BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia. Diare menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anakanak di berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia (Rohim et al., 2002). Pada tahun 2012, diare menduduki peringkat kedua di dunia (9%) sebagai penyebab kematian anak usia di bawah lima tahun setelah pneumonia. Setiap hari, sebanyak 1.600 anak usia di bawah lima tahun meninggal dunia karena diare. Hal tersebut berarti bahwa selama tahun 2012 terdapat lebih dari 580.000 anak usia di bawah lima tahun yang meninggal dunia karena diare (UNICEF, 2013). Setiap anak usia di bawah lima tahun rata-rata mengalami tiga kali episode diare dalam setahun. Setiap episode diare pada anak dapat menyebabkan dehidrasi dan malnutrisi. Episode diare yang berkepanjangan berdampak terhadap pertumbuhan dan kesehatan anak. Terjadinya dehidrasi dan malnutrisi menyebabkan kematian diare pada anak lebih cepat dibanding pada orang dewasa (World Gastroenterology Organisation, 2008; Juffrie et al., 2012; Kemenkes, 2010). Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) keempat adalah penurunan kematian anak menjadi dua per tiga pada tahun 2015. Laporan dari United Nations Children s Fund (UNICEF) Indonesia, menyebutkan bahwa selama tahun 2012 diare menyebabkan 152.000 kematian anak usia di bawah lima tahun di Indonesia. Sebanyak 400 anak usia di bawah lima tahun setiap hari meninggal dunia karena diare pada tahun 2012. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan bahwa diare menduduki peringkat keempat sebagai penyebab kematian pada seluruh kelompok usia dalam kelompok penyakit menular (13,2%).Diare juga menduduki peringkat pertama penyebab kematian pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%). Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa period prevalence diare di Indonesia sebesar 3,5% lebih kecil dibandingkan tahun 2007 1
2 (9%). Insidensi diare untuk seluruh kelompok usia di Indonesia adalah 3,5%, sedangkan pada balita adalah 6,7%. Hasil Riskesdas tahun 2007 juga menunjukkan bahwa prevalensi kejadian diare di wilayah pedesaan (10%) lebih tinggi daripada wilayah perkotaan (7,4%). Namun, Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi diare baik di pedesaan maupun perkotaan sama besar yaitu 3,5% untuk seluruh kelompok umur. Pada balita, prevalensi diare di pedesaan lebih besar dibanding di perkotaan, yaitu 6,9% di pedesaan dan 6,6% di perkotaan. Cakupan penemuan dan penanganan diare di Provinsi Jawa Tengah selama tahun 2011-2013 masih jauh dari target nasional yaitu 100%. Cakupan penemuan dan penangan diare di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2013 berturut-turut adalah 57,90%, 42,66%, dan 51,32%. Diare menduduki peringkat kelima frekuensi kejadian luar biasa (KLB) tertinggi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013. Selama tahun 2013 terdapat 24 KLB diare di Provinsi Jawa Tengah (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2014). Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam sepuluh besar penyakit terbanyak di Kabupaten Purworejo tahun 2012-2013.Jumlah kasus diare di Kabupaten Purworejo pada tahun 2012 sebanyak 10.708 kasus, mengalami penurunan di tahun 2013 menjadi 9.163 kasus. Namun, pada tahun 2014 kasus diare mengalami peningkatan dibanding tahun 2013 yaitu menjadi 9.543 kasus. Jumlah kasus diare pada kelompok usia di bawah lima tahun pada tahun 2014 adalah sebanyak 3.093 kasus (32,41%), sedangkan kelompok usia diatas lima tahun adalah 6.450 kasus (67,59%) (Dinkes Kabupaten Purworejo, 2015). Angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2013 yaitu 11,54/1.000 kelahiran hidup mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 12,57/1.000 kelahiran hidup. Angka kematian balita (AKABA) tahun 2013 yaitu 13,73/1.000 kelahiran hidup mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 15,15/1.000 kelahiran hidup. Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian pada bayi dan balita di Kabupaten Purworejo. Pada tahun 2014, 4% kematian bayi dan 13% kematian
