Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)



dokumen-dokumen yang mirip
Dwi Viora Keywords: reading, reading comprehension, learning outcomes

KORELASI ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XI IPA SMAN 1 AMBUNTEN

Oleh Beatriz Lasmaria Harianja Mara Untung Ritonga, S.S., M.Hum.,Ph.D. ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan

HUBUNGAN TINGKAT KERAJINAN MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMBACA CEPAT SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN

PENTINGNYA PEMBINAAN KEGIATAN MEMBACA SEBAGAI IMPLIKASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UCI SUGIARTI ABSTRAK

THE ABILITY OF THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP DAREL HIKMAH PEKANBARU IN READING SEQUENCES AND READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, dan (5)

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BAGI SISWA KELAS V SD

KEMAMPUAN MENAMUKAN IDE POKOK PARAGRAF SISWA KELAS X SMAN 2 PRINGSEWU 2013/2014. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

PENGARUH PERSEPSI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL

HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA KARYA SASTRA DENGAN KEMAMPUAN SISWA MENGAPRESIASI CERPEN DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

KORELASI KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF DENGAN KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF SISWA KELAS VIII SMP PENCAWAN MEDAN TAHUN PELAJARAN

Hubungan Antara Kebiasaan Membaca Dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 69 Kota Bengkulu

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

KORELASI KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS XI SMA SEMEN PADANG

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

PENGARUH KEEFEKTIFAN MEMBACA CEPAT TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK COPY THE MASTER TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUNGAI TARAB E- JURNAL ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

KONTRIBUSI MINAT BACA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I KUOK KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENYIMAK PARAGRAF EKSPOSISI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA TAMANSISWA PADANG ARTIKEL ILMIAH

PENDAHULUAN. semakin pesat, terutama dalam teknologi percetakan maka semakin banyak. Dengan membaca siswa akan memperoleh berbagai informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PULAU TIGA KECAMATAN PULAU TIGA KABUPATEN NATUNA TAHUN AJARAN 2012/2013 ARTIKEL E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan

PEMAHAMAN WACANA FIKSI DAN NONFIKSI PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 SAMBUNGMACAN TAHUN AJARAN 2007/2008

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh. Noni Nim

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN METODE SQ3R PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 2 GATAK, SUKOHARJO

HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA CERPEN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

HUBUNGAN KEMAHIRAN MENYIMAK DAN KEMAHIRAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 12 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

BAB I PENDAHULUAN. sosial, emosional peserta didik juga merupakan penunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PALENTINA MIGIARI NIM

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS DENGAN KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMAN 1 KINALI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

HUBUNGAN MINAT BACA FIKSI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA MORAL/FABEL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SIJUNJUNG

KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 8 BINTAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MEDIA GAMBAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMK TAMAN SISWA TELUK BETUNG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keempat aspek tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pezi Awram

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 MATESIH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BERITA SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 21 SATU ATAP TELUK BINTAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

KEMAMPUAN MENULIS TEKS NARASI TENTANG PENGALAMAN LIBUR SEKOLAH SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BERMANI ILIR KABUPATEN KEPAHIANG

PENGARUH PENGUASAAN KONTEKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN OLEH SISWA KELAS VII SMP SWASTA JOSUA MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

HUBUNGAN ANTARA KEMAHIRAN MENYIMAK PUISI DAN KEMAHIRAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 BINTAN UTARA TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE

PENGARUH MODEL SUGESTI-IMAJINASI TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS ANEKDOT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nadhira Destiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, pendapat, dan perasaan yang bahasanya bersifat produktif-aktif

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA SASTRA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LUBUK BASUNG

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN. Cerianing Putri Pratiwi 1

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA KARYA SASTRA DENGAN KEMAMPUAN SISWA MENGAPRESIASI CERPEN DI SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbahasa meliputi empat aspek dasar, yaitu keterampilan

BAB II KAJIAN TEORI. hubungannya dengan tiga kemampuan lainnya, yaitu berbicara, membaca, dan

PARAGRAPH WRITING SKILLS ARGUMENTS CLASS X SMAN 1 KANDIS DISTRICT SIAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara dalam mengenyam pendidikan. Mulai dari sekolah dasar,

ANALISIS BUKU TEKS BAHASA INDONESIA TINGKATAN SMP KELAS VIII, ERLANGGA: KETERBACAAN DAN TINGKAT KETERBACAAN

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MENENTUKAN UNSUR INSTRINSIK CERPEN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 GUNUNG TALANG JURNAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Oleh HILMIYATUN S

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X.

