digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demi keadilan, sekelompok orang atau suatu komunitas yang menderita karena ketidakadilan, bersedia bangkit dan secara bersama dalam kebersamaan memberontak atau melawan secara pasif atau secara non-violence terhadap ketidakadilan. ( Sahetapy, Semedi, Satriyo, Supardan, Soewondo, Garang, dkk., 1998: 190-191). Pendapat Sahetapy tersebut penulis gunakan sebagai landasan yang memperkuat latar belakang penulis dalam memilih novel Tarian Bumi sebagai objek kajian pada penelitian ini. Penulis melihat dewasa ini terdapat banyak ketidakadilan yang terjadi di Indonesia. Banyak pihak-pihak yang kuat merampas hak asazi pihak-pihak yang lemah, banyak potensi-potensi masyarakat Indonesia yang begitu besar namun terhalang oleh banyaknya batasan-batasan moral yang menyulitkan masyarakat Indonesia untuk sekadar menjadi diri mereka sendiri. Masih dari pendapat Sahetapy, bahwa sudah seharusnya keadilan diupayakan dan dapat dinikmati oleh seluruh elemen masyarakat. Salah satu dari bentuk penyimpangan terhadap keadilan ialah diskriminasi gender. Bentuk-bentuk diskriminasi gender sangat banyak dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Menurut Ulfah (2010: 6), perempuan telah ditindas oleh sebuah tradisi yang mengutamakan laki-laki, dan menganggap perempuan hanya sekadar makhluk kelas dua yang ditakdirkan untuk mengukuhkan tradisi tersebut. Sebagian orang berpandangan bahwa perempuan diciptakan hanya sebagai pelengkap. Perempuan dibenarkan untuk tidak mengenyam pendidikan yang tinggi. Perempuan dibenarkan untuk tidak mengaktualisasikan diri karena tugas perempuan hanyalah untuk melayani suami, mendidik anak-anaknya, dan menjadi ibu rumah tangga yang baik. Menilik dari pembenaran-pembenaran semacam itu, perempuan adalah pihak yang dirugikan dan terdiskriminasi. Pembenaran-pembenaran tersebut mematahkan kemungkinan bagi perempuan commit to user untuk dapat mengaktualisasikan diri 1
digilib.uns.ac.id 2 kecuali untuk menjadi pelayan suami dan ibu rumah tangga saja. Sebagian masyarakat Indonesia masih memercayai pembenaran-pembenaran semacam itu, pembenaran-pembenaran semu dari para pendahulu, pembenaran-pembenaran yang dibangun melalui adat. Karena itu, masyarakat Indonesia perlu belajar banyak dan meredefinisi kesepakatan moral yang diciptakan oleh para pendahulu agar terjadi kesetaraan hak antarmanusia. Dibutuhkan kecerdasan dalam menyikapi adat, tradisi, maupun kesepakatan moral yang telah diciptakan oleh para pendahulu dengan bijaksana. Salah satu cara agar masyarakat Indonesia lebih cerdas dalam menyikapi hal tersebut ialah dengan banyak membaca untuk menambah wawasan. Masyarakat Indonesia perlu mengubah pola pikir dan cara pandangnya. Harapan terbesar untuk terlaksananya perubahan menuju kehidupan yang lebih adil terletak pada generasi muda. Salah satu cara mencerdaskan generasi muda Indonesia adalah mencerdaskan melalui pendidikan. Akan tetapi pendidikan di Indonesia masih sangat jarang menyentuh masalah keadilan. Pendidikan di Indonesia banyak memfokuskan pembelajaran kepada hal-hal yang bersifat kognitif, namun melupakan keadilan, rasa cinta, dan kasih sayang. Hal itu dapat dilihat dari ragam mata pelajaran baik di SD, SMP, maupun SMU yang sangat banyak akan tetapi porsi untuk pelajaran seni masih sangat kurang sedangkan seni berperan sangat besar dalam menciptakan karakter seseorang yang lembut, peka perasaannya, tajam pikirannya, dan besar kasih sayangnya. Kembali lagi kepada pendapat Sahetapy, yaitu tentang keadilan. Apabila seseorang berbicara tentang keadilan dan ketidakadilan, sebenarnya ia telah berbicara tentang pemberontakan. Dalam hal ini, pemberontakan dilakukan guna mendapatkan keadilan dan mengupayakan terciptanya perubahan. Berkaitan dengan hal tersebut, karya seni khususnya karya sastra merupakan agen perubahan yang sangat efektif. Melalui karya sastra, perubahan diharapkan lekas tersiar. Karya sastra yang termasuk karya seni peka terhadap kebenaran universal. Fungsi penyair atau pengarang commit to sastra user bukan untuk melukiskan apa-apa
