BAB I PENDAHULUAN. yang tidak untuk mengejar keuntungan, lembaga pemerintah memiliki tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada

ANALISIS REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi non

BAB I PENDAHULUAN. adanya akuntabilitas dari para pemangku kekuasaan. Para pemangku. penunjang demi terwujudnya pembangunan nasional.

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. No.12 Tahun Menurut Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah merupakan salah satu agenda reformasi, bahkan

BAB. I PENDAHULUAN. bidang akuntansi pemerintahan ini sangat penting karena melalui proses akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 33 Tahun 2004, menjadi titik awal dimulainya otonomi. dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal. daerah, yang dikenal sebagai era otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka semakin besar pula diskreasi daerah untuk menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. perimbangan keuangan pusat dan daerah (Suprapto, 2006). organisasi dan manajemennya (Christy dan Adi, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya

1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dituntut seluruh elemen masyarakat termasuk perusahaan baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansidapatdidefinisikan sebagai sebuahseni, ilmu (science)maupun

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pelaksanaan otonomi daerah tahun 1999, tata kelola pemerintahan di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perubahan di bidang ekonomi, sosial dan politik dalam era reformasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas layanan terhadap masyarakat luas. Sebagai organisasi nirlaba, lembaga pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan layanan tersebut di masa yang akan datang (Nabila 2014).

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran.

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOGIRI DAN KABUPATEN KARANGANYAR DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB 1 PENDAHULUAN. No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara. Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyebabkan perubahan mendasar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Namun karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan,

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Peraturan dan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Keuangan Daerah

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32. berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. oleh rakyat (Halim dan Mujib 2009, 25). Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB 1. Pendahuluan A. LATAR BELAKANG. Reformasi pada pemerintahan Indonesia mengakibatkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB I PENDAHULUAN. pusat agar pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya sendiri

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PERBANDINGAN KINERJA KUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM OTONOMI DAERAH PADA KABUPATEN SUKOHARJO DAN KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi otonomi daerah merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Otonomi. daerah merupakan suatu langkah awal menuju pembangunan ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perubahan dalam penerapan standar akuntansi. akuntansi pemerintah menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah daerah sepenuhnya dilaksanakan oleh daerah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. penunjang dari terwujudnya pembangunan nasional. Sejak tanggal 1 Januari 2001

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DALAM MENDUKUNG PELAKASANAAN OTONOMI DAERAH

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan-tujuan. Kinerja terbagi dua jenis yaitu kinerja tugas merupakan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA SURAKARTA. ( Studi Kasus pada PEMKOT Surakarta Tahun )

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN KOTA DEPOK TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perkembangan teknologi dan otonomi daerah menuntut

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pusat untuk mengatur pemerintahannnya sendiri. Kewenangan pemerintah daerah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Pemerintah merupakan organisasi yang diberikan wewenang untuk mengatur kepentingan masyarakat umum serta lembaga pemerintah dibuat untuk menjalankan aktivitas pelayanan kepada masyarakat. Sebagai organisasi yang tidak untuk mengejar keuntungan, lembaga pemerintah memiliki tujuan untuk memberikan layanan kepada masyarakat dan terus meningkatkan pelayanan tersebut dimasa yang akan datang. Masa setelah terjadinya reformasi merupakan awal mulanya memasuki era baru bagi pengelolaan daerah di tingkat provinsi maupun kabupaten. Hal itu terlihat dari setelah diterbitkannya Undang-Undang No 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah. Dalam perkembangannya Undang-Undang No 22 Tahun 1999 tersebut mengalami beberapa kali perubahan dimulai menjadi Undang- Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah kemudian yang terbaru menjadi Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah. Berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah pasal 5 ayat 4 dijelaskan bahwa penyelenggaraan urusan di pemerintah daerah dilaksanakan berdasarkan asas Desentralisasi, asas Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan (Publika). Dalam penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah 1

