FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA TANGKIL KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN.

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN


BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI PUSKESMAS 7 ULU PALEMBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan progam kesehatan. Pada saat ini AKI dan AKB di Indonesia

GASTER Vol. 11 No. 2 Februari Wahyuningsih Akademi Giri Husada Wonogiri. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk meningkatkan

KONTRIBUSI PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PEDESAAN. Lilik Hidayanti 1, Nur Lina

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan. gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman (Depkes, 2004). ASI

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan otak bayi yaitu sesuatu yang tidak dapat diperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Lata

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

ASI ADALAH ANUGERAH LUAR BIASA YANG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA KENAPA BANYAK ORANG TUA TIDAK MEMBERIKAN ASI

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: )

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 37 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Shendy Dwiguna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi yang berkualitas. Modal dasar pembentukan manusia

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses menyusui secara alami

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik bagi bayi. ASI ibarat emas yang

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pemberian ASI dari ibu ke bayi yang dilakukan dengan baik dan benar.

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan. 3 Cara

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

Transkripsi:

1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA TANGKIL KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun oleh: BRITA KURLINTAN SAKTILA J 210 050 008 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap orang tua pasti menginginkan bayinya lahir secara normal, sehat dan dapat tumbuh secara optimal, serta diharapkan menjadi manusia yang berkualitas dan berguna bagi masyarakat. Tugas mulia seorang ibu adalah hamil, melahirkan, kemudian menjadi panutan bagi anak-anaknya agar impian mendapatkan anak yang berkualitas dapat terwujud (Purnawati, 2008). Upaya peningkatan sumberdaya manusia antara lain dengan jalan memberi ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan dan gizi bayi baru lahir yang akhirnya bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi (Manuaba, 1999). Menyusui adalah suatu proses yang alamiah. Berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan ibu yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, Karena mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap percepatan tumbuh kembang, terutama pada 2 tahun pertama (Eveline, 2008). Bayi yang diberi ASI secara khusus terlindung dari serangan penyakit sistem pencernaan. Hal ini disebabkan zat-zat kekebalan tubuh didalam ASI memberikan perlindungan langsung melawan serangan penyakit. Dan kandungan nutrisinya yang sempurna meningkatkan daya tahan tubuhnya dan 1

2 mencerdaskannya ke level optimal. Bayi menjadi tumbuh sehat, tidak kegemukan, dan tidak terlalu kurus. Oleh karena itu amat dianjurkan setiap ibu hanya memberikan ASI eksklusif pada bayi (Rosita, 2008). ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi umur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi usia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli, 2000) Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) menunjukkan penurunan jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif hingga 7,2%. Pada saat yang sama, jumlah bayi dibawah 6 bulan yang diberi susu formula dari 16,7% pada tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007. UNICEF menyimpulkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan di Indonesia masih jauh dari rata-rata dunia yaitu 38%. Banyaknya kasus kurang gizi pada anak-anak berusia dibawah 2 tahun yang sempat melanda beberapa wilayah Indonesia dapat diminimalisir melalui pemberian ASI secara eksklusif. Oleh sebab itu ASI eksklusif dijadikan sebagai prioritas program negara berkembang ini (Nuryati, 2008). Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah target pencapaian ASI eksklusif adalah sekitar 55 % yang berarti bahwa total jumlah ibu menyusui 55 % memberikan ASI nya secara eksklusif. Kenyataannya sangat sulit sekali mendapat data tentang cakupan ASI eksklusif tersebut, data yang ada di Dinas

3 Kesehatan Jawa Tengah tahun 2007 cakupan jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif baru mencapai 32, 93 %. Manfaat pemberian ASI eksklusif dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak telah diketahui secara luas, namun kesadaran ibu untuk memberikan ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Pemasaran yang agresif dari produsen susu pengganti ASI merupakan salah satu faktor penghambat pemberian ASI di Indonesia. Pemberian susu formula kepada bayi yang semestinya mendapat ASI eksklusif menjadi gaya hidup saat ini. Novaria (2000), salah satu prakondisi yang menyebabkan pemberian ASI eksklusif adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat dibidang kesehatan. Khususnya ibu-ibu yang mempunyai bayi dan tidak menyusui bayi secara eksklusif. Pengetahuan kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang didasari dengan pemahaman yang tepat akan menimbulkan perilaku baru yang diharapkan. Khususnya kemandirian dalam memberikan ASI eksklusif (Notoatmojo, 2003). Dukungan dari dokter, bidan, petugas kesehatan lainnya atau kerabat dekat sangat dibutuhkan dalam pemberian ASI eksklusif terutama untuk ibu yang pertama kali melahirkan. Dengan adanya informasi atau penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan maka dapat meyakinkan ibu agar tetap memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya (Suradi, 2004). Ibu yang bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif selama paling sedikit empat bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan, meskipun cuti hamil hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dukungan

