetak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Adi Setiawan Nurpratama, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang secara merata dan menyeluruh, dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah saja tetapi merupakan tanggung jawab seluruh Bangsa Indonesia.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas permasalahan yang bersifat krusial seringkali dihadapi para

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

2014 PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT.

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan struktur ekonomi di dalam negeri. Menurut Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini manusia dihadapkan pada suatu kehidupan masyarakat yang

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. maksimal. Untuk mencapai semuanya, manusia mencari sekolah - sekolah. Tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik, Penduduk buta aksara usia tahun

Bab I. Pendahuluan. Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga sebagai anak mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHUL PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, maka dalam rangka peningkatan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lusi Anzarsari, 2013

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mega Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang mempengaruhi kehidupan manusia. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya dan karakter bangsa kini mendapat perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini sumber daya manusia betul-betul diperlukan dalam peningkatan potensi lingkungan menuju sebuah pembangunan masyarakat. Hal ini terbukti dengan munculnya era baru yaitu globalisasi yang membuat semua masyarakat betul-betul harus mempertahankan hidup dengan meningkatkan kualitas dirinya. Melihat kondisi seperti ini masyarakat memerlukan peningkatan potensi diri ke arah yang lebih nyata, baik dalam segi akademik ataupun keterampilan yang tentunya menuju masyarakat berkualitas. Banyak produk-produk dalam negeri yang hampir tersisihkan akibat persaingan yang terjadi di dalam era modern ini, seperti barang hasil produksi tradisional yang menurun dalam penjualannya (mainan anak) oleh mainan anak yang diimpor dari negara China dengan harga relatif murah, bagus, menarik, dan mudah didapat. Selain itu dari aspek makananpun ikut tersaingi pula, mulai dari penjualan kue bolu yang biasa dibuat dari produksi rumahan (home industry) tersaingi oleh makanan impor yang berupa kemasan praktis, enak, dan juga dengan harga yang relatif murah. Paradigma baru pendidikan yang bisa menjawab tantangan sekaligus peluang kehidupan global, yakni (1) pendidikan ditujukan untuk membentuk masyarakat Indonesia baru yang demokratis, (2) masyarakat demokratis memerlukan pendidikan yang dapat menumbuhkan individu dan masyarakat yang demokratis, (3) pendidikan diarahkan untuk mengembangkan tingkah laku yang menjawab tantangan internal dan global, (4) pendidikan harus mampu mengarahkan lahirnya suatu bangsa Indonesia yang bersatu serta demokratis, (5) dalam menghadapi kehidupan global yang kompetitif dan inovatif, pendidikan harus mampu mengembangkan kemampuan berkompetitif dalam rangka kerja sama, (6) pendidikan harus mampu mengembangkan kebhinekaan menuju kepada terciptanya suatu masyarakat

2 Indonesia yang bersatu di atas kekayaan kebhinekaan masyarakat, dan (7) pendidikan harus mampu meng-indonesiakan masyarakat Indonesia sehingga setiap insan Indonesia merasa bangga menjadi warga negara Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan aktualisasi pendidikan nasioal yang baru dengan prinsip-prinsip: (a) partisipasi masyarakat di dalam mengelola pendidikan (community based education), (b) demokratisasi proses pendidikan, (c) sumber daya pendidikan yang profesional, dan (d) sumber daya penunjang yang memadai. Dari pemaparan di atas, arah pemikiran tertuju pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang seimbang antara peningkatan kualitas material dan kualitas spiritual. Pada akhirnya tujuan yang hendak dicapai adalah bagaimana mengupayakan masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas kesejahteraan sehingga mereka terbebas dari belenggu kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan untuk dapat hidup layak dan mandiri di lingkungan masyarakat sendiri. Upaya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat difokuskan pada lima agenda utama yaitu pertama peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia, kedua pengembangan struktur perekonomian regional yang tangguh, ketiga pemantapan kinerja pemerintah daerah, keempat peningkatan penerapan pembangunan berkelanjutan dan kelima peningkatan kualitas kehidupan sosial berlandaskan agama dan kebudayaan daerah. Upaya peningkatan mutu sumber daya manusia melalui aktualisasi sistem broad based education telah dicanangkan melalui Ketetapan MPR tahun 1999 yang berkenaan dengan pendidikan mengamanatkan sebagai berikut; (1) mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti, (2) meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat

3 mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan, (3) melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaruan kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan kurikulum yang berlaku secara nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, serta diverifikasi jenis pendidikan secara profesional. Salah satu jalan keluar untuk meningkatkan kualitas masyarakat yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikannya. Dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, terdapat beberapan jalur pendidikan yaitu Pendidikan Formal, Pendidikan Nonformal, dan Pendidikan Informal. Dalam hal ini Pendidikan nonformal sangatlah berperan dalam menjawab situasi global yang terjadi ini sesuai dengan fungsinya, yakni: Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang diselenggarakan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional (UU. Sisdiknas, 2004: 23-24). Menyikapi mengenai peningkatan kualitas masyarakat dalam hal ini Djudju Sudjana (2000: 131), mengemukakan tentang modal itu ada dalam dirinya sendiri yang tersirat dalam Human Capital Theory bahwa manusia merupakan sumber daya utama, berperan sebagai subjek baik dalam upaya meningkatkan taraf hidup dirinya maupun dalam melestarikan dan memanfaatkan lingkungannya. Menurut teori ini konsep-konsep pendidikan harus dirasakan atas anggapan bahwa modal yang dimiliki manusia itu sendiri meliputi: sikap, pengetahuan, keterampilan dan aspirasi. Dengan perkataan, modal utama bagi kemajuan manusia tidak berada di luar dirinya melainkan ada dalam dirinya dan modal itu sendiri adalah pendidikan. Ungkapan ini dipertegas lagi oleh Rusli Lutan (1994: 36) yang mengemukakan bahwa pendidikan pada hakikatnya tetap sebagai proses pembangkitan kekuatan

4 dan harga diri dari rasa ketidakmampuan, ketidakberdayaan, dan keserbakekurangan. Persaingan ketat dan kebutuhan meningkat ini merupakan dua hal yang membuat bingung masyarakat pada umumnya. Salah satunya di wilayah Kabupaten Garut, khususnya di daerah Kampung Paledang Kelurahan Kota Kulon banyak hal-hal yang dapat dijadikan acuan mengenai dilematisasi yang terungkap pada paparan di atas. Secara kebetulan daerah ini merupakan tempat yang akan dijadikan objek penelitian. Berdasarkan hasil observasi lapangan dan data yang didapat, bahwa Kampung Paledang ini merupakan salah satu tempat yang padat penduduknya. Melihat jumlah penduduk yang banyak serta disandingkan dengan kurangnya lapangan pekerjaan di daerah mengakibatkan jumlah pengangguran yang semakin tahun semakin meningkat, kriminalitas kerap sekali terjadi, gelandangan semakin marak, serta anak putus sekolah semakin meningkat. Upaya yang bisa menjadi salah satu pemecahan permasalahan ini yaitu dengan cara memberdayakan masyarakatnya baik itu laki-laki ataupun perempuan. Perekonomian masyarakat di kampung ini termasuk ke dalam kategori menegah ke bawah. Kaum laki-laki mayoritas bermatapencaharian wiraswasta. Sedangkan untuk kaum perempuan hampir sebagian besar hanya sebatas menjadi ibu rumah tangga saja (bagi yang sudah menikah) dan hanya menjadi karyawan toko. Perempuan (dalam hal ini ibu rumah tangga) sebagai komunitas yang termaginalkan dari akses layanan pendidikan yang membutuhkan pendampingan untuk membentuk dan mengembangkan kelompok mereka, mengembangkan lembaga keuangan mikro melalui kegiatan simpan pinjam, mendapatkan pelatihan keterampilan teknis dan manajerial serta pengembangan diri, menangani persoalan khusus seperti konseling trauma, mengembangkan jaringan kerjasama, mengembangkan kepemimpinan, dan melakukan advokasi kebijakan bagi keprihatinan mereka. Di samping hal tersebut, perempuan (ibu rumah tangga) membutuhkan fasilitas untuk mendokumentasikan dan mempublikasikan cerita mereka.

