BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta memiliki satu Instalasi gudang farmasi kota (Dinkes Kota Solok, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5.

EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DWI UTAMI NUGRAHANI NAFTANI CHANDRA DINI AISYAH RIZQI MUFIDAH MUTIA FARIDA A.

UPT. PUSKESMAS KLUNGKUNG I

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG,

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BEJEN NOMOR : TENTANG PERESEPAN, PEMESANAN, DAN PENGELOLAAN OBAT KEPALA PUSKESMAS BEJEN,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS WONOMERTO Jalan Bantaran 853 Patalan Kecamatan Wonomerto, Telp. (0335) PROBOLINGGO 67253

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan bagian dari pembangunan nasional dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seperti contohnya pada puskesmas, dimana pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP WATUMALANG NOMOR :.../.../.../2013 TENTANG PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DAN PRODUK STERIL DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

bagaimana prosedur penerimaan dan pengeluaran obat-obatan di

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI PUSKESMAS TEGALSARI UPTD PUSKESMAS TEGALSARI Jl. KH syafa at No. 09 Telp (0333) Tegalsari

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah

PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

PANDUAN REKAM MEDIK PUSKESMAS KARANGLEWAS. No Dokumen :PD/C.VII/UKP/ /IV/2016 Tanggal Terbi:4 April No Revisi : -

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CIBALIUNG JL. Raya Cimanggu- Cibaliung Km. 10 Desa Sukajadi Kab. Pandeglang Pos, 42285

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI PUSKEMAS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU - RIAU

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai kebutuhan. Untuk itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obatadalah sediaan atau paduan yang siap digunakan untuk

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

nasional. Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa

oleh petugas di Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2007).

TAHUN UPT PUSKESMAS PABUARAN Jl P.SUTAJAYA NO 129 LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

KERANGKA ACUAN KERJA UNIT OBAT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato HASIL WAWANCARA

Peresepan,Pemesanan dan pengelolaan Obat SPO Nomor : Terbit ke : 1 No.Revisi : 0 Tgl.Diberlaku : Halaman : 1-3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kabupaten Magelang Berdasarkan Permenkes RI No.74 tahun 2016

Sistem Informasi Kesehatan

PELAYANAN PRIMA DI PUSKESMAS

PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

SOP PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS SINE PERENCANAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

A. Latar Belakang Masalah

PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Pada dasarnya kesehatan merupakan suatu hal yang sangat

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

BAB 3 KERANGKA PIKIR

Tugas pokok pengelolaan perbekalan farmasi :

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional. Dalam undang-undang Kesehatan No. UU Nomor 36 Tahun 2009

Analisis Penyebab Kekosongan Obat Kusta di RS. X Tahun 2014

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi akan

PROSEDUR DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

DRUG RELATED PROBLEMS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit. seleksi (selection), perencanaan dan pengadaan (procurement), distribusi

Evaluasi Pengelolaan Obat pada Puskesmas di Kota Pariaman

PERAN APOTEKER DI DALAM PENGELOLAAN OBAT DAN ALKES DI INSTALASI FARMASI PROVINSI, KABUPATEN/ KOTA. Hardiah Djuliani

BAB I PENDAHULUAN. Medis, pengertian sarana pelayanan kesehatan adalah tempat. untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Rumah sakit merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain pelayanan berbagai jenis laboratorium, gizi/makanan dan sebagainya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu aspek dalam menunjang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah. Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknik dinas

TUGAS DRUGS MANAGEMENT MAKALAH MEMAHAMI KUALITAS OBAT DAN DRUG ASSURANCE PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Puskesmas Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2007:5) Fungsi puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, membina peran serta mayarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat, serta memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk mencapai visi tersebut, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya tersebut, Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu (Depkes RI, 2006;1). B. Profil Puskesmas Sirampog Pembangunan kesehatan merupakan salah satu dari beberapa amanat pembangunan nasional yang penting dengan berpedoman pada GBHN setiap 5 tahunnya. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Puskesmas Sirampog berdiri pada tahun 1977, yang sebelumnya masih berupa BP (Balai Pengobatan) terletak di desa Benda dengan jumlah karyawan kurang dari 10 orang. Sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat akan sarana kesehatan serta mendekatkan pelayanan kesehatan maka 3

