ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 67 PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI DESA TANAK AWU KABUPATEN LOMBOK TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI KELURAHAN PANJISARI KABUPATEN LOMBOK TENGAH. Oleh:

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 27 PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI LINGKUNGAN JURING LENENG KABUPATEN LOMBOK TENGAH.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permukiman Kumuh

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

BAB II KAJIAN PUSTAKA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS FAKTOR KEKUMUHAN PEMUKIMAN DI KELURAHAN CALACA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG KAWASAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

-1- PENETAPAN LOKASI PENILAIAN LOKASI. Gambar 1. Skema Penetapan Lokasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

Denpasar, 20 April 2016

BUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016

BUPATI WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

PENATAAN KAWASAN KUMUH PINGGIRAN SUNGAI DI KECAMATAN SUNGAI RAYA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 Penelitian Pemetaan Kawasan Kumuh Permukiman Kecamatan Tanjung Selor - Kabupaten Bulungan

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2017

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 4 Tahun 2017 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

perbaikan pola hidup diagnosa treatment

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

Untuk Pemerintah Kota/Kabupaten BANTUAN STIMULAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH (BSPK) TAHUN ANGGARAN...

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

Buletin Warta Desa. Tentang Program Kotaku. Manfaat & Target Program. Tujuan. Tujuan Antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

Kondisi Kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota Bengkulu dalam Upaya Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 1151

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Halaman Pernyataan Halaman Persembahan Kata Pengantar. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

C. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

PROGRAM JANGKA MENENGAH. Kawasan prioritas PLUS

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

PROFIL BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) Bilah Makmur

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Sumber Daya Air

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Permukiman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV

1. Sumber Daya Air D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air daerah.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang merupakan bagian

Aspek-aspek minimal yang harus tercantum dalam Perda Kumuh

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar yang sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

Evaluasi Pemukiman Dan Perumahan Kumuh Berbasis Lingkungan Di Kel. Kalibanteng Kidul Kota Semarang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROFIL PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 67 PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI DESA TANAK AWU KABUPATEN LOMBOK TENGAH Oleh : Indah Arry Pratama Dosen Fakultas Teknik Universitas Nusa Tenggara Barat Abstrak: Perkembangan kota sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduknya. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk ini maka semakin tinggi pula kebutuhan lahan diperkotaan. Oleh karena itu, tingkat kepadatan di kawasan perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada dikawasan rural karena tingkat aktivitas penduduk diperkotaan yang cenderung lebih tinggi. Perkembangan daerah urban mengubah lahan dengan tutupan vegetasi menjadi permukaan yang kedap air dengan kapasitas penyimpanan air yang kecil atau tidak ada sama sekali. Aktivitas yang paling dominan terhadap penggunaan lahan adalah aktivitas bertempat tinggal (pemukiman). Aktivitas ini memakan lebih dari 50% dari total lahan yang ada, sehingga sekarang banyak bermunculan kawasan pemukiman dengan konsep vertikal untuk mengurangi permasalahan akan keterbatasan lahan pemukiman. Sebagai Daerah yang sedang berkembang Desa Tanak Awu Kabupaten Lombok Tengah akan menghadapi permasalahan yang umum dijumpai oleh wilayah kota/perkotaan, yaitu munculnya kawasan permukiman kumuh. Penelitian ini dilakukan dalam Tiga (3) Tahap, yaitu Identifikasi Risiko, Pembuatan Peta Risiko, Mitigasi Risiko. Berdasarkan hasil pemetaan potensi risiko permukiman kumuh Desa Tanak Awu berada pada Tingkat Kekumuhan Berat, dan pemetaaan potensi risiko diharapkan pola penanganan tingkat kekumuhan dilakukan Pemukiman kembali atau Peremajaan. Program penanganan risiko dari tingkat kekumuhan yang ada dilakukan dengan penangan fisik bangunan, penyediaan bak sampah, penanganan limbah dan perbaikan jalan lingkungan Kata kunci : pemetaan, risiko, kumuh PENDAHULUAN Perkembangan kota sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduknya. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk ini maka semakin tinggi pula kebutuhan lahan diperkotaan. Oleh karena itu, tingkat kepadatan di kawasan perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada dikawasan rural karena tingkat aktivitas penduduk diperkotaan yang cenderung lebih tinggi. Perkembangan daerah urban mengubah lahan dengan tutupan vegetasi menjadi permukaan yang kedap air dengan kapasitas penyimpanan air yang kecil atau tidak ada sama sekali. Aktivitas yang paling dominan terhadap penggunaan lahan adalah aktivitas bertempat tinggal (pemukiman). Aktivitas ini memakan lebih dari 50% dari total lahan yang ada, sehingga sekarang banyak bermunculan kawasan pemukiman dengan konsep vertikal untuk mengurangi permasalahan akan keterbatasan lahan pemukiman. Sebagai Daerah yang sedang berkembang, desa Tanak Awu Kabupaten Lombok Tengah akan menghadapi permasalahan yang umum dijumpai oleh wilayah kota/perkotaan, yaitu munculnya kawasan permukiman kumuh. Keberadaan lingkungan kawasan permukiman kumuh membawa permasalahan baru, seperti perkembangan fisik kota yang tidak baik, memberikan efek visual yang jelek, tingkat kesehatan masyarakat yang semakin rendah sebagai akibat dari kondisi permukiman yang tidak sesuai dengan standar kesehatan dan memberikan dampak sosial dan ekonomi masyarakat yang buruk. Permasalahan kawasan permukiman kumuh yang terjadi perlu segera dilakukan penanganan sehingga tercapai suatu lingkungan permukiman yang sehat dan layak huni serta berkualitas. Pentingnya penanganan permasalahan permukiman kumuh ini, sejalan dengan apa yang ditegaskan dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman bahwa penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk: (1) Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan manusia; (2) Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman serasi dan teratur. Sebelum melakukan penanganan terhadap kawasan permukiman kumuh, perlu dilakukan telaah tentang kawasan permukiman kumuh ( slum). Identifikasi ini sangat penting sebagai dasar dalam menemukenali http://www.untb.ac.id/juni-2017/ Volume 3, No. 2, Juni 2017