5 Perempuan (ibu rumah tangga) dalam program pendidikan kecakapan hidup (life skills) mengharapkan sebuah keterampilan dapat mengatasi ketimpangan antara keadaan saat ini (prasejahtera, keterbatasan akses terhadap sumber daya) dengan keadaan yang diharapkan di masa mendatang (sejahtera dan terpenuhi kebutuhan). Bagi individu yang mengikuti program pendidikan kecakapan hidup keterampilan diharapkan akan dapat mengatasi kekurangan-kekurangan baik dari segi motivasi hidup, keterampilan yang dapat menopang untuk mempertahankan hidup, bahkan pada penstabilan keadaan ekonomi rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan. Melihat kondisi di atas bahwa kelimuan Pendidikan Nonformal sangatlah berperan karena di dalamnya terdapat satuan program yang memang tertuju pada peningkatan kualitas manusia yakni pendidikan kecakapan hidup (life skills) yang memiliki peran urgen dalam rangka membekali warga belajar agar dapat hidup secara mandiri. Ditjen PLS Depdiknas dalam Pedoman Program Life Skills (2007: 2) menggambarkan bahwa program pendidikan kecakapan hidup ini secara khusus bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada peserta didik, agar: 1. memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan dalam memasuki dunia kerja baik bekerja secara mandiri (wirausaha) dan/atau bekerja pada suatu perusahaan produksi/jasa dengan penghasilan yang semakin layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 2. memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan karya-karya yang unggul dan mampu bersaing di pasar global. 3. memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan untuk dirinya sendiri maupun untuk anggota keluarganya. 4. memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan dalam rangka mewujudkan keadilan pendidikan disetiap lapisan masyarakat. Manusia yang berdaya adalah manusia yang mampu menjalankan harkat martabatnya sebagai manusia merdeka dalam bertindak sebagai manusia dengan didasari akal sehat serta hati nurani. Artinya manusia tidak harus terbelenggu oleh lingkungan, akan tetapi semata-mata menjadikan nilai

6 luhur kemanusiaan sebagai kontrol terhadap setiap perilakunya. Manusia fitrahnya, wujud dari keberdayaan sejati adalah kepedulian, kejujuran, bertindak adil, tidak mementingkan diri sendiri, dan sifat-sifat baik lainnya. Manusia-manusia berdaya tidak akan merusak dan merugikan orang lain tetapi memberikan cinta kasih yang ada dalam dirinya kepada orang lain dengan tulus sehingga hidupnya bermakna bagi dirinya dan memberikan manfaat bagi lingkungan. Terciptanya komunitas yang berdaya seperti inilah akan bisa menanggulangi kemiskinan yang diakibatkan oleh lunturnya nilainilai kemanusiaan. Lingkungan Belajar dan Proses Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills) dalam pada Ibu Rumah Tangga dalam Kelompok Belajar Usaha Batik Beken di Kampung Paledang Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut bertujuan memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan fungsional praktis serta perubahan sikap dan motivasi untuk bekerja dan berusaha mandiri, membuka lapangan usaha serta memanfaatkan peluang yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan kualitas kesejahteraan hidupnya. Apalagi mayoritas peserta pembelajaran kecakapan hidup ini adalah ibu rumah tangga yang secara kebetulan kompetensi akademiknya kurang serta termasuk dalam kategori perempuan keluarga kurang mampu. Ada yang menjadi penganggur berat bahkan suami dari tiap ibu rumah tangga tersebut mayoritas tidak mempunyai pekerjaan tetap, ada yang berprofesi menjadi tukang becak, tukang parkir, kuli bangunan, meskipun di tengah-tengah masyarakat tersebut ada yang berprofesi menjadi Guru, Polisi, TNI, dan Pegawai Bank. Berdasarkan keterangan-keterangan dan data-data fakta yang peneliti dapat di Kelurahan Kota Kulon ini tepatnya berada di Kampung Paledang, diperlukan pola pembelajaran tepat dan baik yang difokuskan pada faktor Lingkungan Belajar dan Proses Pembelajaran Kecakapan Hidup (life skills) yang dapat mengikis sedikit demi sedikit permasalahan kehidupan di daerah tersebut khususnya di dalam kehidupan ibu rumah tangga yang didasarkan