PEMBELAJARAN MENYIMAK CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING. Oleh : Cece Gosul NIM

Bunga Lestari Dr. Wisman Hadi, M.Hum. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kita pakai sehari-hari dan juga

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA RAKYAT DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KEMBALI CERITA RAKYAT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LINGGA TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan bahasa,f yaitu: (1) kemampuan menyimak (listening competence); (2)

PENGARUH KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA

PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA

Transkripsi:

KORELASI ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA PADA SISWA KELAS VIII SMP RAUDLATUL HIKMAH TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 13/14 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh Muhammad Yusuf Prasetyo NIM 108013000067 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 13

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Muhammad Yusuf Prasetyo NIM : 108013000067 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan Tahun : 08/09 Alamat : Kampung Bulak, RT 01 RW 09 Kel. Benda Baru Kec. Pamulang Kota Tangerang Selatan, Banten Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Korelasi Antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama pada Siswa Kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 13/14 adalah hasil karya sendiri di bawah bimbingan: Nama : Dra. Mahmudah Fitriyyah ZA, M.Pd. NIP : NIP 19640212 199703 2 001 Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia menerima segala konsekuensi apabila skripsi ini bukan hasil karya sendiri. Jakarta, 21 Agustus 13 Yang menyatakan, Muhammad Yusuf Prasetyo iii

A B S T R A K MUHAMMAD YUSUF PRASETYO, 108013000067: Korelasi Antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama pada Siswa Kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 13/14. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 13. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan mendeskripsikan hasil temuan terkait kebiasaan membaca dan hubungannya dengan menemukan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16-18 Juli 13 di SMP Raudlatul Hikmah, Tangerang Selatan, Banten. Metode penelitian yang digunakan ialah metode kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII 2 SMP Raudlatul Hikmah, Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 13/14. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan tes. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pengambilan data dengan angket dan tahap pengambilan data dengan tes. Hasil Berdasarkan pada df sebesar 28 yang dikonversi ke r tabel pada taraf signifikansi 5% diperoleh harga sebesar 0,361, sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh harga sebesar 0,463. Kriteria pengajuan ialah jika r xy dari r tabel maka H a diterima dan H o ditolak, sebaliknya jika r xy dari r tabel maka H a ditolak dan H o diterima. Ternyata r xy yang besarnya 0,500 lebih besar dari r tabel. Karena r xy lebih besar dari r tabel, maka hipotesis alternatif (H a ) diterima dan hipotesis nihil (H o ) ditolak. Berdasarkan interpretasi yang dicocokan dengan hasil perhitungan angka indeks korelasi r product moment dengan besar r xy (0,500) yang besarnya terletak antara 0,40 0,70. Ini berarti antara kebiasaan membaca dan kemampuan menemukan pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan terdapat korelasi yang sedang atau cukup, dengan kontribusi sebesar 25% sedangkan sisanya 75% ditentukan oleh faktor lain. Jadi, simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menemukan pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 13/14. iv

A B S T R A K MUHAMMAD YUSUF PRASETYO, 108013000067: Correlation Between Reading Habits by Major Idea Finding Ability in Class VIII Raudlatul Hikmah Junior High School, South Tangerang Academic Year 13/14. Education majors Indonesian Language and Literature, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 13. This study aimed to obtain the data and describe the findings related to reading habits and their relationship to find the main idea. This study was conducted on 16-18 July 13 at the Junior High School Raudlatul Hikmah, South Tangerang, Banten. The method used is quantitative methods. The subjects were students of class VIII-2 Raudlatul Hikmah Junior High School, South Tangerang Academic Year 13/14. Data collection techniques used were questionnaires and tests. This study was conducted in two phases, namely a data retrieval phase with questionnaires and data collection phase of the test. Based on the results of 28 df converted to r tabel at significance level of 5% obtained a price of 0.361, while the 1% significance level of 0.463 obtained price. Submission criteria is if r xy of r tabel then Ho is rejected and Ha is accepted, otherwise if r xy of r tabel then Ho is rejected and Ha accepted. It turns out that the magnitude rxy 0,500 bigger than r tabel. Because r xy bigger than r tabel, then the alternative hypothesis (Ha) is accepted and the null hypothesis (Ho) is rejected. Based on the interpretation of the results of the calculation are matched with the indices of correlation "r" with a large product moment r xy (0,500) whose magnitude lies between 0.40 to 0.70. This means that the reading habit and the ability to find the main idea in the eighth grade students Raudlatul Hikmah Junior High School, South Tangerang weaker correlation, with a contribution of 25% while the remaining 75% is determined by other factors.. So the conclusions obtained from this study is that there is significant relationship between reading habits with the ability to find the main idea in the eighth grade students Raudlatul Hikmah Junior High School, South Tangerang academic year 13/14. v

KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan taufiknya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Korelasi Antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama pada Siswa Kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan Tahun Ajaran 12/13. Salawat dan salam semoga terlimpah selalu kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang setia mengikuti ajarannya hingga akhir zaman. Skripsi ini selesai ditulis tidak lepas dari usaha penulis untuk memperoleh gelar kesarjanaan di bidang pendidikan (S.Pd.), khususnya pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Dalam penyelesaiannya, skripsi ini mendapat banyak bantuan serta partisipasi dari berbagai pihak, sehingga penulis dalam kesempatan ini ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Nurlena Rifa i, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FITK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sekaligus sebagai dosen pembimbing dalam skripsi ini. Terima kasih Ibu motivasinya, semoga Ibu sukses selalu. 3. Nuryati Jihadah, M. Pd dan Makyun Subuki, M. Hum selaku dosen penguji dan para dosen PBSI lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. 4. Bunda tersayang Saenih dan Bapak Sardih Bule yang selalu memberikan dukungan kepada penulis, juga tak lupa kepada adikku satu-satunya M. Heru Firdaus, semoga engkau bisa menyusul kakakmu ini. vi

vii 5. Tak lupa untuk calonku yang sangat penulis cintai Umiyanah. Terima kasih atas kesetiaannya dan kasih sayang yang kamu berikan sehingga penulis senantiasa semangat. 6. Kepada para sahabat PBSI B angkatan 08, kalian adalah sahabat terbaik yang pernah penulis kenal, dan kalian adalah para sahabat yang tak pernah berhenti memberikan dorongan kepada penulis untuk maju. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini banyak memberikan manfaat, semoga Allah SWT memberikan keberkahan kepada semua. Jakarta, 21 Agustus 13 Penulis, Muhammad Yusuf Prasetyo NIM 108013000067

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI... ii SURAT PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR DIAGRAM... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 5 C. Pembatasan Masalah... 6 D. Perumusan Masalah... 6 E. Tujuan Penelitian... 6 F. Kegunaan Penelitian... 7 BAB II KAJIAN TEORI... 8 A. Deskripsi Teoretis... 8 1. Membaca... 8 2. Tujuan Membaca... 10 3. Hambatan Membaca... 11 3. Kebiasaan Membaca... 13 4. Gagasan Utama... 18 B. Hasil Penelitian yang Relevan... C. Kerangka Berpikir... 21 D. Hipotesis Penelitian... 23 viii

