UJME 1 (1) (2012)

dokumen-dokumen yang mirip
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH. Info Artikel. Abstra

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DENGAN PENDEKATAN PMRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

Unnes Journal of Mathematics Education

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING BERBANTUAN LEMBAR KEGIATAN SISWA. Abstrak. Abstract. Gallant Alim Purbowo, Mashuri, Putriaji Hendikawati

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DENGAN MICROSOFT POWER POINT

UJME 1 (1) (2013)

Unnes Journal of Mathematics Education

KEEFEKTIFAN RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK MATERI LINGKARAN

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN ASESMEN KINERJA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

KEEFEKTIFAN MODEL MMP PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DISERTAI IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGACU PADA MISSOURI MATHEMATICS PROJECT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Unnes Journal of Mathematics Education PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI LINGKARAN

Keefektifan Pembelajaran Model Quantum Teaching Berbantuan Cabri 3D Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN CTL DAN MEA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI LINGKARAN

KEEFEKTIFAN PBL BERBASIS NILAI KARAKTER BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGIEMPAT KELAS VII

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBING-PROMPTING DENGAN PENILAIAN PRODUK

Unnes Journal of Mathematics Education

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN SSCS BERBANTUAN KARTU MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA

Keefektifan CTL Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi Segiempat

Journal of Mechanical Engineering Learning

KOMPARASI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL LEARNING CYCLE DAN TIME TOKEN

KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT ATTAINMENT DAN COGNITIVE GROWTH TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP. Info Artikel. Abstra

KEEFEKTIFAN SOFTWARE GEOMETER'S SKETCHPAD PADA PEMBELAJARAN MODEL PASID TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA

PENGARUH PBL PENDEKATAN KONTEKSTUAL STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DAN KEMAMPUAN AWAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MATERI GEOMETRI

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN MMP DENGAN LANGKAH PEMECAHAN MASALAH POLYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS-VII

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK. Info Artikel. Abstra

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

Automotive Science and Education Journal

Journal of Mechanical Engineering Learning

UJME 2 (3) (2013)

Penerapan Pembelajaran TGT Berbantuan Game Edukasi Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

Keefektifan Pembelajaran Model Snowball Throwing Berbantuan CD Interaktif terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 PRINGSEWU. STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

PENGARUH METODE AKTIF TIPE TEAM QUIZ BERBANTUAN QUESTION CARD TERHADAP HASIL BELAJAR. Info Artikel. Abstrak. , T Subroto, W Sunarto

PENGGUNAAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

ARTIKEL. Oleh : RINI MELIA SARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V DI SD SABBIHISMA 01 PADANG

UJME 4 (1) (2015) Unnes Journal of Mathematics Education.

Unnes Journal of Mathematics Education

Indonesian Journal of History Education

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

UJME 4 (3) (2015) Unnes Journal of Mathematics Education.

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

KOMPARASI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA ANTARA MODEL PBI DAN CORE MATERI LINGKARAN

PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN MODEL RECIPROCAL TEACHING

Keefektifan Model Kooperatif Tipe Make A Match dan Model CPS Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Motivasi Belajar

PENCAPAIAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL SNOWBALLING PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

Unnes Journal of Mathematics Education

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 53 BATAM

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELASVIII SMPN 3 PARIAMAN ABSTRACT

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PESERTA DIDIK

Unnes Journal of Mathematics Education KEEFEKTIFAN MODEL POGIL BERBANTUAN ALAT PERAGA BERBASIS ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

UJME 2 (3) (2013)

Keefektifan Pembelajaran Pogil Berbantuan LKPD Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Pokok Peluang

UJME 6 (2) (2017)

Journal of Mechanical Engineering Learning

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PEMBELAJARAN BUFFER MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP HASIL BELAJAR

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SQ3R TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMP KELAS VII

Unnes Journal of Mathematics Education

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

Unnes Journal of Mathematics Education

Penerapan Strategi Genius Learning Dalam Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Padang ABSTRACT

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMPN 22 PADANG

Indonesian Journal of History Education

Automotive Science and Education Journal

PENERAPAN METODE INQUIRY PADA MATERI HIMPUNAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Mahasiswa Progam Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat 2

PENERAPAN PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN MINAT. Info Artikel. Abstrak. Abstract

Unnes Physics Education Journal

Harum Yeni Rachmah 1, Nanang Supriadi 2, Sri Purwanti Nasution 3 UIN Raden Intan, ABSTRAK

Unnes Journal of Mathematics Education

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PARTNERS IN LEARNING DAN PROBLEM BASED

Edu Geography 3 (1) (2014) Edu Geography.