4 lingkungan kerja, seseorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara eksklusif (Roesli, 2000). Jumlah angkatan kerja wanita di Indonesia menunjukkan meningkat, dengan pertambahan yang lebih cepat dari pada angkatan kerja laki-laki. Hal ini selain disebabkan peningkatan yang cukup tinggi dari jumlah penduduk adalah wanita, juga semakin luasnya lapangan pekerjaan dan semakin tingginya tingkat pendidikan mereka sehingga saat ini wanita lebih banyak mempunyai pilihan dalam aktifitas kehidupan ekonominya sehingga waktu untuk memberikan ASI secara eksklusif menjadi berkurang. Memberikan ASI eksklusif akan sangat mengurangi pengeluaran keluaga tidak saja pengeluaran untuk membeli susu formula serta perlengkapan untuk membuatnya, tetapi juga biaya kesehatan untuk si bayi. Bayi ASI eksklusif telah dibuktikan hampir tidak pernah sakit dibanding dengan bayi yang diberi susu formula (Roesli, 2000). Data cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen pada tahun 2008 sekitar 64,7 %. Hal ini belum sesuai dengan target yang diharapkan oleh Departemen kesehatan RI dimana ditargetkan pada tahun 2005, 80 % wanita Indonesia sudah memberikan ASI eksklusif. Data yang peneliti dapat dari salah satu petugas kesehatan di desa Tangkil, pada tahun 2008 yaitu pemberian ASI eksklusif pada bayi 104, hanya 43 orang (41,35%) diberi ASI secara eksklusif, selebihnya 61 (58,61%) tidak diberi ASI secara eksklusif. Berdasarkan keterangan dari Bidan desa di Desa Tangkiil didapatkan gambaran tingkat sosial ekonomi mereka pada umumnya tergolong sedang.

5 Selain itu, pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif sudah cukup dimengerti, dibuktikan dengan sebagian ibu sudah mengetahui pentingnya pemberian ASI eksklusif. Dari observasi yang peneliti dapat, kebanyakkan bayi di Desa Tangkil diberikan susu formula dan Di desa Tangkil juga banyak ibu-ibu yang bekerja sehingga waktu untuk menyusui anaknya menjadi berkurang. Petugas kesehatan jarang memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu menyusui sehingga pemberian makanan tambahan sudah diberikan pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Tangkil Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat ditentukan masalah yaitu : faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Tangkil Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Tangkil Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif. b. Untuk mengetahui hubungan promosi susu formula dengan pemberian ASI eksklusif.

6 c. Untuk mengetahui hubungan KIE petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif. d. Untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi dengan pemberian ASI eksklusif. e. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Tenaga Kesehatan a. Menambah pengetahuan dan ketrampilan petugas dalam rangka meningkatkan program ASI eksklusif. b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 2. Bagi Ibu Menyusui Menambah wawasan pada ibu menyusui tentang pentingnya ASI eksklusif sehingga mengetahui yang terbaik yang harus dilakukan. 3. Bagi Peneliti a. Menambahan pngetahuan dan pengalaman dalam merencanakan suatu penelitian ilmiah dalam keperawatan yang lebih baik, berkualitas dan profesional. b. Sebagai informasi bagi peneliti lain. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Tangkil Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.

7 Sepengetahuan penulis belum pernah diteliti. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan adalah : 1. Mardeyanti, (2007). Hubungan Status Pekerjaan Dengan Kepatuhan Ibu Memberikan ASI eksklusif di RSUD DR. Sardjito Yogyakarta. Jenis penelitian observaional dengan rancangan historical cohort. Pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling dengan metode consecutive sampling. Analisis multivariat dengan bekerja lebih beresiko untuk tidak patuh dalam memberi ASI eksklusif dibanding dengan ibu yang tidak bekerja. Perbedaan penelitian itu dengan peneliti sebelumnya terletak pada metode pengambilan sampel dan variabel penelitian yaitu status pekerjaan kepatuhan memberikan ASI eksklusif, serta waktu dan lokasi penelitian. 2. Yulfira, (2007). Pengetahuan, Persepsi dan Perilaku tentang pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Karawang Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pengamatan dan wawancara mendalam kepada sejumlah 30 informan. Hasil penelitian adalah menunjukkan bahwa sebagian besar ibu sudah mempunyai pengetahuan tentang ASI menyusui yang relatif baik, namun pengetahuan ibu mengenai eksklusif, pada umumnya mereka tidak dapat memberikan ASI eksklusif. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya terletak pada metode penelitian yaitu menggunakan metode pengamatan dan wawancara, jenis penelitian yaitu penelitian kualitatif, lokasi dan waktu penelitian.