ix BAB III METODE PENELITIAN... 24 A. Tempat dan Waktu Penelitian... 24 B. Metode Penelitian... 25 1. Pendekatan Penelitian... 25 2. Desain Penelitian... 25 3. Variabel Penelitian... 26 C. Populasi dan Sampel... 26 D. Teknik Pengumpulan Data... 27 E. Instrumen Penelitian... 27 F. Teknik Pengolahan Data... 32 G. Teknik Analisis Data... 33 H. Hipotesis Statistik... 36 BAB IV HASIL PENELITIAN... 37 A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Raudlatul Hikmah... 37 B. Deskripsi Data... 39 C. Pengujian Hipotesis... 75 D. Interpretasi Data... 78 BAB V PENUTUP... 80 A. Simpulan... 80 B. Saran... 80 DAFTAR PUSTAKA... 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Penelitian... 24 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kebiasaan Membaca... 29 Tabel 3.3 Indikator Penilaian Kemampuan Menemukan Gagasan Utama... 32 Tabel 3.4 Pedoman Interpretasi Terhadap Angka Indeks Korelasi r Product Moment... 35 Tabel 4.1 Hasil Kebiasaan Membaca... 39 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Kebiasaan Membaca... 41 Tabel 4.3 Hasil Kemampuan Menemukan Gagasan Utama... 42 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Kemampuan Menemukan Gagasan Utama... 44 Tabel 4.5 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 45 Tabel 4.6 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 46 Tabel 4.7 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 47 Tabel 4.8 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 48 Tabel 4.9 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 49 Tabel 4.10 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 50 Tabel 4.11 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 51 Tabel 4.12 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 52 Tabel 4.13 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 53 Tabel 4.14 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 54 Tabel 4.15 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 55 Tabel 4.16 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 56 Tabel 4.17 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 57 Tabel 4.18 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 58 Tabel 4.19 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 59 Tabel 4. Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 60 Tabel 4.21 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 61 Tabel 4.22 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 62 Tabel 4.23 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 63 x

Tabel 4.24 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 64 Tabel 4.25 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 65 Tabel 4.26 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 66 Tabel 4.27 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 67 Tabel 4.28 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 68 Tabel 4.29 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 69 Tabel 4.30 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 70 Tabel 4.31 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 71 Tabel 4.32 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 72 Tabel 4.33 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 73 Tabel 4.34 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa... 74 Tabel 4.35 Distribusi Korelasi antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama... 75 Tabel 4.36 Interpretasi Nilai r... 79 xi

DAFTAR DIAGRAM Diagram 3.1 Desain Penelitian... 26 Diagram 4.1 Nilai Rata-rata UN SMP Raudlatul Hikmah... 38 Diagram 4.2 Keadaan Siswa SMP Raudlatul Hikmah... 39 xii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Angket Kebiasaan Membaca Lampiran 2 Tes Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Lampiran 3 Contoh Angket Hasil Isian Siswa Lampiran 4 Contoh Tes Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa Lampiran 5 Surat Balasan Izin Penelitian SMP Raudlatul Hikmah Lampitan 6 Profil SMP Raudlatul Hikmah Lampitan 7 t tabel dan r tabel dengan taraf signifikansi 1% Lampitan 8 t tabel dan r tabel dengan taraf signifikansi 5% Lampitan 9 Uji Referensi xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ilmu dan pengetahuan di era modern, telah membawa perubahan secara signifikan hampir pada semua lini, termasuk di antaranya teknologi percetakan. Kemajuan dalam teknologi percetakan telah mempermudah proses penyimpanan informasi, dari era lisan menuju era tulis, yang kemudian dapat dicetak ulang dan disebarkan secara luas. Informasi dalam bentuk tulis itu tersimpan rapi dalam bentuknya sebagai buku. Pada gilirannya, hampir semua jenjang pendidikan, dari mulai Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi, memanfaatkan buku sebagai suatu inovasi dalam hal pengajaran dan pembelajaran dalam kelas. Inovasi ini salah satunya mencakup pengajaran dan pembelajaran keterampilan berbahasa, yaitu membaca. Jika pada mulanya pengajaran membaca memanfaatkan sarana lisan sebagai medium, kini hal tersebut mulai hilang dan sebagai gantinya hadirlah buku dengan segala keunggulannya. Di antara keunggulan buku ialah, buku mampu menyimpan informasi apa pun tanpa harus takut hilang, buku mudah dibawa ke mana-mana sesuai keinginan, buku dapat digandakan sesuai kebutuhan, dan buku dapat bertahan lama dalam keadaan terawat. Membaca menjadi prioritas penting yang harus dikuasai siswa. Ter membaca buku-buku yang berkualitas. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa buku ialah pusatnya informasi, dan kunci untuk menguasainya ialah membaca. Dengan demikian, ketika siswa melakukan aktivitas membaca, pada hakikatnya ialah membuka cakrawala dunia sehingga ia mampu mengetahui tentang informasi apa pun sesuai dengan apa yang termaktub dalam buku yang dibacanya itu. Oleh karena itu, tak diragukan lagi bahwa membaca banyak membawa manfaat bagi pelakunya. Termasuk dalam hal ini ialah siswa. Jika saja kesadaran ini sudah tertanam dalam diri siswa, bukan tidak mungkin membaca 1