68 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 kawasan permukiman kumuh. Proses ini mencakup tiga segi: 1) kondisi fisiknya; 2) kondisi sosial ekonomi budaya komunitas yang bermukim di permukiman tersebut 3) dampak oleh kedua kondisi tersebut. Melalui pengidentifikasian ini, akan sangat mudah menentukan bentuk penanganan pada setiap kawasan permukiman kumuh di Desa Tanak Awu Kabupaten Lombok Tengah. METODE PENELITIAN Penelian dilakukan di Desa Tanak Awu Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian ini dilakukan dalam Tiga (3) Tahap, yaitu : 1. Identifikasi Risiko Kegiatan identifikasi risiko ini dilakukan dengan melakukan survey awal kelokasi, serta melakukan wawancara dengan masyarakat dan instansi terkait di lingkungan tersebut. 2. Pembuatan Peta Risiko Berdasarkan hasil identifikasi risiko dilanjutkan dengan pembuatan peta risiko berdasarkan tipologi kawasan kumuh. 3. Mitigasi Risiko Kegiatan ini adalah tindak lanjut dari pmbuatan peta risiko kumuh, dengan memberikan solusi penanganan kawasan kumuh di Kelurahan Tanak Awu. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Definisi Kawasan Kumuh Kawasan pemukiman kumuh adalah lingkungan hunian yang kualitasnya sangat tidak layak huni, ciri-cirinya antara lain berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan/tata ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, serta kualitas bangunan yang sangat rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghuninya (Budiharjo, 1997). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Pendapat lain tentang definisi permukiman kumuh dinyatakan oleh Sadyohutomo (2008), yaitu tempat tinggal penduduk miskin di pusat kota dan permukiman padat tidak teratur di pinggiran kota yang penghuninya umumnya berasal dari para Volume 3, No.2, Juni 2017 migran luar daerah. Sebagian dari permukiman ini merupakan permukiman yang ilegal pada tanah yang bukan miliknya, tanpa seijin pemegang hak tanah sehingga disebut sebagai permukiman liar (wild occupation atau squatter settlement). Tanahtanah yang diduduki secara liar ini adalah tanahtanah pemerintah atau negara, misalnya sempadan sungai, sempadan pantai, dan tanah instansi yang tidak terawat. Sedangkan perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian. b. Penyebab Pemukiman Kumuh Menurut Sadyohutomo (2008), penyebab munculnya permukiman kumuh adalah sebagai berikut: 1. Pertumbuhan kota yang tinggi, yang tidak diimbangi oleh tingkat pendapatan yang cukup; 2. Keterlambatan pemerintah kota dalam merencanakan dan membangun prasarana (terutama jalan) pada daerah perkembangan permukiman baru. Seiring dengan kebutuhan perumahan yang meningkat maka masyarakat secara swadaya memecah bidang tanah dan membangun permukiman tanpa didasari perencanaan tapak (site plan) yang memadai. Akibatnya bentuk dan tata letak kavling tanah menjadi tidak teratur dan tidak dilengkapi prasarana dasar permukiman. Menurut Sadyohutomo (2008) penghuni liar dan tempat tinggal kumuh terbentuk karena ketidakmampuan pemerintah kota dalam merencanakan dan penyediaan perumahan yang terjangkau bagi kalangan yang berpendapatan rendah di suatu populasi perkotaan. Oleh karena itu bangunan liar dan pemukiman kumuh adalah solusi dari perumahan bagi populasi perkotaan yang berpendapatan rendah. Pada daerah mega urban atau area metropolitan, sebagian dari masalah terkait dengan koordinasi antara kekuasaan yang berbeda dalam pengelolaan pembangunan ekonomi, perencanaan kota, dan alokasi lahan. Munculnya permukiman liar dan permukiman yang tidak layak huni sebenarnya merupakan kelemahan manajemen dalam mengelola tata ruang kota. Upaya telah dilakukan untuk mengurangi persoalan permukiman kumuh yaitu dengan perbaikan kondisi lingkungan dan membuat rumah susun yang telah melibatkan partisipasi masyarakat (Sadyohutomo (2008). Menurut Sadyohutomo (2008) rumah kumuh memberikan jawaban hidup bagi orang yang tinggal di dalamnya. Tanpa bantuan sedikitpun dari pemerintah, penduduk mampu membangun perekonomian secara mandiri, serta tidak memerlukan kredit perbankan. Penduduk mampu http://www.untb.ac.id/juni-2017/