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Fashion and Fashion Education Journal

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI FUNGSI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR. Info Artikel

THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING IN STUDENT S LEARNING OUTCOMES

Elsa Camelia 1, Edrizon 1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL TAPPS BERBANTUAN WORKSHEET TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI LINGKARAN

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

KEEFEKTIFAN HUKUMAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD N 1 MAGELUNG KENDAL

Economic Education Analysis Journal

PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING. Info Artikel. Abstrak.

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTION STUDENTS HAVE

Journal of Elementary Education

PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 3 PARIAMAN ABSTRACT

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN QUIZ TEAM DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS VII

PENGARUH PENGGUNAAN LKS BERBASIS GUIDED INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MIPA SMA NEGERI 1 PASAMAN

Unnes Physics Education Journal

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PADANG-GANTING KABUPATEN TANAH DATAR.

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

Joyful Learning Journal

Automotive Science and Education Journal

Transkripsi:

UJME 1 (1) (2012) nnes http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme KEEFEKTIFAN PROBLEM BASED LEARNING DAN MODEL ELICITING ACTIVITIES TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH Ahmad Dzulfikar, Muhammad Asikin, Putriaji Hendikawati Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, Indonesia Gedung D7 Lt. 1, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 Info Artikel Abstrak Sejarah Artikel: Diterima Januari 2012 Disetujui Februari 2012 Dipublikasikan Agustus 2012 Kata Kunci: Keefektifan Kemampuan Pemecahan Masalah Problem Based Learning Model Eliciting Activities Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki keefektifan model pembelajaran Model Eliciting Activities dan Problem Based Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah dan menyelidiki ketuntasan belajar kemampuan pemecahan masalah dengan kedua model tersebut. Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran Model Eliciting Activities dan kelas kontrol dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode dokumentasi, tes, dan observasi. Pengambilan data dilakukan dengan pemberian tes kemampuan pemecahan masalah pada akhir penelitian. Rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen adalah 80,15 sedangkan kelas kontrol adalah 73,01. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas data hasil tes, diperoleh bahwa data kedua sampel normal dan homogen, sehingga untuk pengujian hipotesis digunakan uji t. Dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa model pembelajaran Model Eliciting Activities dan Problem Based Learning efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah, tetapi model pembelajaran Model Eliciting Activities lebih baik daripada Problem Based Learning. Abstract The purpose of this study was to investigate the effectiveness of learning models Eliciting Activities Model and Problem Based Learning to investigate the problem-solving ability and thoroughness learn problem-solving skills with both models. Sampling was conducted by cluster random sampling. Experimental class were treated by applying a learning model eliciting Activities Model and control class were treated by applying the learning model of Problem Based Learning. Data collection techniques used are the methods of documentation, testing, and observation. Data is collected by administering the test problem-solving abilities at the end of the study. Average problem-solving ability test of class experiment is 80.15 while the control class is 73.01. Based on the results of tests of normality and homogenity of the test result data, the data obtained that the two samples of normal and homogeneous, so to test the hypothesis used the t test. From the calculation results obtained the average problem-solving abilities of students in the experimental class is better than the control class. Based on these results concluded that the learning model eliciting Model Problem Based Learning Activities and effective problem-solving skills, but learning model eliciting Activities Model better than the Problem Based Learning. 2012 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: E-mail: dzulfikara@yahoo.co.id ISSN NO 2252-6927