2 menjadi suatu kebutuhan primer baginya. Membaca bukan lagi beban, apalagi hanya sekedar paksaan. Dengan membaca sebagai kebutuhan, maka informasi yang tertera dalam buku akan tercerap optimal. Sebaliknya, jika siswa menganggap membaca sebagai suatu beban atau paksaan belaka, maka informasi yang masuk kurang optimal, atau bahkan tertolak sama sekali. Agar siswa menjadikan membaca sebagai kebutuhan, maka ia harus mengibaratkan halnya membaca ini seperti halnya makanan. Jika ia tidak makan, maka yang ada ialah lapar. Begitu pula bila ia tidak membaca, maka ia pun merasakan lapar. Hanya saja, pengertian lapar akibat tidak membaca bukan perut menjadi keroncongan, melainkan haus akan informasi, sehingga apabila melihat buku, koran, majalah, dan novel misalnya, tidak akan melewatkan begitu saja kecuali harus membacanya terlebih dahulu. Karena membaca merupakan aktivitas yang kompleks, maka membaca bukanlah semata-mata melihat dan menerjemahkan lambang-lambang yang tertera di atas kertas, melainkan ia harus mengerahkan segala kemampuan yang ada. Misalnya konsentrasi, interpretasi, dan perangkat lunak dalam pikiran berupa pengetahuan. Dengan begitu, ketika ia membaca, ia tidak sekedar memahami materi tersebut, melainkan materi yang dibacanya itu bermakna baginya. Dengan demikian, tidak salah kiranya jika membaca disebut sebagai aktivitas yang aktif-reseptif. Aktif, karena dalam hal membaca sesungguhnya terjadi suatu interaksi antara pembaca dan penulis. Reseptif, karena dalam kegiatan membaca, pada hakikatnya pembaca berposisi sebagai penerima pesan dalam suatu jalinan komunikasi pembaca-penulis yang sifatnya tidak langsung. Bagi para pelajar, membaca tidak hanya membantunya dalam menguasai materi bidang studi, lebih dari itu membaca berperan penting dalam proses pencerdasan, sehingga siswa yang menempatkan membaca sebagai suatu kebutuhan akan menonjol dalam kelas. Membaca membuat pelakunya berprestasi dan tidak kuper (kurang pergaulan) secara akademik. Membaca juga berpotensi membuat pelakunya mengetahui dan memahami

3 perkembangan ilmu dan pengetahuan serta teknologi yang sedang dan akan berjalan pada masa depan. DP Tampubolon lebih lanjut mengatakan bahwa menulis merupakan satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. 1 Sedangkan HG Tarigan mengklasifikasikan kemampuan bahasa pokok atau keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat segi, yaitu (1) keterampilan menyimak atau listening skills, (2) keterampilan berbicara atau speaking skills, (3) keterampilan membaca atau reading skills, dan (4) keterampilan menulis atau writing skills. 2 Empat keterampilan berbahasa tersebut, satu sama lainnya saling berkorelasi, sehingga sangat sulit untuk memisahkan satu dari yang lainnya. Sebagai perbandingan, ketika seseorang itu bayi, maka pada tahap awal yang ia lakukan ialah menyimak (listening skills), yaitu menyimak apa yang dikatakan oleh orang-orang yang berada di sekelilingnya. Pada tahap berikutnya, karena ia sering mendengar atau menyimak kata-kata yang diucapkan itu, maka dari situ ia mulai menirukan bunyi-bunyian, atau katakata yang didengarnya itu dengan belajar berbicara (speaking skills). Baru setelah dia masuk usia sekolah, secara formal ia mulai dikenalkan pada lambang-lambang bunyi bahasa mulai dari huruf A sampai Z dan cara pengucapannya untuk kemudian di sini dia belajar membaca (reading skills). Setelah dikenalkan pada huruf-huruf itu, seorang anak kemudian berproses untuk meniru apa yang sudah dicerapnya dengan belajar menulis (writing skills), mulai dari huruf, suku kata, kata, dan kalimat. Membaca, termasuk aktivitas kompleks, maka dalam praktiknya harus dibiasakan sejak dini. Mulai dengan mengenal huruf, sampai kemudian kalimat dan wacana, sehingga anak mampu membaca secara jelas, tepat, dan nyaring. Untuk itu, diperlukan suatu motivasi dan tekad yang kuat untuk 1 DP Tampubolon, Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien (Bandung: Angkasa, 1987), h. 5. 2 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1979), h. 1.