7 pada peningkatan keterampilannya dalam membatik guna memberikan bekal untuk kehidupan yang lebih maju, mempunyai keterampilan, memotivasi hidup, memunculkan jiwa wirausaha, memotivasi ketahanan hidup dan berpenghasilan dalam bermasyarakat terutama dalam komunitas perempuan (ibu rumah tangga). Maka dari itu, penulis mempertimbangkan dan memiliki ketertarikan serta keinginan yang kuat untuk melakukan penelitian yang tertuang dalam judul Pengaruh Lingkungan Belajar dan Proses Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills) terhadap Peningkatan Keterampilan Membatik (Studi pada Ibu Rumah Tangga dalam Kelompok Belajar Usaha Batik Beken di Kampung Paledang Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut) yang akan penulis bawa mengenai hasil penelitiannya ke dalam kehidupan nyata sebagai kecakapan hidup yang dapat membawa diri ke arah lebih maju, berkembang, mandiri dan berkualitas. B. Pembatasan Masalah Supaya permasalahan sesuai dengan maksud dan tujuan yang diinginkan, maka dilakukan pembatasan permasalahan pada pengaruh lingkungan belajar dan proses pembelajaran kecakapan hidup (life skills) terhadap peningkatan keterampilan membatik ibu rumah tangga dalam Kelompok Belajar Usaha Batik Beken di Kampung Paledang Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut. Maksudnya, agar penulis terhindar dari penyimpangan-penyimpangan yang kurang sesuai dengan fokus penelitian. C. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian fenomena yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah penelitian di atas menunjukkan bahwa di Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut khususnya di daerah Kampung Paledang terdapat situasi, sumber daya, ekonomi, dan kondisi lingkungan yang belum terkoordinasi dengan baik dan efektif. Oleh karena

8 itu, dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh lingkungan belajar terhadap peningkatan keterampilan membatik ibu rumah tangga dalam Kelompok Belajar Usaha Batik Beken di Kampung Paledang Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut? 2. Bagaimana pengaruh proses pembelajaran kecakapan hidup (life skills) terhadap peningkatan keterampilan membatik ibu rumah tangga dalam Kelompok Belajar Usaha Batik Beken di Kampung Paledang Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut? 3. Bagaimana pengaruh lingkungan belajar dan proses pembelajaran kecakapan hidup (life skills) terhadap peningkatan keterampilan membatik ibu rumah tangga dalam Kelompok Belajar Usaha Batik Beken di Kampung Paledang Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut? D. Tujuan Penelitian Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai hal-hal berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan belajar terhadap peningkatan keterampilan membatik ibu rumah tangga dalam Kelompok Belajar Usaha Batik Beken di Kampung Paledang Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut. 2. Untuk mengetahui pengaruh proses belajar kecakapan hidup (life skills) pada peningkatan keterampilan membatik ibu rumah tangga dalam Kelompok Belajar Usaha Batik Beken di Kampung Paledang Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut. 3. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan belajar dan proses pembelajaran kecakapan hidup (life skills) terhadap peningkatan keterampilan membatik ibu rumah tangga dalam Kelompok Belajar Usaha Batik