Pendahuluan Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas bila dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Secara singkat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif. Hal yang demikian tentu akan membawa akibat pada terjadinya proses pembelajaran matematika yang bermuara pada penguasaan matematika peserta didik. Lampiran permendiknas No. 22 tahun 2006 menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Lebih lanjut, di dalam lampiran Permendiknas No. 22 tahun 2006 disebutkan bahwa pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Cooney et al., sebagaimana dikutip oleh Hudojo (2003), menyatakan bahwa mengajar peserta didik untuk menyelesaikan masalahmasalah memungkinkan peserta didik itu menjadi lebih analitis di dalam mengambil keputusan di dalam kehidupannya. Mengingat pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam kehidupan saat ini, pendidik di sekolah sebaiknya memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan tersebut. Karena untuk menjadi seorang pemecah masalah yang baik, peserta didik membutuhkan banyak kesempatan untuk memecahkan masalah dalam bidang matematika dan dalam konteks kehidupan nyata. Sementara itu, dalam permendiknas RI No. 41 tahun 2007 disebutkan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk melaksanakan proses pembelajaran seperti yang diharapkan 2 pada permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tersebut komunikasi dua arah secara timbal balik mutlak diperlukan, demi tercapainya interaksi belajar yang optimal, yang pada akhirnya membawa kepada pencapaian sasaran hasil belajar yang maksimal. Sementara itu, sebagai contoh, jika ditilik dari data yang dikeluarkan BSNP tentang Ujian Nasional SMP tahun 2010, persentase daya serap peserta didik SMP Negeri 11 Semarang masih berada di bawah rata-rata nasional, sebut saja pada soal yang menguji kemampuan menyelesaikan masalah dalam keseharian yang berkaitan dengan konsep keliling lingkaran adalah 74,63%, sementara daya serap peserta didik tingkat nasional adalah 76,28%. Padahal, laporan The International Mathematics and Sciences Study (TIMSS) pada tahun 2007, menunjukkan kemampuan matematika peserta didik Indonesia menempati urutan ke-36 dari 48 negara. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kondisi yang demikian maka perlu adanya fasilitator yaitu pendidik, yang memiliki kemampuan untuk menciptakan situasi belajar yang melibatkan peserta didik secara aktif sekaligus membangun motivasi peserta didik sehingga bermuara pada kemampuan matematis peserta didik, khususnya kemampuan pemecahan masalah. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan menerapkan pembelajaran dengan berbagai model. Dalam pembelajaran, alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan adalah Model Eliciting Activities dan Problem Based Learning yang diharapkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dapat ditingkatkan. Pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning dalam hal ini diaplikasikan pada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan, berdasarkan hasil wawancara dengan pendidik di sekolah tersebut diketahui bahwa model pembelajaran ini telah beberapa kali digunakan, tetapi hasilnya belum memuaskan. Oleh karena itu, peneliti memberikan alternatif lain, yaitu model pembelajaran Model Eliciting Activities yang diharapkan efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Chamberlin & Moon (2008), menyatakan bahwa walaupun Model Elicitng Activities dan Problem Based Learning merupakan dua model yang berbeda, tetapi memiliki kesamaan dalam hal pemecahan masalah matematika.