4 menjadikan aktivitas membaca sebagai kebutuhan, ter bagi para siswa. Bila hal ini terjadi, maka membaca dapat mendarah daging dan pada gilirannya apa yang disebut Tiada hari tanpa membaca bukan slogan belaka. Hal lain yang tidak kalah penting untuk mewujudkan hal tersebut ialah latihan. Latihan membaca yang berkesinambungan, terjadwal, dan teratur akan membantu siswa, ter untuk menanamkan sikap pembiasaan diri dalam membaca. Pembiasaan dalam membaca ini penting mengingat dalam hal membaca siswa tidak hanya melafalkan apa yang ada di atas kertas, lebih dari itu siswa dituntut untuk menemukan dalam setiap kalimat yang dibaca. Melalui pembiasaan membaca inilah, diharapkan siswa memiliki kemampuan membaca, sehingga siswa dengan tepat dan cepat dapat menemukan dari suatu kalimat. DP Tampubolon lebih lanjut mengemukakan bahwa kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. 3 Ada sebuah pemahaman bahwa siswa kurang membiasakan membaca dan kemampuan membaca, khususnya di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), guru selalu menjadi kambing hitam. Padahal, jika kita mau jujur, peran orang tua siswa pun tak kalah penting dalam kasus ini. Kebiasaan membaca anak dimulai sejak dini, dan dalam tahap ini, orang tualah yang bertanggung jawab. Jika saja orang tua memberi contoh nyata, tidak hanya sekedar menyuruh dan mengarahkan saja, anak yakin akan mengikuti apa yang dicontohkan orang tua. Karena dalam hal ini, anak akan termotivasi dan tertarik apa yang dilakukan orang tuanya, bukan apa yang diteorikan atau yang diceramahkannya. Ketika anak masuk usia sekolah, barulah di sini guru mengambil peran, nya untuk peningkatan kebiasaan membaca anak. Tidak hanya itu, guru juga mulai mengembangkan minat baca siswa sehingga kemampuan membacanya semakin baik. Dengan demikian, orang tua dan guru memiliki peran dan tanggung jawab yang sama terhadap pembentukan dan peningkatan kemampuan membaca dan kebiasaan membaca anak. 3 DP Tampubolon, op. cit., h. 7.

5 Dalam beberapa kasus, salah satunya soal-soal Ujian Akhir Sekolah (UAS), siswa sering dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka harus mencari dan menentukan dalam suatu paragraf. Tanpa kemampuan membaca, khususnya dalam menentukan, sangat kecil kemungkinan bagi siswa tersebut menjawab dengan benar soal-soal semacam itu. Di sinilah peran penting membaca untuk menentukan jawaban yang tepat. Belum lagi ada standar nilai kelulusan yang harus dicapai siswa, dan dalam hal inilah, guru bahasa Indonesia mengambil peran agar bagaimana caranya target tersebut dapat dicapai maksimal oleh semua siswa. Atas dasar tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian. Utamanya penelitian tentang kebiasaan membaca dan hubungannya dengan pemahaman menemukan pada siswa SMP, dengan judul skripsi: Korelasi Antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama pada Siswa Kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 13/14. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut. 1. Kurangnya kebiasaan membaca dan kemampuan membaca di kalangan siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 13/14. 2. Ada banyak faktor penentu dalam hal pembentukan dan peningkatan kebiasaan membaca pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 13/14. 3. Rendahnya kemampuan menemukan pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 13/14. 4. Diperlukan latihan yang berkesinambungan untuk menjadikan membaca sebagai kebiasaan dan kebutuhan pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 13/14.