3 balita di Kabupaten Purworejo disebabkan oleh diare (Dinkes Kabupaten Purworejo, 2015). Kabupaten Purworejo merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki wilayah dataran dan pegunungan. Bagian selatan Kabupaten Purworejo merupakan dataran rendah, bagian utara berupa daerah pegunungan yang merupakan bagian dari Pegunungan Serayu, sedangkan daerah yang berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berupa daerah Pegunungan Menoreh. Secara administratif Kabupaten Purworejo terbagi dalam 16 kecamatan yang terdiri dari 469 desa dan 25 kelurahan. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistika Nomor 37 Tahun 2010 tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia, Kabupaten Purworejo memiliki 73 desa/kelurahan yang memenuhi kriteria wilayah perkotaan, sedangkan 421 desa/kelurahan lainnya termasuk dalam wilayah pedesaan. Desa/kelurahan Kabupaten Purworejo yang termasuk kriteria perkotaan berada di dataran rendah (BPS, 2010; BPS Kabupaten Purworejo, 2014a; BPS Kabupaten Purworejo, 2014b). Pendidikan, terutama pendidikan ibu mempunyai peranan penting terhadap kesehatan anaknya. Chen & Li (2009) menyebutkan bahwa ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi memiliki pengetahuan tentang upaya pemelihaaran kesehatan anaknya lebih baik dibanding ibu dengan tingkat pendidikan rendah dan perilaku ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi lebih berorientasi terhadap tindakan preventif dibanding ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan, penduduk perempuan di Kabupaten Purworejo yang tidak tamat SD sebesar (26,68%), tamat SD (31,71%), tamat SMP (19,66%), tamat SMA (18,07%) dan tamat perguruan tinggi (3,88%). Penelitian Nguyen et al. (2006) dan Mihrete et al. (2014) diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kejadian diare pada bayi dan balita. Badan Pusat Statistika Kabupaten Purworejo (2014b) menyebutkan bahwa 52,03% penduduk perempuan di Kabupaten Purworejo yang berusia di atas lima belas tahun termasuk dalam kategori bekerja, sebagian besar bekerja di sektor
4 perdagangan (35,47%) dan pertanian (32,10%). Menurut Gordon et al. (2007) ibu yang berkerja dapat membantu meningkatkan pendapatan rumah tangga, namun ibu yang bekerja tidak memiliki lebih banyak waktu untuk merawat anaknya dibanding ibu yang tidak bekerja. Ibu merupakan orang yang paling berperan dalam pengasuhan anak. Ibu berperan penting dalam menentukan jenis asupan makanan yang diberikan kepada anaknya serta akan merawat anak jika sakit, sehingga diperlukan pengetahuan tentang bebagai penyakit. Selain itu, kesadaran, sikap dan perilaku dalam upaya pencegahan penyakit diperlukan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas penyakit. Ibu dengan pengetahuan yang rendah tentang diare dan sikap negatif terhadap diare menyebabkan anaknya lebih berisiko menderita diare dibanding ibu dengan pengetahuan tinggi dan sikap yang positif terhadap diare (Merga & Alemayehu, 2015; Sukoco, 2011; Ismail, 2009). Perilaku ibu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap status kesehatan anaknya (Cicih, 2011). Penelitian Pandean (2013) dan Ismail (2009) diperoleh hasil bahwa perilaku ibu berhubungan dengan kejadian diare. Perilaku pencegahan yang baik terhadap diare mampu mengurangi risiko penularan diare. Status gizi merupakan faktor yang mampu meningkatkan risiko kejadian diare pada anak. Keadaan gizi kurang dan gizi buruk pada anak menyebabkan melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Pada anak yang menderita malnutrisi dengan asupan nutrisi yang kurang mengakibatkan episode diarenya menjadi lebih berat, lebih lama dan sering. Hasil penelitian Erdan (2007) dan Adisasmito (2007) didapatkan hasil bahwa status gizi buruk merupakan faktor risiko kejadian diare pada anak. Berdasarkan uraian tersebut maka diperlukan penelitian untuk mengkaji hubungan antara determinan sosial dengan kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan di Kabupaten Purworejo sehingga dapat diketahui determinan sosial yang berhubungan dengan kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan terlebih penelitian tentang determinan sosial kejadian diare belum pernah dilakukan di Kabupaten Purworejo. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran terhadap upaya pencegahan diare di Kabupaten Purworejo.