2 daerah bisa mengatur secara mandiri tanpa ada tekanan dari pemerintah pusat terkecuali ada beberapa hal yang masih diatur pula oleh pemerintah pusat. Adanya otonomi daerah ini, dapat memberikan kemudahan bagi pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat serta pembangunan bagi daerah sendiri. Namun setiap pemerintah daerah wajib bertanggung jawab atas kegiatan yang telah dikerjakan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut telah diatur dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pasal 320 ayat 1 yang menyatakan bahwa Kepala daerah menyampaikan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kepada DPRD dengan dilampiri laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir (Publika,2018). Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintah, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam melaksanakan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan (Wahyu, 2015): 1. Akuntabilitas

3 2. Manajemen 3. Transparansi 4. Keseimbangan Antar Generasi 5. Evaluasi Kerja Sebagai bukti tanda komitmen pemerintah dalam upaya merealisasikan laporan keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip akuntabilitas, transparansi, efektif, dan efisien terlihat dengan jelas dengan adanya upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam penyempurnakan peraturan yang mengatur dalam pembuatan laporan keuangan. Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah merupakan Peraturan Pemerintah tentang standar akuntansi pemerintah pertama yang diterbitkan oleh pemerintah. Peraturan ini membahas mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang menggunakan basis kas menuju akrual. Penerapan Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005 masih bersifat sementara sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Pasal 36 ayat (1) yang menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang No 17 Tahun 2003 pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis kas dilaksakan selambat-lambatnya dalam 5 tahun sehingga Peraturan Pemerintah No 24 tahun 2005 ini setelah 5 tahun diberlakukan perlu untuk diperbaharui. Maka dari itu diterbitkanlah Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Berdasarkan Pemendagri No 64 Tahun 2013 pemerintah daerah

4 wajib menerapkan Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 selambat-lambatnya 5 tahun setelah diterbitkannya Peraturan Pemerintah No 71 yaitu tahun 2015 merupakan batas akhir persiapan pemerintah daerah dalam menerapkan SAP baru. Penilaian kinerja terhadap lembaga atau organisasi tidak hanya dilakukan kepada lembaga atau organisasi yang berorientasi profit, tetapi perlu juga dilakukan terhadap lembaga atau organisasi yang berorientasi non profit seperti halnya pada pemerintahan. Dalam penilaian kinerja pada lembaga yang berorientasi pada profit dilakukan untuk melihat seberapa besar profit yang diperoleh, namun jika pada pemerintahan penilaian kinerja dilakukan bertujuan untuk melihat sejauh mana pemerintah menjalankan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat melalui laporan keuangan yang dibuat oleh pemerintah. Pemda diwajibkan untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah Pemda berhasil menjalankan tugasnya atau tidak. Salah satu alat untuk menganalisa kinerja Pemda dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan merupakan kegiatan untuk menginterpretasikan angka-angka dalam laporan keuangan dalam rangka menilai kinerja keuangan yang hasil dari analisis tersebut akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, sosial, atau politik (Mahmudi, 2016:89). Analisis laporan keuangan merupakan analisis yang dilakukan terhadap laporan keuangan menggunakan teknik analisis tertentu untuk memahami masalah dan peluang

5 yang terdapat dalam laporan keuangan yang berguna sekali dalam proses pengambilan keputusan. Salah satu teknik yang paling banyak digunakan untuk menganalisis laporan keuangan adalah analisis rasio keuangan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya. Analisis rasio keuangan merupakan perbandingan antara dua angka atau lebih yang datanya diambil dari elemen laporan keuangan (Mahmudi, 2016:90). Hasil analisis rasio ini selanjutnya digunakan untuk tolak ukur dalam menilai dan mengukur (Halim, 2007): 1. Kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah; 2. Efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah; 3. Sejauh mana aktivitas pemda dalam membelanjakan pendapatan daerahnya 4. Pertumbuhan/perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Penggunanaan analisis laporan keuangan menggunakan analisis rasio merupakan hal yang sudah lazim dilakukan pada perusahaan. Hal ini dikarenakan hasil laporan keuangan ini banyak dimanfaatkan oleh investor sehingga sering digunakan. Berbeda dengan penggunaan pada pemerintah daerah, analisis laporan keuangan masih jarang digunakan terutama oleh masyarakat. Analisis laporan keuangan pada pemerintah daerah lebih sering digunakan untuk evaluasi kerja oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Namun pada dasarnya manfaat

