BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian yang stabil akan lebih disukai dibandingkan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. dampak krisis keuangan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu,

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam pasar modal tidaklah terpisah dari stabilitas perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberalisasi dan globalisasi membawa konsekuensi pada fundamental

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA SBI, NILAI KURS DOLLAR AMERIKA DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu studi yang masih menimbulkan kontroversi hingga saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I Pendahuluan. Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada keputusan yang

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter adalah merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. adanya hubungan antara tingkat pertumbuhan ekonomi dengan besarnya stok

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan antara pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terakhir ini digunakan sebagai kounter indikator terhadap ukuranukuran

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. moneter terutama sudah sangat banyak dilakukan oleh para peneliti di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi

BAB I PENDAHULUAN. membuat pilihan yang menyangkut alokasi mereka.

BAB I PENDAHULUAN. menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. (Groos Domestic Product) dan GNP (Gross National Product) tanpa

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi, salah satunya ialah

BAB I PENDAHULUAN. Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

Herdiansyah Eka Putra B

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. lalu-lintas modal, dan neraca lalu-lintas moneter. perdagangan dan neraca jasa. Terdapat tiga pokok persoalan dalam neraca

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang kegiatan utamanya adalah menerima simpanan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

BAB I PENDAHULUAN. negara lain, khususnya anggota ASEAN 5, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. faktor-faktor penyebab dan mempunyai dampak negatif yang sangat parah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perekonomian yang stabil akan lebih disukai dibandingkan dengan perekonomian yang mengalami gejolak dan guncangan. Kestabilan perekonomian suatu negara akan sangat mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perekonomian yang stabil dapat menekan laju inflasi dan menyeimbangkan peredaran jumlah uang di masyarakat. Salah satu indikator yang dapat mengukur kestabilan perekonomian yakni dengan melihat kinerja dari stabilitas makroekonomi diantaranya inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan jumlah uang beredar. Dalam ruang lingkup kebijakan makroekonomi, sektor keuangan menjadi alat transmisi kebijakan moneter, yang mengacu pada kebijakan otoritas moneter suatu negara yang menyangkut masalah-masalah moneter. Kebijaksanaan tersebut dapat didefinisikan sebagai kebijakan yang berkenaan dengan pengendalian lembaga keuangan, penjualan dan pebelian secara aktif kertas-kertas berharga oleh otoritas moneter sebagai pengaruh perubah keadaan uang dan pembelian dan penjualan secara pasif kertas berharga yang timbul dari usaha mempertahankan struktur suku bunga tertentu, stabilitas harga saham, atau untuk memenuhi kewajiban dan komitmen tertentu lainnya (Jhingan, 2000). Pada umumnya kebijakan yang dilakukan oleh pihak otoritas moneter untuk mempengaruhi variabel moneter, seperti uang inti, uang beredar, dan suku bunga. Pada dasarnya kebijakan moneter adalah dicapainya keseimbangan intern (internal balance) dan keseimbangan ekstern (eksternal balance). Keseimbangan 1

2 internal biasanya ditunjukkan dengan terciptanya keseimbangan kerja dan tercapainya laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan dipertahankan laju inflasi yang rendah. Disisi lain keseimbangan intern biasanya ditunjukkan dengan neraca pembayaran yang seimbang (Insukindro, 2004). Menurut (Mankiw, 2000) perkembangan pertumbuhan ekonomi berasal dari pendapatan yang terus meningkat, yang memungkinkan suatu negara mengkonsumsi jumlah barang dan jasa yang lebih banyak dan beragam. Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, para ekonom menggunakan data tentang Gross Domestic Product (GDP), yang meliputi produksi dan penjualan dari sejumlah besar barang dan jasa yang berbeda. Berikut gambaran pertumbuhan ekonomi berdasarkan harga berlaku periode 2000-2016. Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Tabel 1.1 Data Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2000-2016 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi (dalam milyar) (dalam persen) 1,389,769 1,646,322 3.60 1,821,833 4.50 2,013,674 4.80 2,295,826 2,774,281 5.70 3,339,216 5.50 3,950,893 6.30 4,948,688 7.40 5,606,203 4.70 6,446,851 6.40 7,419,187 6.20 8,230,925 6.00 9,087,276 5.60 10,569,705 11,531,717 4.90 12,406,810 Sumber: Badan Pusat Statistik

