BAB II TINJAUAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

HEART ATTACK PREVENTION

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

menyerupai fenomena gunung es. Penelitian ini dilakukan pada subjek wanita karena beberapa penelitian menyebutkan bahwa wanita memiliki risiko lebih

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

Diet Hipertensi, Diabetesi Tetap Minum Obat Herbal Untuk Diabetes

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

Olahraga Ringan Bagi Penderita Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami?

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

AKTIVITAS FISIK BAGI KEBUGARAN DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan prevalens penyakit ini terus

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

Problem kebugaran dan kesehatan. Suharjana FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Di era modern sekarang ini, aktivitas yang dilakukan manusia sangat

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

AKTIVITAS FISIK DAN OLAHRAGA UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI PUSKESMAS DTP CIKALONG KULON 9 APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010; Physical Activity. In Guide to Community Preventive Services Web site, 2008). Manfaat aktivitas fisik terhadap kesehatan secara teratur memiliki efek yang menguntungkan terhadap kesehatan yaitu terhindar dari penyakit, mengendalikan berat badan seseorang (berat badan berlebih sebagai salah satu faktor timbulnya berbagai penyakit), otot lebih lentur dan tulang lebih kuat, lebih bertenaga dan bugar dan secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik. Aktivitas fisik berupa olahraga yang dapat dilakukan secara rutin setiap hari maupun dilakukan beberapa kali dalam seminggu misalnya; tenis, bulu tangkis, sepakbola, bola basket, bola volley, dan bersepeda. Semua olahraga di atas bisa dilakukan kapan saja tetapi membutuhkan beberapa alat bantu misalnya lapangan, bola, ring, net, sepeda dan beberapa alat bantu lainnya dan lebih cenderungnya lagi adalah membutuhkan teman dalam 1 tim atau beberapa tim untuk melakukan olahraga tersebut. Contoh aktivitas fisik berikut adalah Jalan sehat dan jogging (lari secara perlahan) yang bisa dilakukan kapan saja dan tidak membutuhkan biaya yang banyak serta alat bantu, hanya membutuhkan energi untuk menggerakan kaki dan beberapa bagian organ tubuh untuk melangkah karenanya sangat mudah untuk dilakukan dan tidak 5

6 membutuhan training atau pelatihan khusus sehingga jogging ini sangat dianjurkan karena termasuk dalam aktivitas fisik olahraga yang termasuk mudah untuk di lakukan (Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2006). 2.2 Hubungan antara aktivitas Jogging dengan Tekanan darah dan Gula darah. Aktivitas fisik cukup dapat menurunkan tekanan darah sistolik bagi individu pre-hipertensi maupun hipertensi. Bagi seseorang yang melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang hingga tinggi dengan frekuensi serta durasi yang teratur bisa sebagai terapi bagi yang berisiko maupun tidak tidak berisiko penyakit aterosklerosis kardiovaskular (penumpukan kolesterol dalam dinding pembuluh arteri yang dapat menghambat aliran darah ke bagian organ tubuh lainya) sehingga mempunyai tekanan darah, gula darah dan kolesterol yang lebih normal (Thompson, et al, 2003) Pengaruh jogging atau olahraga secara langsung berhubungan dengan peningkatan kecepatan pengambilan glukosa otot. Saat berolahraga, otot menggunakan glukosa yang tersimpan dalam otot dan jika glukosa berkurang, otot mengisi kekosongan dengan mengambil glukosa dari darah. Ini akan mengakibatkan menurunnya glukosa darah sehingga memperbesar pengendalian glukosa darah (Bernes, 2012). Manfaat besar dari gerak fisik atau berolahraga pada glukosa darah tinggi antara lain menurunkan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi terjadinya komplikasi, gangguan lemak darah dan peningkatan tekanan darah (Ilyas, 2011). Secara garis besar kejadian DM dan hipertensi dipengaruhi oleh kurangnya aktivitas fisik karena aktivitas fisik mempunyai