5 berikut: B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka diperoleh rumusan masalah, sebagai 1. Adakah hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan di Kabupaten Purworejo? 2. Adakah hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan di Kabupaten Purworejo? 3. Adakah hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan di Kabupaten Purworejo? 4. Adakah hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan di Kabupaten Purworejo? 5. Adakah hubungan antara perilaku ibu dengan kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan di Kabupaten Purworejo? 6. Adakah hubungan antara status gizi dengan kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan di Kabupaten Purworejo? 7. Adakah hubungan antara wilayah tinggal dengan kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan di Kabupaten Purworejo? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi hubungan antara determinan sosial dengan kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan di Kabupaten Purworejo. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan di Kabupaten Purworejo. b. Mengetahui hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan di Kabupaten Purworejo. c. Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan di Kabupaten Purworejo.
6 d. Mengetahui hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan di Kabupaten Purworejo. e. Mengetahui hubungan antara perilaku ibu dengan kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan di Kabupaten Purworejo. f. Mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan di Kabupaten Purworejo. g. Mengetahui hubungan antara wilayah tinggal dengan kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan di Kabupaten Purworejo. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, khususnya mengenai determinan sosial kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan di Kabupaten Purworejo. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang determinan sosial kejadian diare akut sehingga bisa dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pengendalian penyakit diare di Kabupaten Purworejo. b. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang determinan sosial kejadian diare akut khususnya pada anak usia 0-59 bulan. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang faktor risiko kejadian diare telah dilakukan di beberapa tempat dengan berbagai variabel dan rancangan penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 1.
7 Erdan (2005) Tabel 1. Penelitian diare yang telah ada Peneliti Judul Kesamaan Perbedaan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan status gizi, Terjadinya Diare Akut pendidikan ibu pada Anak Usia 0-24 Bulan dan pekerjaan ibu di Kabupaten Gunung Kidul Lokasi: Gunung Kidul Ismail (2009) Iswari (2011) Mansur (2012) Pandean (2013) Mihrete et al. (2014) Mengistie et al. (2013) Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Diare Akut pada Anak Usia 0-5 Tahun di Kabupaten Bengkulu Utara Analisis Faktor Risiko Kejadian Diare Pada Anak Dibawah 2 Tahun di RSUD Koja Jakarta Faktor Risiko Kejadian Diare Akut pada Balita di Kabupaten Magelang Perilaku Ibu Balita dan Lingkungan sebagai Faktor Risiko Diare Balita di Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara Determinants of Childhood Diarrhea among Underfive Children in Benishangul Gumuz Regional State, North West Ethiopia Prevalence of Diarrhea and Associated Risk Factors among Children Under-five Years of Age in Eastern Ethiopia : A crosssectional study pengetahuan ibu, sikap ibu kasus-kontrol status gizi, pendidikan ibu, pengetahuan ibu status gizi Subjek: anak usia 0-4 tahun perilaku ibu Subjek: anak usia 0-4 tahun pendidikan ibu, pekerjaan ibu Subjek penelitian: anak usia-59 bulan wilayah tinggal, pendidikan ibu, pekerjaan ibu Subjek penelitian: anak usia 0-59 bulan pemberian ASI eksklusif, jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga, dan sumber air bersih Subjek: anak usia 0-24 bulan kebiasaan mencuci tangan, membuang tinja keluarga, kepemilikan jamban Subjek: anak usia 0-5 tahun Lokasi: Bengkulu Utara umur anak, jenis kelamin anak, ASI eksklufif, imunisasi campak, kebersihan tangan dan kuku, usia ibu, kebiasaan cuci tangan, penghasilan keluarga Subjek: 0-23 bulan Lokasi: Jakarta kepemilikan sarana air bersih, kepemilikan jamban keluarga, perilaku mencuci tangan sebelum member makan balita, perilaku mencuci tangan sesudah BAB Lokasi: Magelang lingkungan Lokasi: Minahasa Utara pendidikan ayah, jumlah balita di dalam rumah, sumber air minum, jenis toilet, jenis lantai, usia anak Lokasi: Benishangul Gumuz Regional State umur ibu, pendidikan ayah, jumlah anggota keluarga, tingkat pendapatan, ketersediaan toilet, ketersediaan fasilitas untuk cuci tangan, sumber air bersih, tempat pembuangan sampah, jumlah kamar tidur cross sectional Lokasi: Etiopia Timur