3 8.00 7.40 7.00 6.00 4.50 4.80 5.70 5.50 6.30 4.70 6.40 6.20 6.00 5.60 4.90 4.00 3.60 3.00 2.00 1.00 0.00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Gambar 2.1 Data Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2000-2016 (dalam persen) Sumber : International Monetary Fund (IMF), data diolah Berdasarkan gambaran 2.1 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi selama periode tahun 2000-2016 bergerak secara fluktuatif. Pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun 2001 yaitu mencapai 3,6% sebesar 174.507 milyar. Penurunan perekonomian yang disebabkan oleh krisis global di akhir tahun 2000, memiliki dampak relatif kecil jika dibandingkan dengan dampak yang dialami negara lain. Pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia turun menjadi 4,7%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan masingmasing pada tahun 2000, 2005, 2009 dan tahun 2010-2015 dengan demikian perlu adanya penelusuran kebijakan-kebijakan yang perlu dipertimbangkan agar pertumbuhan ekonomi terus mengalami peningkatan pada periode-periode mendatang. Indonesia mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan dalam kurun waktu 2000-2016 hampir selalu meningkat, Jika dilihat dari lima tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung menurun. Sementara

4 laju inflasi membengkak sebelum krisis menjadi 12,5% (2001), 17,1% (2005), 11% (2008) dan 8,38% (2013). Indikasi lain terlihat dari nilai kurs rupiah terhadap dolar. Sebelum krisis terjadi nilainya Rp 9.419/per dollar AS, terus berfluktuasi menjadi Rp 10.950 (2008), Rp 13.436 (2016) yang berarti nilai tukar mata uang rupiah selalu mengalami perubahan. Krisis ekonomi merupakan perwujudan terjadinya risiko nilai mata uang atau currency risk khususnya nilai dollar US terhadap rupiah dari kewajiban valuta asing dalam arti kata lain hutang luar negeri swasta yang harus dibayar dalam bentuk mata uang asing dengan jumlah yang sangat besar melebihi pasokan mata uang asing sehingga mendorong meningkatnya nilai tukar dollar terhadap rupiah. Risiko valuta asing berdampak pada timbulnya risiko likuiditas yang menimbulkan risiko suku bunga akan berdampak pada krisis perbankkan (Sudirman, 2013). Krisis ekonomi ini terjadi, meskipun fundamental ekonomi Indonesia di masa lalu dipandang cukup kuat seperti halnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, laju inflasi terkendali, neraca pembayaran secara keseluruhan masih surplus meskipun defisit neraca berjalan cenderung membesar namun jumlahnya masih terkendali, cadangan devisa masih cukup besar, realisasi anggaran pemerintah masih menunjukkan sedikit surplus. Dari beberapa kelemahan seperti peraturan perdagangan domestik yang kaku dan berlarut-larut, akan menyebabkan kegiatan ekonomi tidak efisien dan kompetitif. Kurangnya keterbukaan dan pertanggung jawaban dalam pengelolaan data menimbulkan ketidak pastian sehingga masuk dana luar negeri dalam jumlah besar melalui sistim perbankan yang lemah (Tarmidi, 1998).

5 Studi Kaminsky dan Reinhart (1999) dalam (Inggrid, 2006) menunjukkan keterkaitan antara krisis keuangan dengan krisis ekonomi. Krisis keuangan, didahului oleh problem pada sektor perbankan, kemudian menyebabkan krisis mata uang. Sebaliknya, krisis mata uang akan memperburuk krisis yang terjadi pada sektor perbankan. Keduanya saling mengalami keterkaitan dalam perekonomian. Hasil akhir dari twin crisis pada mata uang dan perbankan, biasanya akan lebih memperparah kesehatan sektor riil dibandingkan krisis yang dipicu oleh crash pada mata uang semata. Sebagai tambahan, krisis perbankan biasanya juga terjadi sebelum krisis dalam neraca pembayaran dan keduanya biasanya mengikuti periode liberalisasi sektor keuangan (financial liberalization). Kebijakan moneter yang dilaksanakan melalui lembaga keuangan yang terorganisir seperti bank sentral, bank umum, Bank Pengkreditan rakyat dan lembaga-lembaga keuangan bukan bank, dapat digunakan untuk menggairahkan pembentukan dana masyarakat dan membiayai kegiatan ekonomi sesuai dengan likuiditas dan tahapan-tahapan pembangunan. Kebijakan moneter dimaksudkan untuk mendorong pembentukan tabungan masyarakat, kemudian menyalurkan kembali tabungan tersebut melalui lembaga keuangan dalam bentuk penyediaan uang dan kredit (martono, 2002). Kebijakan pemerintah di bidang moneter telah dikeluarkan dalam rangka mengantisipasi dampak krisis keuangan pada sektor perbankan. Penetapan kebijakan cadangan wajib minimum (giro wajib minimum) untuk menambah kepercayaan diri bank terhadap kondisi likuiditas perbankan yang melemah akibat krisis keuangan (Sudarsono, 2009). Likuiditas wajib minimum atau giro wajib minimum bank merupakan hal yang sangat penting, baik yuridis maupun