6 5. Guru sering menjadi sasaran atas ketidakmampuan siswa dalam hal membaca, padahal orang tua siswa pun berpengaruh, khususnya pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 13/14. C. Pembatasan Masalah Mengingat terbatasnya daya, biaya, dan pengetahuan penulis, maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada kebiasaan membaca dan hubungannya dengan kemampuan menemukan gagasan pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 13/14. D. Perumusan Masalah Dengan memperhatikan pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana korelasi antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menemukan pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 13/14? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ada dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian ini ialah untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi atau hubungan antara kebiasaan membaca dengan menemukan pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 13/14. Tujuan khususnya yaitu memperoleh data dan mendeskripsikan hasil temuan terkait kebiasaan membaca dan hubungannya dengan menemukan pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 13/14.

7 F. Kegunaan Penelitian Secara eksplisit, dapat dikemukakan beberapa kegunaan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut. 1. Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata tentang kemampuan siswa dalam hal membaca dan kaitannya dengan kemampuan menemukan, khususnya pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 13/14. 2. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan medium atau alat ukur untuk mendiagnosa sebab ketidaksanggupan siswa dalam hal menemukan, ter siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 13/14, sehingga guru bahasa Indonesia dapat dengan tepat mencarikan solusi. 3. Bagi sekolah. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi tolok ukur bagi sekolah untuk membuat kebijakan-kebijakan dalam menyusun strategi pendidikan dan kurikulum sekolah, sehingga membuahkan policy yang tepat guna dan berdampak positif bagi siswa untuk ke depannya.

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoretis 1. Membaca Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Karena membaca ialah suatu keterampilan berbahasa, maka cara memperolehnya pun tidak serta-merta, melainkan dibutuhkan proses. Oleh karena itulah, diperlukan suatu mekanisme tertentu agar anak yang tadinya tidak dapat membaca, menjadi bisa membaca. Mekanisme yang dimaksud ialah belajar. Melalui pembelajaran yang intensif dalam kelas atau luar kelas, maka seseorang akan dengan cepat menguasai keterampilan membaca ini. Membaca juga merupakan sesuatu yang harus dilatih, hal tersebut karena membaca ialah suatu keterampilan yang kompleks, yang mencakup serangkaian keterampilan yang lebih kecil, seperti pengenalan terhadap aksara (huruf) serta tanda-tanda baca, hubungan aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur kebahasaan formal, dan hubungan aksara dengan makna. 1 Hal tersebut sesuai dengan apa yang diutarakan Tarigan. Ia menyebutkan ada tiga komponen dalam keterampilan membaca ini, yaitu (1) pengenalan terhadap pelbagai aksara dan tanda baca, (2) korelasi aksara beserta berbagai tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal, dan (3) hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna. 2 Keterampilan A yang dimaksud ialah suatu kemampuan untuk mengenal bentuk-bentuk yang disesuaikan dengan mode yang berupa gambar, lengkungan-lengkungan garis, dan titik-titik yang dipola secara teratur. Sementara keterampilan B merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas, yaitu gambar dan pola teratur tersebut, dengan bahasa. 1 Erwan Juhara, dkk., Cendekia Berbahasa untuk Kelas X SMA (Jakarta: Setia Purna Inves, 05), h. 54-55. 2 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1979), h. 10. 8

9 Atas dasar tersebut, guru bahasa Indonesia dituntut berpikir kreatif, sekaligus menyadari dan memahami sejak awal, bahwa membaca merupakan suatu metode atau cara yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi. Makna komunikasi di sini mencakup interaksi dengan diri sendiri, atau dengan orang lain (penulis). Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses di mana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran. 3 Hal yang dikomunikasikan itu ialah makna yang terkandung dalam lambanglambang tertulis, baik yang bersifat tersurat atau tersirat. Lebih lanjut, HG Tarigan berpendapat bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. 4 Membaca dikatakan proses karena dalam kenyataannya membaca menuntut pembaca agar fokus dan memperhatikan kelompok kata yang merupakan satu kesatuan, di mana hal tersebut dilakukan dalam pandangan sekilas, dan dalam waktu yang singkat itu pembaca diharapkan mampu menangkap makna kata-kata yang dibacanya. Jika hal tersebut tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat atau yang tersirat tidak akan tertangkap secara optimal, yang pada gilirannya membuat proses membaca menjadi tidak terlaksana dengan baik. Membaca dapat pula diartikan sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dari yang tersurat. Dengan kata lain, membaca ialah memahami makna yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Oleh karena itu, makna bacaan tidak terletak pada halaman per halaman, melainkan terletak pada pikiran pembaca. Dalam pikiran pembacalah makna kata-kata itu hidup. Makna bacaan dalam pikiran pembaca juga akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda yang digunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut. 3 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 04), h. 6. 4 Henry Guntur Tarigan, Ibid., h. 7.