Model pembelajaran Model Eliciting Activities adalah model pembelajaran matematika untuk memahami, menjelaskan, dan mengkomunikasikan konsep-konsep matematika yang terkandung dalam suatu sajian permasalahan melalui pemodelan matematika. Dalam model pembelajaran Model Eliciting Activities, kegiatan pembelajaran diawali dengan penyajian suatu masalah untuk menghasilkan model matematika yang digunakan untuk menyelesaikan masalah matematika, dimana peserta didik bekerja dalam kelompokkelompok kecil selama proses pembelajaran. Hasil penelitian Yu & Chang (n.d. : 9), menyatakan bahwa Model Eliciting Activities berguna untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Secara lebih khusus, Chamberlin, sebagaimana dikutip oleh Chamberlin & Moon (2008), menyatakan bahwa Model Eliciting Activities diterapkan dalam beberapa langkah, yaitu: (1) pendidik membaca sebuah lembar permasalahan yang mengembangkan konteks peserta didik; (2) peserta didik siap siaga terhadap pertanyaan berdasarkan lembar permasalahan tersebut; (3) pendidik membacakan permasalahan bersama peserta didik dan memastikan bahwa setiap kelompok mengerti apa yang sedang ditanyakan; (4) peserta didik berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut; dan (5) peserta didik mempresentasikan model matematika mereka setelah membahas dan meninjau ulang solusi. Menurut Arends, sebagaimana dikutip oleh Asikin (2011), menyatakan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah autentik sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Hasil penelitian Albanese & Mitchell, sebagaimana dikutip oleh Kwan (2000), menunjukkan bahwa, PBL students scored higher in problem solving. Sebagaimana dikutip oleh Asikin (2011), menurut Arends, penerapan model Problem Based Learning terdiri dari lima langkah. Kelima langkah itu dimulai dengan orientasi peserta didik pada masalah serta diakhiri dengan penyajian dan analisis kerja peserta didik. Kelima langkah itu adalah sebagai berikut: (1) orientasi peserta didik pada masalah; (2) mengorganisasikan peserta didik dalam belajar; (3) membimbing penyelidikan kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Berdasarkan uraian yang telah disajikan, diharapkan model pembelajaran Model Eliciting Activities lebih efektif dibanding model pembelajaran Problem Based Learning, yang ditunjukkan dengan perbedaan rata-rata, yaitu jika rata-rata kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 11 Semarang dengan menggunakan model pembelajaran Model Eliciting Activities lebih baik dibanding dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Dengan syarat rata-rata pada kedua kelas telah mencapai batas ketuntasan minimal yang telah ditetapkan baik individual maupun klasikal. Metode Penelitian Penelitian eksperimen ini dilaksanakan selama empat kali pertemuan pembelajaran dan sekali pertemuan untuk evaluasi. Pada kelas eksperimen peserta didik diberikan suatu treatment atau perlakuan yang dalam hal ini adalah model pembelajaran Model Eliciting Activities, sedangkan pada kelas kontrol peserta didik diberikan suatu treatment atau perlakuan yang dalam hal ini adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII semester genap tahun ajaran 2011/2012 SMP Negeri 11 Semarang. Sedangkan, sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII E sebagai kelas eksperimen yang dan kelas VIII H sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Dalam penelitian ini, digunakan tiga metode pengumpulan data, yaitu metode dokumentasi, metode tes, dan metode observasi. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) menentukan objek penelitian yaitu peserta didik kelas VIII SMP Negeri 11 Semarang; (2) mengambil secara acak sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kemudian menentukan kelas uji coba di luar sampel penelitian, tetapi berada dalam populasi penelitian; (3) mengambil data nilai raport semester gasal matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 11 Semarang kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai data awal; 3