7 pengaruh yang kuat terhadap keseimbangan energi dalam tubuh dan dapat dikatakan sebagai faktor utama yang dapat mengubah gula menjadi energi siap pakai. Latihan fisik pada penderita glukosa darah tinggi memiliki peranan yang sangat penting dalam mengendalikan kadar gula dalam darah, dimana saat melakukan latihan fisik terjadi peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif sehingga secara langsung dapat menyebabkan penurunan glukosa darah. Penurunan aktivitas fisik terjadi karena selama waktu luang tidak digunakan dengan baik untuk olahraga, malahan sebaliknya hanya duduk santai di rumah waktu libur, misalnya hanya menonton televisi, bermain games dan sebagainya. Peningkatan penggunaan kendaraan untuk transportasi sangat berkontribusi untuk kurangnya aktivitas gerak fisik atau olahraga (WHO, 2014). Pada tahun 2011-2012 tingkat aktivitas fisik cenderung menurun di usia tua dengan tingkat aktivitas yang terendah pada orang- orang berusia 65 tahun ke atas, karena rerata waktu yang dihabiskan dalam aktivitas fisik berat hanya sekitar 20 menit per hari (Australian Government Departement of Health, 2013). Menurut Sari et al (2007), latihan olahraga jangka pendek menunjukkan penurunan yang signifikan pada glukosa puasa dan glukosa darah sewaktu karena adanya rangsangan oleh insulin pada wanita obesitas dan asupan kalorinya stabil saat berolahraga. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Guclu (2014), tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada nilai glukosa antara kelompok perempuan yang rutin olahraga dan yang duduk terus menerus. Penelitian lain menemukan bahwa setelah olahraga fisik didapatkan kadar glukosa menurun dari waktu ke waktu selama setiap tes pada kelompok penderita diabetes melitus tipe 1 dan kontrol yang sehat. Terdapat perubahan dalam kontrol yang

8 jauh lebih kecil daripada individu dengan diabetes (Adolfsson et al, 2012). Penelitian Lunde et al. (2012) menyimpulkan bahwa jalan santai setelah konsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi (jenis makanan yang dengan cepat menaikan gula darah) dapat mengurangi kenaikan gula darah dan mengurangi tekanan darah sistolik pada perempuan imigran Pakistan yang tinggal di Oslo. Ada penurunan signifikan dalam tingkat hilangnya glukosa pada pria dewasa yang terlatih olahraga treadmill dibandingkan dengan yang tidak terlatih (Kasavadev et al 2003). 2.3 Hubungan Antara Makanan Dengan Tekanan darah tinggi dan Gula darah tinggi Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada orang dewasa, salah satunya adalah pola makan. Makanan dapat memicu kenaikan atau penurunan tekanan darah. Menurut Kapojos (2009),Salah satu faktor yang berhubungan dengan terjadinya tekanan darah tinggi dan glukosa darah tinggi adalah aterosklerosis yaitu terjadinya akumulasi kolesterol di dalam dinding pembuluh darah arteri, yang jika cukup parah dapat menghambat aliran darah ke berbagai organ di tubuh sehingga memicu adanya tekanan darah tinggi dan glukosa darah tinggi akibat penumpukan. Serat makanan dan beberapa mikronutrien seperti Mg, Cr, Cu, vitamin C, vitamin E dan B6 penting dalam pencegahan jangka panjang atau memperlambat aterosklerosis. Selain itu konsumsi tinggi kolesterol dan lemak akan memicu terjadinya aterosklerosis. Asupan garam (Natrium Chlorida) dapat meningkatkan tekanan darah. Dari penelitian Sari et al (2015) tentang korelasi pola makan dan tekanan darah, ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan lemak, kalori, vitamin C dan

