BAB V PEMBAHASAN. Penelitian mengenai hubungan antara aktivitas fisik pada laki-laki dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Poliklin ik Saraf RSUD Dr. Moewardi pada

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini didapatkan 65 orang penderita pasca stroke iskemik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi).

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

HUBUNGAN DERAJAT AKTIVITAS FISIK PADA LAKI-LAKI DENGAN KEJADIAN STROKE ISKEMIK DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

BAB 5 PEMBAHASAN. dan genotip APOE yang merupakan variabel utama penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan kegawatan neurologi yang serius, menduduki peringkat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu,

BAB III METODE PENELITIAN. mengaitkan aspek paparan (sebab) dengan efek. Pendekatan yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT JALAN POLIKLINIK PENYAKIT SYARAF RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah. untuk pasien dan keluarganya (Adibhatla et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maju, setelah penyakit jantung dan kanker, dimana setiap tahunnya lebih

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang)

Transkripsi:

34 BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan antara aktivitas fisik pada laki-laki dengan kejadian stroke iskemik akut serangan pertama dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2013 di Ruang Rawat Inap Anggrek II SMF Syaraf RSUD Dr. Moewardi. Dari penelitian didapatkan data yaitu 15 sampel kasus dan 30 sampel kontrol. Kemudian data tersebut digunakan sebagai bahan analisis multivariat uji regresi logistik ganda. Pengambilan sampel dimulai dengan mencari dan mencatat data pasien laki-laki yang didiagnosis menderita stroke iskemik akut berdasarkan pemeriksaan CT Scan. Lalu, pengambil data melakukan informed consent dan melakukan wawancara berdasarkan kuesioner GPAQ untuk menilai derajat aktivitas fisik sampel kasus. Setelah itu, pengambil data melakukan informed consent dan wawancara dengan kuesioner GPAQ terhadap keluarga/tetangga/rekan kerja sampel kasus yang berjenis kelamin laki-laki untuk mendapatkan data kontrol. Jika saat melakukan pengambilan sampel kasus, pengambil data tidak menemukan data kontrol maka pengambilan data kontrol dilakukan dengan mengunjungi lingkungan tempat tingggal pasien dan melakukan wawancara dengan warga di sekitar lingkungan sampel kasus untuk mendapatkan sampel kontrol. Pada penelitian ini, aktivitas fisik yang dinilai pada kuesioner GPAQv2 meliputi aktivitas saat bekerja, aktivitas saat bertransportasi, aktivitas ketika waktu luang, dan kebiasaan duduk maupun berbaring ketika waktu luang (WHO, 2005b).

35 Pada penelitian, sampel kasus yang mempunyai aktivitas fisik kurang 8 orang dan yang cukup 7 orang, sedangkan sampel kontrol yang mempunyai aktivitas fisik kurang 3 orang dan 27 orang mempunyai aktivitas fisik cukup. Pada analisis uji korelasi Spearman didapatkan bahwa terdapat hubungan yang sedang dan negatif antara derajat aktivitas fisik dengan kejadian stroke iskemik akut. Artinya, pada laki-laki yang mempunyai aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya stroke iskemik akut. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian bahwa ada hubungan antara derajat aktivitas fisik pada lakilaki dengan kejadian stroke iskemik akut di RSUD Dr Moewardi. Berdasarkan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda, pada penelitian ini aktivitas fisik pada laki-laki secara statistik berpengaruh terhadap serangan stroke iskemik akut. Pada laki-laki yang mempunyai aktivitas fisik kurang mempunyai risiko 13,39 kali terjadi kejadian stroke iskemik akut. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Goldstein et al. (2006), bahwa beraktivitas fisik sedang (berjalan, mengangkat barang ringan) selama 30 menit per hari dalam satu minggu atau bentuk aktivitas fisik sedang lain dapat mengurangi risiko stroke. Penelitian Dominique (2011), pada laki-laki yang menghabiskan waktu luangnya dengan banyak melakukan aktivitas fisik mempunyai sedikit gejala minor stroke dan mempunyai prognosis stroke yang lebih baik daripada yang sedikit melakukan aktivitas fisik. Namun, Penelitian tersebut juga menyimpulkan belum ada hubungan antara aktivitas fisik saat waktu luang dengan gejala stroke minor yang disebabkan Transcient Ischemic Attack (TIA).