4 pada tahun 1977 dibangun Puskesmas Sirampog di desa Mendala kecamatan Sirampog, ± 3 km dari pusat pemerintahan kecamatan. Pada bulan Maret 2008 telah berdiri fasilitas rawat inap yang terletak di desa Mendala Kecamatan Sirampog. Puskesmas Sirampog memiliki 13 desa binaan dari tahun 1977 sampai dengan sekarang pelayanan masih berkisar pada pelayanan rutin hanya pengobatan rawat jalan. Sementara itu, kunjungan pasien dan angka kesakitan semakin bertambah dan bervariasi setiap tahunnya sehingga memerlukan penanganan yang lebih. Hal ini dipengaruhi oleh kepadatan penduduk yang semakin bertambah. Berdasarkan letak geografis, kecamatan Sirampog terletak di bagian selatan Kabupaten Brebes, berbatasan dengan daerah lain : Sebelah utara : Kabupaten Tegal Sebelah selatan : Kecamatan Paguyangan Sebelah barat : Kecamatan Bumiayu Sebelah timur : Kabupaten Banyumas Kecamatan Sirampog mempunyai wilayah seluas 67,03 Km 2 terbagi atas 13 desa. Desa desa tersebut berada di ketinggian antara 700 m s/d 1.200 m dari permukaan air laut. Keadaan tersebut menjadikan Puskesmas Sirampog berada pada suhu rendah. C. Pengelolaan Obat Pengelolaan obat adalah suatu urutan kegiatan yang mencakup perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, dan evaluasi yang terintegrasi dengan unit kerja terkait, didasarkan kepada efisiensi, efektifitas, dan profesionalisme. Pengelolaan obat bertujuan untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan obat yang efisien, efektif dan rasional. 1. Perencanaan Perencanaan obat adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk menentukan jenis atau macam obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat

5 untuk puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas. Dalam proses perencanaan kebutuhan obat pertahun Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat denganmenggunakan LPLPO (Laporan Pemakaian Lembar Permintaan Obat). Selanjutnya UPOPPK (Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan) yang akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas di wilayah kerjanya. 2. Pengadaan Tujuan pengadaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di masing-masing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah kerjanya. Sumber penyediaan obat di Puskesmas adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas adalah obat esensial yang jenis dan itemnya ditentukan setiap tahun oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional. Selain itu sesuai dengan kesepakatan global maupun keputusan Menteri Kesehatan no 085 tahun 1989 tentang kewajiban menuliskan resep / dan atau menggunakan Obat Generik di Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah, maka hanya obat generik saja yang diperkenankan tersedia di Puskesmas. Pengadaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing Puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO (Laporan Pemakaian Lembar Permintaan Obat), sedangkan pengadaan dari sub unit ke Kepala Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO (Laporan Pemakaian Lembar Permintaan Obat) sub unit. 3. Penerimaan Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obatobatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di bawahnya. Tujuannya adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas. Setiap penyerahan obat oleh UPOPPK (Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan) kepada Puskesmas dilaksanakan

6 setelah mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau pejabat yang diberi wewenang untuk itu. Petugas penerimaan obat wajib melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi dokumen LPLPO (Laporan Pemakaian Lembar Permintaan Obat) dan ditanda tangani oleh petugas penerima/diketahui Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat petugas penerima dapat mengajukan keberatan. Jika terdapat kekurangan, penerima obat wajib menuliskan dan melaporkan jenis yang kurang (rusak, jumlah kurang,dan lain-lain) kepada unit pengelola yang lebih tinggi. Setiap penambahan obat-obatan, dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stok. 4. Penyimpanan Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Tujuannya adalah agar obat yang tersedia di Unit Pelayanan Kesehatan mutunya dapat dipertahankan. Penyimpanan obat yang baik meliputi : a. Menjaga ketersediaan obat dan kelangsungan pelayanan kesehatan. b. Menjaga mutu obat selama waktu jeda proses distribusi sehingga dapat dipertahankan. c. Meminimalkan kehilangan. d. Menjaga kemungkinan pengambilan dan pencurian obat. e. Menjaga keakuratan pencatatan barang. f. Informasi stok obat. g. Efisiensi sirkulasi barang. Penyimpanan obat setiap obat yang disimpan dilengkapi dengan kartu stok untuk mencatat setiap mutasi obat, setiap lembar kartu stok hanya untuk mencatat mutasi 1 (satu) jenis obat. Obat disusun bentuk sediaan dan alfabetis, rotasi obat dengan sistem FIFO (First In First Out) yaitu obat yang datang pertama kali harus dikeluarkan lebih dahulu, dan FEFO (Fist Expired Fist Out) yaitu obat dengan kadaluarsa pendek/