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 69 memanfaatkan sumber daya yang amat terbatas agar dapat bertahan hidup dan umumnya mampu mendaur ulang bahan-bahan yang tidak terpakai menjadi sesuatu yang berguna. Dengan demikian secara swadaya, kebutuhan dasar perumahan dapat dipenuhi. Secara ekonomi, permukiman ini juga memasok barang dan tenaga kerja yang murah, terutama dalam sektor informal. c. Karakteristik dan Ciri-ciri Pemukiman Kumuh Menurut Avelar et al. (2008) karakteristik permukiman kumuh mempunyai kondisi perumahan dengan kepadatan tinggi dan ukuran unit perumahan relatif kecil, atap rumah di daerah kumuh biasanya terbuat dari bahan yang sama dengan dinding. Karakteristik pemukiman kumuh yang paling menonjol adalah kualitas bangunan rumahnya yang tidak permanen, dengan kerapatan bangunan yang tinggi dan tidak teratur, prasarana jalan yang sangat terbatas kalaupun ada berupa gang-gang sempit yang berliku-liku, tidak adanya saluran drainase dan tempat penampungan sampah, sehingga terlihat kotor. Menurut hasil penelitian Suparlan (2000) pemukiman kumuh memiliki ciriciri sebagai berikut: 1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai. 2. hunian rumah dan permukiman serta penggunaan ruang-ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin. 3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam pengunaan ruangruang yang ada di permukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya. 4. Permukiman kumuh merupakan suatu satuansatuan komuniti yang hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu terwujud sebagai: a). Sebuah komunitas tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu dapat digolongkan sebagai hunian liar. b). Satuan komunitas tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau sebuah RW. c). Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau RW atau bahkan terwujud sebagai sebuah kelurahan, dan bukan hunian liar. 5. Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen. Warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat pendapatan yang beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat permukiman kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut. 6. Sebagian besar penghuni permukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor informal. d. Penetapan Lokasi Kumuh Peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh didahului dengan penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan pola-pola penanganan, seperti pemugaran; peremajaan; atau pemukiman kembali. Penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh wajib memenuhi persyaratan: 1. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota; 2. kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan lingkungan; 3. kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas umum yang memenuhi persyaratan dan tidak membahayakan penghuni; 4. tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan; 5. kualitas bangunan; dan 6. kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat. Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib didahului proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat. e. Dimensi Pemukiman Kumuh Pada dasarnya suatu permukiman kumuh terdiri dari beberapa aspek penting, yaitu tanah/lahan, rumah/perumahan, komunitas, sarana dan prasarana dasar, yang terajut dalam suatu sistem sosial, sistem ekonomi dan budaya baik dalam suatu ekosistem lingkungan permukiman kumuh itu sendiri atau ekosistem kota. Oleh karena itu permukiman kumuh harus senantiasa dipandang secara utuh dan integral dalam dimensi yang lebih luas. Beberapa dimensi permukiman kumuh yang senantiasa harus mendapat perhatian serius (Suparno, 2006) adalah: 1. Permasalahan lahan di perkotaan; 2. Permasalahan prasarana dan sarana dasar; 3. Permasalahan sosial ekonomi; 4. Permasalahan sosial budaya; 5. Permasalahan tata ruang kota; dan 6. Permasalahan aksesibilitas. f. Tipologi Pemukiman Kumuh Berdasar pada kajian dan pengamatan di lapangan, secara umum lingkungan permukiman kumuh dapat diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh) http://www.untb.ac.id/juni-2017/ Volume 3, No. 2, Juni 2017