36 Menurut Yu et al. (2005), aktivitas fisik dibutuhkan dalam menunjang proses fungsional sel progenitor dan pembentukan pembuluh darah baru. Aktivitas fisik dapat meningkatkan sirkulasi darah otak dan dapat menurunkan terjadinya trombus dalam arteri karotis interna dan arteri-arteri pada otak. Aktivitas fisik akan merangsang kembali dan meningkatkan kerja enos. Di dalam endotel, enos berfungsi sebagai enzim vasoprotektif NO yang berperan dalam proses angiogenesis dan perkembangan neuron saraf. Aktivitas fisik yang teratur akan merangsang pembentukan Endothelial Progenitor Cell (EPCs) yang berperan dalam pembentukan pembuluh-pembuluh mikrovaskuler di dalam otak (Gertz et al., 2006; Forstermann dan Munzel, 2006). Berdasarkan analisis distribusi, didapatkan sampel kasus yang berumur <55 tahun 2 orang dan 55 tahun 13 orang, sedangkan sampel kontrol yang berumur < 55 tahun 22 orang dan 55 tahun 8 orang. Umur dimasukkan dalam variabel perancu karena umur sangat berpengaruh terhadap jenis aktivitas fisik dan fungsi fisiologis jaringan dan organ tubuh. Umur juga menjadi salah satu faktor yang sudah diketahui akan meningkatkan risiko terjadinya stroke iskemik akut. Penuaan menjadi salah satu faktor kuat penyebab terjadinya kejadian stroke iskemik. Menurut Kusuma et al. (2009), di Indonesia rata-rata pasien stroke berumur 58,8 tahun untuk semua jenis kelamin. Riset Kesehatan Dasar 2007 (RISKESDAS 2007) (2008) menyebutkan, 60% kematian diakibatkan oleh penyakit degeneratif dengan stroke (26,9%) menduduki peringkat pertama. Berdasarkan hasil uji regresi logistik ganda, pada penelitian yang dilakukan di

37 RSUD Dr Moewardi orang dengan umur 55 tahun 17,04 kali lebih berisiko mengalami kejadian stroke iskemik akut serangan pertama dibandingkan dengan orang yang berumur < 55 tahun. Pada penelitian sampel kontrol harus berumur >30 tahun. Berdasarkan penelitian Andres dan Tobin yang disampaikan oleh Tamtomo (2009) dalam pidato Guru Besar, pada perbandingan kelompok usia yang berbeda, sebagian besar organ mulai mengalami penurunan fungsi sebesar 1% per tahun dimulai sejak berumur 30 tahun sehingga sampel kontrol harus berumur >30 tahun. Oleh karena itu, kriteria sampel kontrol dapat digeneralisasikan mempunyai umur >30 tahun. Berdasarkan tabel distribusi sampel (tabel 4.1 dan 4.2), sampel kasus yang merokok ada 13 orang dan 2 orang tidak merokok, sedangkan sampel kontrol yang merokok 20 orang dan yang tidak merokok 10 orang. Pada penelitian ini merokok dimasukkan dalam variabel perancu karena merokok merupakan suatu kebiasaan yang umum terutama pada kaum laki-laki di Indonesia. Selain itu, merokok merupakan salah satu faktor risiko terjadinya serangan stroke iskemik akut. Berdasarkan uji regresi logistik ganda, orang dengan kebiasaan merokok aktif maupun pasif mempunyai risiko terkena serangan stroke iskemik akut sebesar 16,64 kali daripada orang yang tidak mempunyai riwayat merokok aktif maupun pasif. Dalam penelitian ini, yang dimaksud perokok aktif adalah orang yang merokok lebih dari 100 batang sepanjang hidupnya dan saat ini masih merokok atau telah berhenti merokok kurang dari satu tahun. Sedangkan perokok pasif adalah orang yang tidak merokok, tetapi terpapar asap rokok baik di rumah,