10 2. Tujuan Membaca Membaca bukanlah aktivitas tanpa tujuan. Tujuan membaca ialah untuk mencari dan memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti erat kaitannya dengan maksud, tujuan kita dalam membaca. Secara rinci, HG Tarigan menyebutkan ada tujuh tujuan dalam membaca, yaitu sebagai berikut. a. Membaca untuk memperoleh perincian atau fakta (reading for details or facts). Tujuan membaca ini dilakukan ketika pembaca ingin membaca untuk menemukan dan mengetahui berbagai penemuan yang telah dilakukan oleh para penemu. b. Membaca untuk memperoleh ide-ide (reading for main ideas). Disebut demikian jika dalam membaca, tujuannya untuk mengetahui mengapa hal tersebut merupakan topik yang baik atau menarik. c. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization). Hal ini jika dalam membaca tujuannya untuk mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita. d. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference). Membaca jenis ini jika membaca bertujuan untuk mengetahui serta menemukan apa yang para tokoh rasakan. e. Membaca untuk mengelompokkan, mengklasifikasikan (reading for classify). Membaca seperti ini bila dalam membaca itu bertujuan untuk mengetahui dan menemukan apa-apa yang tidak biasa atau tidak wajar mengenai seorang tokoh. f. Membaca untuk menilai, membaca untuk mengevaluasi (reading for evaluate). Disebut demikian jika dalam praktiknya, membaca dilakukan dengan tujuan untuk mencari atau menemukan apakah tokoh berhasil (hidup) dengan ukuran-ukuran tertentu. g. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading for compare or contrast). Tujuan membaca ini akan tercapai jika

11 dalam membaca bermaksud untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah. 5 3. Hambatan Membaca Secara umum, hambatan dalam membaca dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu intern dan ekstern. Hambatan intern ialah hambatam membaca yang timbul dari dalam diri pembaca itu sendiri, seperti konsentrasi dan motivasi. Sementara hambatan ekstern yaitu hambatan membaca yang berasal dari luar, seperti suara berisik, tempat yang tidak nyaman, dan penerangan yang kurang baik. 6 Hambatan seperti konsentrasi memang sering dijumpai, mengingat tingkat konsentrasi pada siswa beragam dan itu biasanya dipengaruhi oleh keadaan psikologis seseorang. Semakin baik psikologisnya, biasanya seseorang akan lebih baik konsentrasinya. Sebaliknya, keadaan psikologis yang buruk akan menyebabkan mudah buyarnya konsentrasi seseorang. Konsentrasi sendiri merupakan pemusatan perhatian, pikiran, jiwa, dan fisik pada sebuah objek. Dalam hal ini, konsentrasi diartikan sebagai pemusatan pikiran atau terpusatnya perhatian terhadap informasi yang diperoleh seorang siswa selama periode belajar. 7 Sementara itu, hambatan membaca sering muncul juga karena faktor motivasi. Di mana, semakin rendah motivasi seseorang untuk membaca maka semakin tidak mudah bagi seseorang untuk membaca. Motivasi itu erat kaitannya dengan aktivitas mental. Artinya keadaan mental yang stabil dan tahu akan pentingnya membaca, maka aktivitas membaca bisa menjadi suatu hobi yang menyenangkan. Aka tetapi, jika keadaan mental seseorang tidak menghendakinya untuk melakukan aktivitas membaca, maka kegiatan membaca akan dilihatnya sebagai beban yang berat. Motivasi itu sendiri 5 Henry Guntur Tarigan, Ibid., h. 9-10. 6 Sugembong, Meraih Bintang di Sekolah (Jakarta: Elex Media Komputindo, 09), h. 88. 7 Femi Olivia, Membantu Anak Punya Ingatan Super (Jakarta: Elex Media Komputindo, 07), h. 40.