digilib.uns.ac.id 3 yang sungguh-sungguh terjadi, melainkan apa yang mungkin terjadi (Pradotokusumo & Partini, 2005: 5). Pendapat Pradotokusumo dan Partini tersebut mengarah kepada seni atau sastra sebagai agen perubahan. Memang dapat dibenarkan bahwa karya sastra adalah rekaan. Namun dalam rekaan tersebut terdapat harapan. Karya sastra sebagai hasil rekaan atau imajinasi, menggambarkan hal-hal yang sedang terjadi pada kehidupan dunia nyata serta menyuguhkan harapan-harapan yang mungkin terjadi. Dalam sebuah karya fiksi pun, khususnya novel-novel yang relatif panjang, sering terdapat lebih dari satu pesan moral-untuk tidak mengatakan terdapat banyak pesan moral yang berbeda. (Nurgiyantoro, 2005: 324). Pendapat dari Nurgiyantoro tersebut semakin memperjelas peneliti dalam memandang sebuah karya sastra sebagai agen perubahan, di mana dalam karya sastra tersebut terkandung pesan moral. Pesan moral dapat berupa sebuah perjuangan untuk mewujudkan keadilan. Hal tersebut relevan dengan keadaan masyarakat Indonesia saat ini di mana moral masyarakat Indonesia sedang diluluh-lantakkan oleh berbagai hal seperti tontonan-tontonan maupun bacaan-bacaan nihil pesan yang cenderung membawa masyarakat kepada kedangkalan pola pikir dan cara pandang. Karya sastra sebagai agen perubahan menuju kehidupan yang lebih baik. Karya sastra yang baik ialah karya sastra yang menyuguhkan bentuk-bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan. Untuk itu karya sastra haruslah menampilkan perlawanan-perlawanan yang berpihak kepada yang lemah. Sudah seharusnya karya sastra menjadi senjata bagi pihak-pihak yang tersingkirkan akibat dari kesewenang-wenangan kaum mayoritas. Semua bentuk karya sastra terlahir dari pemberontakan. Karya sastra memberontak dari keadaan-keadaan yang menimbulkan ketidaksetaraan derajat antar manusia. Dalam novel karya Rusmini (2007) yang berjudul Tarian Bumi memiliki suatu keunikan tersendiri. Tarian Bumi merupakan sebuah novel pemberontakan yang mengambil latar di Bali. Keunikan dari novel Tarian Bumi ialah isinya yang banyak menampilkan gugatan-gugatan terhadap dogma-dogma yang dirasa menguntungkan sebelah pihak commit (kaum to user patriarki). Penggambaran dari
digilib.uns.ac.id 4 pemberontakan dalam novel Tarian Bumi ini banyak digambarkan pada tokohtokoh perempuan yang mengalami diskriminasi kaum laki-laki. Dalam novel berjudul Tarian Bumi karya Rusmini ini banyak mengungkapkan betapa terkesampingkannya posisi perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Rusmini, penulis novel ini, yang saat ini bertempat tinggal di Bali, banyak memaparkan tentang keadaan perempuan Bali yang posisinya dalam kehidupan bermasyarakat sangat dikalahkan. Banyak nilai-nilai dalam adat Bali yang dibuat oleh para pendahulu dirasa lebih menguntungkan kaum patriarki dan merendahkan kaum perempuan. Secara garis besar, novel Tarian Bumi berisi tentang gugatan-gugatan terhadap kaum patriarki yang bersumber dari adat. Gugatan-gugatan tersebut disampaikan Rusmini melalui tokoh-tokoh perempuan yang terdapat dalam novel Tarian Bumi. Timbulnya gugatan-gugatan tersebut tidak lain merupakan buah pemikiran Rusmini bahwa pulau Bali yang dianggap sebagai pulau surga nan eksotis ternyata menyimpan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan masyarakatnya, yang tidak pernah diangkat ke ranah publik. Adat Bali menggunakan sistem stratifikasi sosial di mana terdapat lapisan masyarakat secara bertingkat. Manuaba (2009: 93) memaparkan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat dikenal dengan istilah social stratification (stratifikasi sosial) yang merupakan pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Hal itu ditandai dengan adanya sistem kasta dalam adat Bali. Terdapat empat kasta dalam adat Bali, yakni brahmana, ksatria, waisya, dan sudra. Kasta brahmana, ksatria, dan waisya merupakan kasta yang berstatus sosial tinggi, sedangkan orang-orang sudra (orang-orang kebanyakan) merupakan masyarakat kelas dua, atau berstatus sosial lebih rendah dan merupakan pelayan dari ketiga kasta yang lain. Novel Tarian Bumi banyak menggambarkan kesenjangan sosial antara kaum Brahmana dan kaum Sudra yang berujung pada ketidakadilan gender. Dalam novel Tarian Bumi digambarkan bahwa adat Bali tersebut sangat merenggut kebebasan hakiki yang seharusnya menjadi hak setiap manusia. Novel ini melukiskan betapa sulitnya menjadi commit to diri user sendiri demi mematuhi adat yang
