I. PENDAHULUAN. dengan luas 134 juta ha yang terdiri dari berbagai jenis hutan. Menurut UU No 41

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan Salomon, dalam Rahayu et al. (2006), untuk mengurangi dampak perubahan

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Kalimantan Tengah

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Indonesia

PENDAHULUAN Latar Belakang

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Barat

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Bali

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Maluku

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di DKI Jakarta

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Aceh

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Papua

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Gorontalo

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Nusa Tenggara Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Tenggara

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. iklim global ini telah menyebabkan terjadinya bencana alam di berbagai belahan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Penyerapan karbon oleh hutan dilakukan melalui proses fotosintesis. Pada proses

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah

L PEI\{DAITULUAIT. 1.1 Latar Belakang. di Sumatra Selatan 51,73 oh), di Kalimantan (di Kalimantan Selatan 9,99 %o;

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk ke dalam kategori negara

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Barat

PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA. Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp: Fax:

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), yang dapat memberikan manfaat ekologi, ekonomi, sosial

BAB I PENDAHULUAN. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, termasuk di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan 32% Papua 30% dan sebagian kecil ada di Sulawesi, Halmahera

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DINAMIKA SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI SISTEM SILVIKULTUR TPTII DALAM KERANGKA

memuat hal yang mendasari kegiatan penelitian. Rumusan masalah permasalahan yang diteliti dan pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian berisikan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekitar 60 Pg karbon mengalir antara ekosistem daratan dan atmosfir setiap

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ESTIMASI CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN TEGAKAN ATAS DI KAWASAN HUTAN KOTA PEKANBARU. Ermina Sari 1) Siska Pratiwi 2) erminasari.unilak.ac.

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

PENATAAN RUANG BERBASIS EKOSISTEM DAN PELUANG PENERAPAN EU RED (SATU KAJIAN HUKUM)

BAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

TINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 68/Menhut-II/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin

I. PENDAHULUAN. Biomassa berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus

Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

Deforestasi merupakan penghilangan dan penggundulan hutan yang tidak

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

PERAN BENIH UNGGUL DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN. penjelasan mengenai keterlibatan INGO World Agroforestry Centre (ICRAF) di Indonesia

BAB 2. Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

I. PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan,

PELESTARIAN BIODIVERSITAS DAN PERUBAHAN IKLIM JOHNY S. TASIRIN ILMU KEHUTANAN, UNIVERSITAS SAM RATULANGI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pembangunan Kehutanan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan tropis terbesar ketiga di dunia, dengan luas 134 juta ha yang terdiri dari berbagai jenis hutan. Menurut UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan yang menyebutkan bahwa Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisah-kan. Dalam peran ekologisnya, secara umum hutan berfungsi habitat bagi seluruh organisme di dunia, penghasil kayu bakar, kayu gergajian dan produk kertas, tempat rekreasi, pelunak iklim atau paru-paru dunia, fungsi hidro-orologis dan cadangan karbon (UU No.41 Tahun 1999). Namun, fungsi hutan semakin lama menjadi terancam akibat kerusakan yang terjadi pada hutan sejalan dengan peningkatan aktifitas manusia dalam mengkonsumsi energi serta deforestasi dan degradasi hutan yang disebabkan oleh alih fungsi lahan (Santili, 2005). Menurut Hairiah dan Rahayu, (2007) apabila kerusakan ini berlangsung dalam waktu yang lama, maka akan terjadi bencana alam, kekeringan, pemanasan global dan perubahan iklim serta hilangnya sumber oksigen yang akan menjadi masalah bagi kehidupan manusia. Pemanasan global dan perubahan iklim yang terjadi saat ini ditimbulkan oleh peningkatan akumulasi emisi gas rumah kaca terutama CO 2. Selain itu, kehilangan spesies, ekosistem dan sumber daya genetik juga menjadi masalah yang mengakibatkan kerusakan lingkungan (Indriyanto, 2008). Upaya penurunan emisi gas rumah kaca dapat dilakukan dengan memanfaatkan ekologi hutan sebagai penyerap karbon. Cadangan karbon hutan mempunyai nilai yang bervariasi. Variasi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara

2 lain tipe hutan, jenis vegetasi, jenis tanah, tipe iklim dan curah hujan, topografi, ketinggian tempat dan kondisi biofisik lainnya, serta teknik silvikultur dan manajemen hutan yang diterapkan. Salah satunya dengan memanfaatkan hutan sekunder yang memiliki keragaman jenis pepohonan berumur panjang dan serasah yang merupakan penyimpan karbon tertinggi di atas permukaan tanah (Soemarwoto, 2004). Menurut Kun and Dongseng, (2008) Nilai karbon tersimpan merupakan 50% dari biomassa pohon yang diukur, ini berarti semakin besar simpanan biomassa maka cadangan karbon akan semakin tinggi. Berdasarkan penelitian Aryanto Boreel (2015), Pendugaan Cadangan Karbon Atas Permukaan Tanah pada Tipe Penggunaan Lahan Dusung di Pulau Ambon adalah 43,9989 ton/ha dengan rata-rata serapan CO2 sebesar 161,4760 ton/ha. Selain itu Wahyuni, Chairul dan Ardinis Arbain, (2013) juga telah melakukan penelitian yaitu Estimasi Cadangan Karbon Di Atas Permukaan Tanah dan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Di Bukit Tangah Pulau Area Produksi PT. Kencana Sawit Indonesia (KSI), Solok Selatan diperoleh hasil bahwa total serapan karbon adalah 222.465,55 ton. Salah satu cara untuk mengendalikan perubahan iklim adalah dengan mengurangi emisi gas rumah kaca (CO 2, CH 4, N 2 O) yaitu dengan mempertahankan keutuhan hutan alami dan meningkatkan kerapatan populasi pepohonan diluar hutan. Dengan adanya konsep pengendalian perubahan iklim Internasional melalui skema REDD+, maka upaya konservasi dan pengelolaan kelestarian hutan serta peningkatan cadangan karbon di negara berkembang perlu dilakukan untuk mengetahui besarnya perubahan (penurunan emisi karbon) akibat perubahan hutan (Hairiah, Ekadinata, Sari dan Rahayu, 2011). Cadangan karbon pada dasarnya merupakan banyaknya karbon yang tersimpan pada vegetasi di atas permukaan tanah dan di bawah permukaan tanah. Jumlah cadangan karbon tersimpan perlu di ukur sebagai upaya untuk mengetahui

3 besarnya cadangan karbon pada saat tertentu dan perubahannya apabila terjadi kegiatan yang menambah atau mengurangi besarnya cadangan karbon. Dengan mengukur, dapat diketahui berapa hasil perolehan cadangan karbon yang terserap dan dapat dilakukan sebagi dasar jual beli cadangan karbon (Lugina, Ginoga, Wibowo, Bainnaura dan Partini, 2011). Sumatera Barat merupakan salah satu wilayah yang keberadaan hutannya terus terancam yang disebabkan oleh kebakaran hutan, legal logging dan illegal logging. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya degradasi dan deforestasi hutan di Sumatera Barat adalah dengan mendorong pelibatan masyarakat secara lebih aktif dalam mengelola hutan melalui pengelolaan hutan berbasis masyarakat. PHBM dilakukan dalam bentuk memberi akses dan pengembangan kapasitas kepada masyarakat setempat yang berbasis desa/nagari untuk mengelola hutan secara lestari untuk menjamin ketersediaan lapangan kerja serta memecahkan persoalan ekonomi dan sosial. Tujuan PHBM adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan melalui pemanfaatan sumber daya alam hutan secara optimal, adil dan berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan dan lingkungan hidup. Bentuk PHBM di Sumatera Barat adalah Hutan Desa atau Hutan Nagari, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Adat dan Hutan Kemitraan (Dinas Kehutanan Sumatera Barat, 2017). Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilakukan pada Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di Nagari Sirukam, Kabupaten Solok. Dimana penetapan hutan ini berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No, SK.701/Menhut- II/2014 tanggal 20 Agustus 2014, luas Hutan Nagari Sirukam 3,0124 Ha, di dukung dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, serta pemanfaatan hutan (Dinas Kehutanan Sumatera Barat, 2017). Hutan sangat berperan penting sebagai penyerap dan penyimpan karbon sehingga terwujudnya stabilitas iklim global, maka peneliti

4 tertarik untuk meneliti tentang Estimasi Cadangan Karbon Pada Permukaan Tanah Di Areal Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) Di Nagari Sirukam, Kecamatan Payung Sekaki, Kabupaten Solok. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana komposisi jenis dan nilai cadangan karbon pada masing-masing strata di areal Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di Nagari Sirukam, Kabupaten Solok? 2. Berapa nilai total cadangan karbon di areal Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di Nagari Sirukam, Kabupaten Solok? 3. Apa jenis tumbuhan yang memiliki nilai cadangan karbon tertinggi di areal Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di Nagari Sirukam, Kabupaten Solok? 1.3 Tujuan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui komposisi jenis dan nilai cadangan karbon pada masing-masing strata di areal Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di Nagari Sirukam, Kabupaten Solok. 2. Mengetahui nilai total cadangan karbon di areal Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di Nagari Sirukam, Kabupaten Solok. 3. Mengetahui jenis tumbuhan yang memiliki nilai cadangan karbon tertinggi di areal Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di Nagari Sirukam, Kabupaten Solok.

5 1.4 Manfaat Penelitian 1. Dapat memberikan informasi mengenai cadangan karbon pada permukaan tanah di areal PHBM di Nagari Sirukam, kabupaten Solok. 2. Menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi pembaca.