70 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 tipologi permukiman kumuh (Ditjen Perumahan dan Permukiman; 2002) yaitu: 1. Permukiman kumuh nelayan; 2. Permukiman kumuh dekat pusat kegiatan sosial ekonomi; 3. Permukiman kumuh di pusat kota; 4. Permukiman kumuh di pinggiran kota; 5. Permukiman kumuh di daerah pasang surut; 6. Permukiman kumuh di daerah rawan bencana; dan 7. Permukiman kumuh di tepi sungai. g. Teori Pendekatan Pembangunan Kumuh Pendekatan yang saat ini diadopsi dalam pelaksanaan peningkatan kualitas permukiman kumuh antara lain adalah locally based demand, pembangunan yang berkelanjutan dengan pendekatan TRIDAYA, kesetaraan gender, dan penataan ruang yang partisipatif. DiIndonesia, beberapa upaya perbaikan/peningkatan lingkungan permukiman kumuh telahdilaksanakan baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat lingkungan setempat. h. Peta Potensi Risiko Kumuh Berdasarkan hasil survey yang dilakukan dengan pengamatan, wawancara, dan delianisasi kawasan, kawasan kumuh maka terbentuklah Peta Potensi Risiko Wilayah Kumuh Desa Tanak Awu Kabupaten Lombok Tengah seperti dibawah ini : 1. Karakteristik Wilayah dan Permasalahan Kawasan KARAKTERISTIK KAWASAN a. Koordinat 8 0 46 28.13 S 116 0 16 6.32 E b. Nama Lokasi Kumuh Tanak Awu c. Tipologi Kawasan Kumuh Perumahan kumuh dan pemukiman kumuh di dataran rendah d. Luas Lokasi Kumuh (ha) 15.38 e. Jumlah Penduduk di Lokasi Kumuh 1887 (Jiwa) f. Jumlah Kepala Keluarga di Lokasi 472 Kumuh (KK) g. Dusun/Lingkungan/RT/RW Peresak dan Gegeros h. Kelurahan/Desa Tanak Awu i. Kecamatan/Distrik Pujut j. Kabupaten Lombok Tengah k. Provinsi Nusa Tenggara Barat PERMASALAHAN KAWASAN a. Jalan lingkungan rusak, air dalam drainase tidak mengalir b. Bangunan rumah masih banyak yang tidak layak huni c. Adanya kandang ternak didalam kawasan permukiman 2. Penilaian Kekumuhan (Fisik) Aspek Kriteria dan Indikator Parameter a. Keteraturan : 51%-75% Bangunan tidak memiliki keteraturan Bangunan b. Kepadatan Bangunan : Kepadatan bangunan sebesar <200 unit/ha Bangunan c. Persyaratan Teknis : 76%-100% Bangunan tidak memenuhi persyaratan teknis a. Cakupan Pelayanan : Cakupan layanan jalan lingkungan tidak memadai Jalan 76%-100% luas area Lingkungan b. Kualitas Jalan : Kualitas jalan buruk 76%-100% populasi a. Persyaratan Teknis : Drainase lingkungan tidak mampu mengatasi Volume 3, No.2, Juni 2017 http://www.untb.ac.id/juni-2017/