6 ekonomis dan menjadi salah satu alat otoritas moneter dengan menggunakan perubahan jumlah uang beredar (money supply). Jika bank sentral menurunkan giro wajib minimum maka daya ekspansi kredit bank umum akan meningkat, sehingga jumlah uang beredar akan bertambah. Adapun yang dimaksud dengan manajemen pengkreditan bank adalah kegiatan mengatur pemanfaatan dana bank, supaya produktif, aman, dan giro wajib minimalnya tetap sehat. Manajemen pengkreditan akan dapat dilakukan dengan baik jika didasarkan perhitungan yang matang dan terpadu dari pendapatan, keamanan, dan giro wajib minimalnya. Oleh Karena itu, pimpinan bank dituntut agar melaksanakan perencanaan, alokasi, dan kebijakan penyalur kreditnya (hasibuan, 2005). Kredit yang disalurkan perbankan merupakan salah satu jalur mekanisme transmisi kebijakan moneter yang pertama kali dikemukakan oleh Bernanke dan Gertler pada tahun 1988. Pendekatan kredit ini beranggapan bahwa meningkatnya jumlah uang beredar sebagai akibat adanya ekspansi moneter akan meningkatkan deposito yang selanjutnya meningkatkan loanable fund sehingga terjadi peningkatan kredit perbankan. Kenaikan kredit perbankan ini akan meningkatkan komponen belanja (spending) dalam perekonomian yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (yeniwati dan riani, 2010) Sesuai dengan kondisi perekonomian Indonesia yang kegiatannya bertumpu pada aset keuangan kredit perbankkan, maka pemerintah perlu melaksanakan kebijakan moneter melalui pengelolaan atau pengaturan simtem kredit perbankkan secara dinamis, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi struktur potensi ekonomi masyarakat daerah (resource base) yang akan digerakkan.

7 Kebijakan moneter ditetapkan oleh Bank Indonesia agar tujuan antara intermediate target berupa penentuan indikator ekonomi dapat tercapai sehingga dengan itu tujuan pembangunan ekonomi dapat diwujudkan (Sudirman, 2013). Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba menganalisis sampai sejauh mana pengaruh kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, sehingga dalam penelitian ini ditentukan judul Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun 2000-2016 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2000-2016? 2. Bagaimana pengaruh suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2000-2016? 3. Bagaimana pengaruh nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2000-2016? 4. Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia 2000-2016? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian tersebut maka tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2000-2016.

8 2. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2000-2016. 3. Untuk menganalisis pengaruh nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2000-2016. 4. Untuk menganalisis pengaruh jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2000-2016. D. Manfaat Penelitian Adanya penelitian tentang pengaruh kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2000-2016, manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui pengaruh kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. 2. Menambah ilmu pengetahuan dan memperkaya wawasan ilmiah maupun nonilmiah yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 3. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya yang akan meneliti mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia. E. Metode Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari peneliti sebelumnya baik dari perpustakaan dan laporan penelitian terdahulu. Penelitan ini menggunakan data time series periode 2000-2016. Data diperoleh dari perpustakaan, jurnal atau penelitian sebelumnya dan dari instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI) dan International Monetary Fund (IMF).

9 Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah persamaan regresi dengan menggunakan metode regresi Ordinary Least Square (OLS). Untuk mengetahui variabel pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar, suku bunga, dan jumlah uang beredar. Dengan formulasi sebagai berikut : Y = 1 1 2 2 3 3 4 4 Dimana : Y = Pertumbuhan Ekonomi (%) X1 = Inflasi (%) X2 = Suku Bunga (%) X3 X4 α = Nilai Tukar (Rp) = Jumlah Uang Beredar (Rp) = Konstanta / Intercept = Koefisien Regresi Ln = logaridma natural = Standar Eror Model persamaan diatas merupakan replikasi dari jurnal : Tiwa et all, tahun 2016 tentang Pengaruh Investasi, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (Sbi) Dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2005-2014. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. Vol. 16. No. 2. F. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas, maka perlu adanya sistematika penulisan dari skripsi ini. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

10 BAB I PENDAHULUAN Bab I merupakan pendahuluan yang berisis tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab II merupakan landasan teori berisi tentang landasan teori-teori yang digunakan dalam penelitian antara lain kebijakan moneter, inflasi, nilai tukar, suku bunga, dan jumlah uang beredar. Selain teori-teori didalamnya juga terdapat penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab III merupakan metode penelitian yang berisi tentang definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV merupakan hasil dan pembahasan dari penelitian yang dilakukan berisi tentang deskripsi data, hasil analisis data, dan sumber data. BAB V PENUTUP, Bab V merupakan penutup berisi kesimpulan dan saran yang direkomendasikan untuk pihak-pihak tertentu.