digilib.uns.ac.id 5 sangat kaku, sehingga untuk memilih pasangan hidup yang seharusnya menjadi hak setiap manusia, pun terhalangi oleh kakunya adat. Hal-hal tersebut yang memicu reaksi feminisme muncul dalam novel Tarian Bumi. Feminisme terlahir dari ketidakadilan atau diskriminasi gender akibat dari perbedaan gender. Perbedaan gender memicu adanya ketidakadilan gender, dan ketidakadilan gender memicu timbulnya gerakan feminisme. Feminisme ialah suatu gerakan yang menuntut persamaan hak dalam segala bidang antara laki-laki dan perempuan. Rarastesa (2001:128) menyatakan, a feminist approach was applied in the analyzed saying that women become subject not victims. (pendekatan feminis telah diterapkan dalam penelitian yang menyatakan bahwa wanita menjadi pelaku bukan korban). Gerakan feminisme menuntut lepasnya belenggubelenggu yang mengikat perempuan. Gerakan feminisme ialah gerakan yang memperjuangkan kebebasan perempuan, memperjuangkan kesetaraan antara lakilaki dengan perempuan. Hal itu juga berarti feminisme adalah gerakan yang memperjuangkan keadilan untuk perempuan dan perlawanan untuk sebuah diskriminasi gender. Keadaan di Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja ini menjadi latar belakang dipilihnya novel Tarian Bumi sebagai objek kajian. Novel Tarian Bumi dapat dijadikan media pembelajaran di sekolah-sekolah. Novel Tarian Bumi dapat dijadikan bahan untuk dianalisis oleh siswa. Novel Tarian Bumi banyak memaparkan ketidakadilan gender yang harus dilawan, dan hal tersebut sangat layak untuk dijadikan contoh dan motivasi karena mengandung nilai pendidikan. Horace (dalam Ismawati, 2013) mengatakan bahwa sastra itu dulce et utile yang berarti indah dan bermakna. Karya sastra yang indah dan bermuatan besar seperti Tarian Bumi dirasa mampu membawa perubahan bagi Indonesia melalui generasi muda. Novel Tarian Bumi menyuguhkan muatan-muatan yang tidak diungkapkan secara eksplisit. Hal ini sangat baik untuk dijadikan bahan analisis oleh siswa karena dapat menjadikan siswa untuk menggunakan kekuatan pikiran yang lebih mendalam untuk menganalisisnya. commit Ismawati to user (2013: 3) memaparkan, Sastra
digilib.uns.ac.id 6 sebagai sesuatu yang dipelajari atau sebagai pengalaman kemanusiaan dapat berfungsi sebagai bahan renungan dan refleksi kehidupan. Sastra dapat dijadikan bahan renungan bagi siswa. Dengan menjadikan siswa untuk berpikir lebih mendalam, maka hal itu akan memicu timbulnya kecerdasan bagi siswa. Selain itu, novel Tarian Bumi juga menjadi media untuk menunjukkan kepada siswa bentuk-bentuk ketidakadilan yang terjadi di kehidupan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian lebih mendalam pada novel Tarian Bumi karya Rusmini. Judul dari penelitian ini ialah Potret Pemberontakan Perempuan dalam Novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini: Kajian Feminisme dan Nilai Didik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah unsur feminisme yang terkandung dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini? 2. Bagaimanakah sudut pandang yang digunakan oleh pengarang dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini? 3. Bagaimanakah resepsi pembaca terhadap unsur feminisme yang terdapat dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini? 4. Bagaimanakah nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini? C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mendeskripsikan: 1. Unsur feminisme yang terkandung dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini? 2. Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini? 3. Resepsi pembaca terhadap unsur feminisme yang terdapat dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini? commit to user
digilib.uns.ac.id 7 4. Nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini? D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, baik secara teoretis maupun praktis. Manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat menjadi bahan renungan kehidupan bagi pembacanya serta memperluas wawasan di bidang sastra. Penelitian ini juga dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kecerdasan intelektual, sosial, dan emosional. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru Bahasa Indonesia dan siswa Penelitian ini dapat menjadi masukan dalam pembelajaran apresiasi sastra serta pembanding dalam mengaji dan menelaah novel. b. Bagi pembaca Penelitian ini dapat menjadi sarana untuk memperluas pengetahuan pembaca di bidang sastra dan menambah perbendaharaan kata. c. Bagi peneliti lain Penelitian ini dapat dijadikan sebagai penelitian yang relevan dalam mangaji dan menelaah novel serta dapat dijadikan rancangan penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian yang berbeda. commit to user