(4) menganalisis data (3) dengan melakukan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata; (5) menyusun kisi-kisi tes uji coba; (6) menyusun instrumen tes uji coba berdasarkan kisi-kisi yang ada; (7) mengujicobakan instrumen tes uji coba pada kelas uji coba yang akan digunakan sebagai tes akhir; (8) menganalisis data hasil uji coba instrumen tes uji coba pada kelas uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda tes; (9) menentukan soal-soal yang memenuhi syarat berdasarkan pada poin (8); (10) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran Model Eliciting Activities untuk diimplementasikan di kelas eksperimen dan rencana pelaksanaan pembelajaran Problem Based Learning untuk diimplementasikan di kelas kontrol; (11) peneliti menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran Model Eliciting Activities di kelas eksperimen dan rencana pelaksanaan pembelajaran Problem Based Learning di kelas kontrol; (12) pendidik mengamati dan melakukan observasi tentang pelaksanaan pembelajaran Model Eliciting Activities di kelas eksperimen dan pelaksanaan pembelajaran Problem Based Learning di kelas kontrol; (13) melakukan tes akhir berupa tes kemampuan pemecahan masalah dan peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol; (14) menganalisis data hasil tes dan hasil pengamatan; (15) menyusun hasil penelitian. Analisis atau pengolahan data yang dilakukan meliputi analisis perangkat tes dan analisis data penelitian. Hal-hal yang dianalisis dari uji coba perangkat tes meliputi taraf kesukaran soal, daya pembeda soal, validitas soal dan reliabilitas tes. Sedangkan, analisis data penelitian terbagi dalam dua tahap, yaitu analisis tahap awal yang meliputi uji normalitas data, uji homogenitas, uji kesamaan dua ratarata dan analisis tahap akhir yang meliputi uji normalitas data, uji homogenitas, uji ketuntasan belajar dan uji kesamaan dua rata-rata. Hasil dan Pembahasan Hasil analisis data awal menunjukkan bahwa data dari kedua kelas penelitian berdistribusi normal, homogen, dan mempunyai rata-rata yang sama. Setelah diberi perlakuan berbeda dan dilakukan uji statistik diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Uji ketuntasan belajar. Pertama, hasil perhitungan data tes kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen diperoleh t hitung =6,88 dengan dk = 27 dan taraf nyata 5% maka diperoleh t tabel =2,05. Karena t hitung t tabel yaitu 6,88>2,05 maka H 0 diterima. Artinya secara signifikan rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan. Dari hasil perhitungan, pada kelas eksperimen juga diketahui bahwa jumlah peserta didik yang nilainya lebih dari atau sama dengan 67 dan dapat dikatakan tuntas dari 28 orang peserta didik berjumlah 26 orang atau 92,86%. Jelas bahwa nilai ini telah melampaui nilai 85% sebagai batas minimal. Jadi, secara individual maupun klasikal kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan. Kedua, hasil perhitungan data tes kemampuan pemecahan masalah kelas kontrol diperoleh t hitung =2,40, dengan dk = 27 dan taraf nyata 5% maka diperoleh t tabel =2,05. Karena t hitung t tabel yaitu 2,40>2,05 maka H 0 diterima. Artinya secara signifikan rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah kelas kontrol telah mencapai ketuntasan. Dari hasil perhitungan, pada kelas kontrol juga diketahui bahwa jumlah peserta didik yang nilainya lebih dari atau sama dengan 67 dan dapat dikatakan tuntas dari 28 orang peserta didik berjumlah 24 orang atau 85,71%. Jelas bahwa nilai ini telah melampaui nilai 85% sebagai batas minimal. Jadi, secara individual maupun klasikal kelas kontrol telah mencapai ketuntasan. (2) Hasil perhitungan uji kesamaan dua rata-rata diperoleh t_ hitung =2,27, dengan dk = 54 dan taraf nyata 5% maka diperoleh t tabel =2,00. Karena t hitung >t tabel yaitu 2,27>2,00 maka H 0 ditolak. Artinya ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jadi, secara signifikan rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen lebih dari rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah kelas kontrol. Hasil analisis serangkaian uji statistika yang dilakukan menunjukkan bahwa data nilai awal peserta didik pada kelas VIII E yang kemudian menjadi kelas eksperimen dan kelas VIII H yang kemudian menjadi kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal, homogen, dan mempunyai rata-rata yang sama. Karena memenuhi ketiga syarat tersebut artinya sampel berasal dari kondisi atau keadaan yang sama, yaitu pengetahuan awal yang sama, maka kedua kelas dapat digunakan sebagai objek penelitian. Dalam penelitian ini, kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran Model Eliciting Activities, sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan 4

pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Setelah pembelajaran dan tes kemampuan pemecahan masalah dilaksanakan pada peserta didik di kedua kelas tersebut, hasil analisis data tes menunjukkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama. Berdasarkan hasil analisis tes kedua kelas dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi pokok lingkaran telah mencapai ketuntasan belajar. Dengan rata-rata 80,15 pada kelas eksperimen dan 73,01 pada kelas kontrol, secara signifikan rata-rata kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada kedua kelas tersebut lebih dari kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan, yaitu 67. Atau dengan kata lain, rata-rata kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol telah mencapai ketuntasan belajar individual. Dari hasil tes juga diketahui bahwa pada masing-masing kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang terdiri dari 28 orang peserta didik, jumlah peserta didik yang telah mencapai ketuntasan masingmasing adalah 26 orang (92,86%) dan 24 (85,71%) orang peserta didik. Dari hasil tersebut, diketahui bahwa jumlah peserta didik yang tuntas telah melampaui batas minimal yang telah ditetapkan yaitu 85%, Hal ini juga diperkuat dengan hasil uji proporsi satu pihak yang telah dilakukan yang memberikan simpulan yang sama yaitu secara klasikal hasil tes kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada kedua kelas tersebut telah tuntas. Dalam penelitian ini, ketuntasan belajar matematika peserta didik tercapai jika memenuhi ketuntasan individual dan klasikal. Berdasarkan hasil analisis data nilai rata-rata tes dan persentase ketuntasan secara klasikal peserta didik pada kedua kelas, maka diperoleh simpulan bahwa baik secara individual maupun klasikal kemampuan pemecahan masalah peserta didik telah mencapai ketuntasan. Dari hasil analisis penelitian, diketahui pula bahwa pembelajaran dengan Model Eliciting Activities mempunyai pengaruh terhadap. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan rata-rata pada tes kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil analisis data tes dengan menggunakan uji t diperoleh t hitung =2,27 dan t tabel =2,00. Karena t hitung >t tabel yang artinya secara signifikan rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada kelas eksperimen lebih baik dibanding rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada kelas kontrol. Hasil tersebut memberikan gambaran bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Model Eliciting Activities dapat memberikan hasil yang lebih baik dalam. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Yu & Chang (n.d. : 9), yang menyatakan bahwa Model Eliciting Activities berguna untuk meningkatkan. Hal ini terjadi karena dalam pembelajaran Model Eliciting Activities, peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan diarahkan untuk membuat model matematika terlebih dahulu sehingga mereka lebih terarah menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan. Yang perlu menjadi catatan adalah dalam penelitian ini terdapat keterbatasanketerbatasan yang diharapkan akan membuka peluang bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis yang akan berguna bagi perluasan wawasan keilmuan. Keterbatasanketerbatasan antara lain sebagai berikut; (1) perlakuan terhadap subjek penelitian hanya dilakukan dalam waktu 2 minggu, sehingga proses pembelajaran dan pelayanan tidak maksimal dilaksanakan; (2) bahasan matematika yang dikembangkan dalam penelitian ini hanya terdiri dari satu kompetensi dasar yaitu menghitung keliling dan luas lingkaran. Masih terbuka peluang bagi peneliti lain untuk bereksperimen pada kompetensi dasar lainnya; (3) subjek sampel hanya dilakukan pada satu sekolah, yaitu SMP Negeri 11 Semarang. Mungkin di kesempatan lain para peneliti dapat melakukan penelitian di daerah lain serta melibatkan beberapa sekolah dan menggunakan responden yang lebih banyak, untuk memperkecil kesalahan sehingga didapatkan hasil yang maksimal; (4) kemampuan matematis yang diukur hanya kemampuan pemecahan masalah, secara umum kemampuan ini belum menggambarkan seluruh kemampuan matematis peserta didik. 5

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 11 Semarang pada 23 Januari 2012 sampai dengan 4 Februari 2012 dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa (1) rata-rata kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 11 Semarang tahun ajaran 2011/2012 pada materi pokok lingkaran yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Model Eliciting Activities lebih baik dibandingkan dengan rata-rata kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 11 Semarang tahun ajaran 2011/2012 pada materi pokok lingkaran yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan (2) rata-rata kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 11 Semarang tahun ajaran 2011/2012 pada materi pokok lingkaran yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Model Eliciting Activities dan ratarata kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 11 Semarang tahun ajaran 2011/2012 pada materi pokok lingkaran yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning telah mencapai ketuntasan belajar. Sehingga dari simpulan tersebut model pembelajaran Model Eliciting Activities dapat dikatakan efektif. Oleh karena itu, model pembelajaran Model Eliciting Activities dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik, khususnya pada materi lingkaran. Daftar Pustaka Asikin, M. 2011. Dasar Dasar Proses Pembelajaran Matematika 1. Bahan Ajar. Semarang: Jurusan Matematika Universitas Negeri Semarang (tidak dipublikasikan). Chamberlin, S. A. & S. M. Moon. 2008. How Does the Problem Based Learning Approach Compare to the Model Eliciting Activity Approach in Mathematics?. International Journal for Mathematics Teaching and Learning. Tersedia di http://cimt.plymouth.ac.uk [diakses pada 30-12-2011].Hudojo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: JICA Universitas Negeri Malang. Kwan, C. Y. 2000. What is Problem Based Learning (PBL)?: It is Magic, Myth, and Mindset. CDTL Brief, 3(3). Tersedia di http://www.cdtl.nus.edu.sg/brief/pdf/v3n3.pdf [diakses 2-1-2012]. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Yu, S. Y. & C. K. Chang. n.d. What did Taiwan Mathematics Teacher Think of Model Eliciting Activities and Modeling?. Tersedia di http://120.107.180.177/1832/9802/98-2- 04pa.pdf [diakses pada 3-1-2012]. 6