38 di kantor, di lingkungan selama lebih dari dua jam per hari. Bukan perokok adalah orang yang tidak pernah merokok atau merokok kurang dari 100 batang selama hidupnya (Kang et al., 2003). Menurut Kumar et al. (2007), merokok terbukti berperan dalam pembentukan plak aterosklerosis yang dapat menyebabkan sumbatan dan mengakibatkan terjadinya infark jaringan otak dan muncul gejala stroke iskemik akut. Merokok akan menyebabkan naiknya Nicotamide Adenine Dinucleotide Phosthate (NADPH) yang merupakan sumber utama oksigen reaktif dalam tubuh. Oksigen reaktif (senyawa superoksida) akan berikatan dengan NO dan menghasilnya senyawa ONOO -, yaitu senyawa yang sering dikaitkan dengan disfungsi sistem enos (Forstermann dan Munzel, 2006). Berdasarkan analisis bivariat menggunakan korelasi Spearman didapatkan hasil (r) = -0,475. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang sedang antara derajat aktivitas fisik dan stroke iskemik akut. Dari hasil tersebut juga dapat disimpulkan bahwa terjadi hubungan yang berlawanan arah antara aktivitas fisik dengan stroke iskemik akut. Namun, besar korelasi variabel yang ditunjukkan dalam analisis bivariat uji korelasi Spearman belum dapat digunakan untuk mendapatkan hubungan sebab-akibat karena masih terdapat comfounding factor yang mungkin berpengaruh dan dapat dianalisis, dalam penelitian ini misalnya umur pasien dan kebiasaan merokok. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji regresi logistik ganda untuk mengetahui besar hubungan antarvariabel (Murti, 1994).

39 Berdasarkan hasil dari analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda dapat disimpulkan bahwa besar hubungan antara kejadian stroke iskemik pertama dengan faktor risiko kejadian stroke pada penelitian yang dinyatakan dalam OR adalah mempunyai hubungan sangat kuat. Nilai besar hubungan (OR) yang digunakan adalah nilai uji regresi logistik ganda bukan nilai OR uji bivariat dengan Chi Square, karena pada analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda tidak hanya satu variabel bebas, tetapi sudah mencakup hubungan dan pengaruh seluruh variabel yaitu umur, aktifitas fisik, dan kebiasaan merokok. Dari ketiga faktor risiko tersebut, semuanya menunjukkan kemaknaan secara statistik yaitu umur p = 0,004 (p < 0,05), aktivitas fisik p = 0,036 (p < 0,05), dan kebiasaan merokok p = 0,044 (p < 0,05). Besar pengaruh faktor risiko dalam meningkatkan risiko stroke iskemik akut yaitu umur 55 tahun 17,04 kali, kebiasaan merokok aktif maupun pasif 16,64 kali, dan aktivitas fisik yang kurang 13,95 kali. Namun, peneliti mempunyai keterbatasan dalam pola persebaran aktivitas dan pekerjaan sampel. Tempat pengambilan sampel kasus merupakan Bangsal kelas III di mana kebanyakan pasien tergolong dalam ekonomi miskin. Pasien yang berumur 50-60 tahun rata-rata mempunyai aktivitas fisik yang tinggi karena pekerjaan yang dilakukan merupakan pekerjaan berat dan jenis pekerjaan pasien umumnya sebagai pekerja swasta dan pekerja tidak tetap. Pada penelitian ini faktor risiko seperti hipertensi, Diabetes Mellitus tipe II dan dislipidemia tidak dimasukkan dalam penelitian karena tidak memenuhi kriteria sebagai faktor perancu walaupun merupakan faktor risiko stroke yang berpengaruh terhadap

40 stroke iskemik. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya perlu memasukkan faktor risiko tersebut dalam analisis walaupun tidak masuk dalam variabel penelitian.