9 kalsium dengan tekanan darah, tapi ada kecenderungan terdapat korelasi yang negatif. Penelitian Indriyaniet al (2017), ditemukan bahwa ada hubungan antara asupan karbohidrat sederhana dengan kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 wanita usia 45-55 tahun di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga. Hasil penelitian lain juga menunjukkan responden yang memiliki kadar glukosa darah tinggi karena sering mengkonsumsi makanan dan minuman manis atau gula sederhana dalam jumlah yang banyak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosalina (2008), bahwa penderita DM dianjurkan memiliki pola makan seimbang, akan tetapi dari hasil penelitian terhadap penderita DM ternyata 75% tidak mengikuti pola makan atau diet yang dianjurkan. Pemberian diet pada penderita DM bertujuan untuk mencapai kadar glukosa darah yang normal. Penderita DM harus benar-benar memperhatikan bahan makanan dan jumlah kalori yang dikonsumsi serta waktu makannya. Menurut Triandhini (2007), tidak terkendalinya kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang asupan karbohidrat sederhananya melebihi kebutuhan disebabkan karena tingginya pembentukan glukosa yang bersumber dari karbohidrat dan rendahnya eskresi insulin. Menurut Perkeni,(2011) penatalaksaan diet pada penderita diabetes mellitus agar terkendalinya glukosa darah dengan pengaturan konsumsi karbohidrat sederhana. Mengkonsumsi makanan yang mengandung gula dan bersifat manis akan cepat meningkatkan kadar glukosa darah seseorang, sehingga perlu membatasi konsumsi makanan yang bersifat manis. Pada prinsip diet penyakit diabetes melitus asupan karbohidrat disesuaikan dengan prinsip diet yang ada. Konsumsi karbohidrat sederhana yang diperbolehkan hanya sebanyak <5% dari total kebutuhan kalori.

10 2.4 Hubungan antara Jogging dan Makanan terhadap Hipertensi dan Diabetes Melitus. Berdasarkan studi dari the Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) melaporkan bahwa pasien yang diet rendah lemak jenuh dan tinggi karbohidrat terbukti mengalami penurunan tekanan darah yang berarti walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Penelitian juga menunjukkan bahwa asupan natrium dan caffein yang berlebih dapat meningkatkan tekanan darah. Sedangkan asupan zat gizi seperti asam lemak tak jenuh pada minyak ikan, isoflavon pada kedelai, serat pada sayuran, serta komponen mineral seperti magnesium, kalium dan kalsium dapat menurunkan tekanan darah. Salah satu hal yang mempengaruhi meningkatnya hipertensi yaitu asupan energi. Asupan energi dengan indeks glikemik tinggi menunjukkan peningkatan tingkat HbA1c atau hemoglobin terglikasi, dan melalui penambahan jumlah sajian dari makanan dengan indeks glikemi tinggi tersebut dapat meningkatkan risiko sebesar 40%. Konsumsi sayuran hijau dengan jumlah 1.42 sajian per-hari dapat mengurangi risiko sebesar 30%. Pemilihan asupan energi sangat penting dilakukan khususnya pada individu yang mempunyai risiko diabetes maupun sindrom metabolik (Suyono, 2011). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik serta asupan energi merupakan komponen utama dalam pencegahan maupun terjadinya sindrom metabolik serta gangguan metabolik lainnya dalam tubuh. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa aktivitas fisik dapat mengontrol guladarah dan tekanan darah. Gula akan diubah menjadi energi pada saat melakukan aktivitas. Aktivitas fisik akan meningkatkan penyerapan gula dalam darah yang akan di gunakan sebagai

11 energi untuk aktivitas sehingga kadar glukosa dalam darah akan berkurang. Pada orang yang jarang melakukan aktivitas fisik, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak di serap jadi energi tetapi ditimbun dalam tubuh dan jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah gula menjadi energi maka menyebabkan meningkatnya kadar glukosa darah (Perkeni, 2011). 2.5 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual penelitian ini adalah Aktivitas fisik (jogging), dan pola makan yang baik atau cukup dapat mempengaruhi pola hidup menjadi sehat dan tekanan darah serta gula darah menjadi normal dan sebaliknya aktivitas fisik atau jogging jarang bahkan tidak pernah di tambah pola makan yang buruk maka, mempengaruhi pola hidup menjadi tidak sehat dan adanya perubahan Tekanan darah dan Gula darah menjadi tidak normal dan sebagai pemicu Hipertensi dan Diabetes Melitus.

12 Aktivitas Fisikjogging Hidup Sehat Pola Makan Jarang/ tdk pernah jogging Rutin jogging Baik Buruk Tekanan darah,gula darah dan kolesterol normal Perubahan TD,GD dan kolesterol (tdk Normal) Memicu Hipertensi dan DM 2.6 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini yaitu Adanya hubungan aktivitas jogging dan pola makan dengan tekanan darah gula darah dan kolesterol.