9 Beken di Kampung Paledang Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut. E. Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan pastinya menginginkan sebuah manfaat yang nyata untuk orang banyak. Maka, penelitian ini dimaksudkan dapat memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun praktis, yakni sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam memperkaya ilmu pengetahuan tentang kondisi sosial masyarakat khususnya yang berkaitan dengan lingkungan belajar dan proses pembelajaran kecakapan hidup (life skills) dalam peningkatan keterampilan. 2. Kegunaan Praktis a. Memberikan sumbangan nyata mengenai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan lingkungan belajar dan proses pembelajaran kecakapan hidup (life skills) dalam meningkatkan keterampilan khususnya kepada lingkungan masyarakat sekitar, lembaga dan praktisi pendidikan nonformal, ataupun lembaga dan praktisi pendidikan pada umumnya. b. Meningkatkan wawasan dan kemampuan penelitian untuk peneliti lebih lanjut, khususnya pada pengaruh lingkungan belajar dan proses pembelajaran kecakapan hidup (life skills) di lingkungan masyarakat setempat. F. Anggapan Dasar Menurut Sagala (2010: 64), pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya menurut Dimyati dan Mudjiono (2010: 62), pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain

10 intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Anggapan dasar yang akan dikemukakan dalam penelitian ini mengenai pengaruh lingkungan belajar dan proses pembelajaran kecakapan hidup (life skills) terhadap peningkatan keterampilan membatik pada ibu rumah tangga dalam Kelompok Belajar Usaha Batik Beken di Kampung Paledang Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut, sehingga mereka/warga belajar (ibu rumah tangga) yang nantinya akan dan mampu memanfaatkan keterampilannya itu untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi pada kehidupan sehari-harinya. Selain itu mereka akan memiliki kekuatan dalam mempertahankan hidup dengan kecakapan yang dimilikinya dan peka terhadap situasi maupun kondisi lingkungan. Selain itu juga meraka akan memiliki jiwa wirausaha, hidup mandiri, berkualitas diri dan sejahtera. Melihat pemaparan di atas, penulis mendapat gambaran bahwa anggapan dasar mempunyai kedudukan yang penting dalam melaksanakan penelitian, analisis, dan menarik kesimpulan, sehingga penelitian akan selalu bertolak dari anggapan dasar itu. Penulis mempunyai anggapan dasar dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut. a. Lingkungan belajar merupakan variabel yang utama dalam pengkajiannya di lingkungan masyarakat dalam sebuah lembaga yang difokuskan pada dua sub-variabel, yakni lingkungan belajar dalam (internal) yang diwakili oleh beberapa aspek penilaian, yaitu suasana belajar, fasilitas belajar, sarana dan prasarana belajar yang terdiri dari suasana belajar, fasilitas belajar, sarana dan prasarana belajar. Dan lingkungan belajar luar (eksternal), yang diwakili beberapa aspek penilaian, yakni akses pasar, sumber daya alam, sumber daya manusia, sosial budaya, dan status ekonomi. b. Proses pembelajaran kecakapan hidup (life skills) juga merupakan variabel pembelajaran paling utama dalam pengkajiannya yang difokuskan pengkajiannya pada beberapa sub-variabel yang mencakup: (1) aspek perencanaan, meliputi: kurikulum, biaya dan fasititas; (2)

11 aspek pelaksanaan, meliputi: metode dan teknik, media, kompetensi tutor, bahan atau materi ajar, dan waktu/jadwal; (3) aspek evaluasi, meliputi penilaian hasil pembelajaran. c. Batik Tulis Garutan merupakan salah satu media yang tepat dalam pengukurannya mengenai peningkatan keterampilan membatik ditinjau dari faktor pengaruh lingkungan belajar dan proses pembelajaran kecakapan hidup (life skills). d. Ibu-ibu rumah tangga yang merupakan warga belajar Kelompok Belajar Usaha Batik Beken adalah objek yang paling tepat untuk diamati dalam penguasaan serta pemahamannya pada lingkungan belajar serta proses pembelajaran kecakapan hidup (life skills) untuk meningkatkan keterampilan membatiknya.