7 mendekati kadaluarsa digunakan lebih dahulu, begitu juga ruang/ gudang penyimpanan obat dilengkapi dengan pallet sehingga kondisi dan kualitas obat dapat dipertahankan. 5. Distribusi Distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata dan teratur sesuai prosedur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan (sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Posyandu, dan Polindes). Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan tepat waktu. Kegiatan distribusi meliputi menentukan frekuensi distribusi, menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan, dan melaksanakan penyerahan obat. Pelaksanaan pendistribusian obat meliputi a. Menentukan stok minimal Dilakukan dengan pendekatan sesuai dengan jumlah kasus tahun sebelumnya dan dengan jumlah kasus tahun sebelumnya + buffer stok 5 10 %. b. Menentukan frekuensi distribusi Dilakukan dengan cara mempertimbangkan jarak dari UPOPPK (Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan) ke unit pelayanan kesehatan dasar dan biaya yang tersedia. c. Menentukan jumlah dan jenis obat Dilakukan dengan cara mempertimbangkan pemakaian rata-rata per jenis obat, sisa stok, pola penyakit, dan jumlah kunjungan di masingmasing sub unit pelayanan kesehatan. d. Melaksanakan penyerahan obat Dilakukan dengan cara mengirimkan obat dari gudang obat ke unit pelayanan ataupun dengan penyerahan di gudang puskesmas diambil sendiri oleh sub-sub unit pelayanan kesehatan dan obat diserahkan bersama dengan formulir LPLPO (Laporan Pemakaian Lembar

8 Permintaan Obat) serta lembar pertama disimpan sebagai tanda bukti penerimaan. 6. Pengendalian Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan progam yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. 7. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan maupun digunakan di Puskesmas dan atau unit pelayanan lainnya. Tujuannya adalah sebagai bukti bahwa suatu kegiatan yang telah dilakukan, sebagai sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian, dan sebagai sumber data untuk pembuatan laporan. Puskesmas bertanggung jawab atas terlaksanakannya pencatatan dan pelaporan obat yang tertib dan lengkap serta tepat waktu untuk mendukung pelaksanaan seluruh pengelolaan obat (Depkes RI, 2004 : 10-42). D. Mutu Pelayanan Farmasi Menurut Milton, mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas atau sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dan suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi (Wijono, 1999:25-33). Mutu pelayanan farmasi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan atau pemeliharaan kesehatan yang diterima dan didefinisikan dalam banyak pengertian. Dari aspek teknis medis semata-mata hanya berhubungan langsung antara pelayanan medis dan pasien saja, atau mutu kesehatan dari sudut pandang

9 sosial dan sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk akibat-akibat manajemen administrasi, keuangan, peralatan dan pelayanan kesehatan lainnya. E. Fungsi dan Pelayanan Farmasi Klinik Tujuan pokok profesi farmasi adalah melayani masyarakat untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan tepat. Suatu sasaran profesi adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit. Apoteker Puskesmas memikul tanggung jawab yang signifikan untuk memastikan hasil klinik yang optimal dari semua terapi obat. Pemenuhan tanggung jawab ini ditingkatkan melalui pengadaan pelayanan farmasi yang luas, mencakup komponen informasi, klinik dan distribusi obat yang dikelola sebagai sistem terpadu. Apoteker harus mengembangkan dan memberikan pelayanan farmasi klinik sepadan dengan kebutuhan setiap Puskesmas dan pasien individu di Puskesmas tersebut. Kegiatan klinik harus dilakukan, jika perlu, melalui kontak langsung dengan pasien dan dalam gabungan atau dukungan dokter serta praktisi pelayanan kesehatan lainnya (Siregar, 2006: 18-19). F. Rekam Medik Definisi rekam medik menurut Surat Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang penderita selama dirawat di rumah sakit, baik rawat jalan maupun rawat tinggal (Siregar dan Lia, 2003:17-18). Setiap puskesmas dipersyaratkan mengadakan dan memelihara rekam medik yang memadai dari setiap penderita, baik untuk penderita rawat tinggal maupun penderita rawat jalan. Rekaman medik ini harus secara akurat didokumentasikan, segera tersedia, dapat dipergunakan, mudah ditelusuri kembali (retrieving), dan lengkap informasi. Rekaman medik adalah sejarah ringkas, jelas dan akurat dari kehidupan dan kesakitan penderita, ditulis dari sudut pandang medik. Kegunaan Rekam Medik antara lain : 1. Digunakan sebagai dasar perencanaan dan keberlanjutan perawatan penderita.

10 2. Merupakan suatu sarana komunikasi antar dokter dan setiap profesional yang berkontribusi pada perawatan penderita. 3. Melengkapi bukti dokumen terjadinya/penyebab kesakitan penderita dan penanganan/pengobatan selama tiap tinggal di rumah sakit. 4. Digunakan sebagai dasar untuk kaji ulang studi dan evaluasi perawatan yang diberikan kepada penderita. 5. Membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah sakit dan praktisi yang bertanggung jawab. 6. Menyediakan data untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan. 7. Sebagai dasar perhitungan biaya, dengan menggunakan data dalam rekam medik, bagian keuangan dapat menetapkan besarnya biaya pengobatan seorang penderita.