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 71 drainase lingkungan Penyediaan Air Minum Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan Persampahan genangan minimal di 76%-100% luas area b. Cakupan Pelayanan : 76%-100% luas area tidak terlayani drainase lingkungan a. Persyaratan Teknis : SPAM tidak memenuhi persyaratan teknis di 76%- 100% luas area b. Cakupan Pelayanan : Cakupan pelayanan SPAM tidak memadai terhadap 51%-75% luas area a. Persyaratan Teknis : Pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis di 76%-100% luas area b. Cakupan Pelayanan : Cakupan pengelolaan air limbah tidak memadai terhadap 76%-100% populasi a. Persyaratan Teknis : Pengelolaan Persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis di 76%-100% luas area b. Cakupan Pelayanan : Cakupan pelayanan SPAM tidak memadai terhadap 76%-100% populasi a. Persyaratan Teknis : Pasokan air damkar tidak memadai di 76%100% luas area Pengamanan b. Cakupan Pelayanan : Jalan Lingkungan untuk Damkar tidak memadai di Kebakaran 76%-100% luas area TINGKAT KEKUMUHAN : Kumuh Berat 3. Penilaian Pertimbangan Lain (Non Fisik) Kriteria dan Indikator Parameter Nilai Strategis Lokasi : Lokasi terletak pada fungsi strategis kawasan/wilayah Kepadatan Penduduk : Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <200 Jiwa/Ha Potensi Sosial Ekonomi : Lokasi tidak memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang potensial dikembangkan Dukungan Masyarakat : Dukungan masyarakat terhadap proses penangan an kekumuhan tinggi Komitmen Pemerintah Daerah : Komitmen Penanganan oleh Pemda tinggi PERTIMBANGAN LAIN : PERTIMBANGAN LAIN SEDANG 4. Penilaian Legalitas Tanah Kriteria dan Indikator Parameter Status Tanah : Keseluruhan lokasi memiliki kejelasan status tanah, baik dalam hal kepemilikan maupun ijin pemanfaatan tanah dari pemilik tanah (status tanah legal) Kesesuaian RTR : Keseluruhan lokasi berada pada zona pemukiman sesuai RTR Persyaratan Administrasi Bangunan : Sebagian atau keseluruhan bangunan pada lokasi belum memiliki IMB STATUS LAHAN : STATUS LAHAN LEGAL 5. Skala Prioritas dan Rekomendasi Pola Penanganan SKALA PRIORITAS PENANGANAN REKOMENDASI POLA PENANGANAN PROGRAM PENANGANAN FISIK : PRIORITAS 1-C5 : PEMUKIMAN KEMBALI ATAU PEREMAJAAN : PENANGANAN FISIK BANGUNAN, PERBAIKAN JALAN LINGKUNGAN DAN PEMISAHAN KANDANG TERNAK http://www.untb.ac.id/juni-2017/ Volume 3, No. 2, Juni 2017

72 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 PENUTUP Gambar 1. Peta Potensi KUmuh 1. Berdasarkan hasil pemetaan potensi risiko permukiman kumuh Desa Tanak Awu berada pada Tingkat Kekumuhan Berat 2. Pola penanganan tingkat kekumuhan dilakukan Pemukiman kembali atau Peremajaan 3. Program penanganan risiko dari tingkat kekumuhan yang ada dilakukan dengan penangan fisik bangunan, perbaikan jalan lingkungan, dan pemisahan kandang ternak DAFTAR PUSTAKA Avelar et al. (2008). Etiological treatment. Badan Pusat Statistik Lombok Tengah. 2014. Lombok Tengah dalam Angka. Lombok Tengah. Keputusan Ditjen Perumahan dan Permukiman. 2002. Konsep Panduan Identifikasi Kawasan Perumahan dan Pemukiman Kumuh. Jakarta. Sadyohutomo., Mulyono. 2008. Manajemen Kota dan Wilayah Realita dan Tantangan. Jakarta: Bumi Aksara. Suparno., Sastra., Endy Marlina. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Yogyakarta. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Volume 3, No.2, Juni 2017 http://www.untb.ac.id/juni-2017/