6 dari dilakukannya analisis laporan keuangan juga dapat dirasakan oleh masyarakat yaitu untuk mengetahui hasil kerja pemerintah daerahnya. Penggunaan analisis laporan keuangan tersebut dapat dilakukan di setiap daerah termasuk dilakukan di Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta. Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu bagian dari Pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Beberapa tahun belakangan Kabupaten Purwakarta menjadi pemerintah daerah yang cukup terkenal di Indonesia. Hal ini merupakan dampak dari berbagai program dari Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta yang di pimpin oleh Bapak Dedi Mulyadi sebagai Bupati Kabupaten Purwakarta. Pembangunan merupakan salah satu dari sekian program Pemerintah Kabupaten Purwakarta yang mendapat perhatian dari masyarakat Indonesia terutama oleh masyarakat Kabupaten Purwakarta itu sendiri. Dapat terlihat dari berbagai pembangunan yang terus dilakukan oleh Bupati seperti pembenahan jalan raya, pembuatan berbagai taman kota, dan yang paling mendapat perhatian adalah pembangunan Air Mancur terbesar Se-Asia Tenggara yang semakin mendapat perhatian dari masyarakat. Tentu hal ini menjadi sebuah perhatian besar dimana Kabupaten Purwakarta semakin mempercantik daerahnya. Pujian pun dilontarkan oleh Ketua MPR RI Zulkifli Hasan. Ia mengapresiasi program Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, yang membangun mulai dari desa, membangun hak dasar publik seperti pendidikan, kesehatan, dan lai-lain, juga hak-hak lain seperti hak menikmati alam, lingkungan yang bagus agar masyarakat menikmati sarana dan prasarana secara gratis tanpa membayar (Tempo.co, 2017). Namun dibalik semua itu, Pemerintah Daerah Kabupaten

7 Purwakarta ternyata masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta, antara lain: Masalah Pertama, keterbukaan Pemerintah Daerah kepada masyarakat masih terasa kurang. Hal ini terlihat dari tidak adanya laporan keuangan yang disampaikan secara terbuka kepada masyarakat seperti di sebar melalui Website yang dimiliki oleh Kabupaten Purwakarta. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang ada dalam PP No 56 Tahun 2005 Tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah Pasal 13 yang menyatakan penyajian informasi keuangan daerah melalui situs resmi pemerintah daerah (Pengelola, 2015). Akibatnya, masyarakat hanya tahu sudah adanya perubahan Kabupaten Purwakarta dari segi pembangunan fisik, tapi masyarakat kurang tahu mengenai bagaimana kinerja keuangan dari Pemerintah Kabupaten Purwakarta. Masalah Kedua, ketergantungannya Pemerintah Kabupaten Purwakarta dari subsidi pemerintah pusat dan provinsi yang tercermin dari besarnya dana bantuan dari pemerintah pusat dan provinsi. Table 1.1 PAD dan Bantuan dari Pusat dan Provinsi Tahun PAD Kab. Purwakarta Bantuan dari Pusat Persentase dan Provinsi 2014 293,833,261,345 1,305,469,760,136 23% 2015 331,073,426,247 1,428,283,185,494 23% 2016 341,116,103,330. 1,542,417,835,939 22% Sumber: LRA Kabupaten Purwakarta (diolah)

8 Masalah ketiga, selama tahun 2014-2016 efektivitas PAD kabupaten Purwakarta berada pada tingkat yang tidak efektif serta selalu mengalami penurunan. Table 1.2 Efektivitas PAD Kabupaten Purwakarta Tahun Target Realisasi PAD Persentase Nilai 2014 459,349,229,156 293,833,261,345 63.97% Tidak Efektiv 2015 653,055,854,831 331,073,426,247 50.70% Tidak Efektiv 2016 785,634,387,261 341,116,103,330 43,42% Tidak Efektiv Sumber: LRA Kabupaten Purwakarta (diolah) Masalah yang terkahir adalah penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Purwakarta untuk belanja modal selama tiga tahun ke belakang terus mengalami penurunan. Table 1.3 Belanja Modal dan Total Belanja Kabupaten Purwakarta Tahun Belanja Modal Total Belanja Persentase 2014 330,239,453,173 1,541,016,179,823 21.4% 2015 357,890,382,874 1,803,281,187,378 19.8% 2016 284,796,124,018.00 1,558,091,339,574.00 18.3% Sumber: LRA Kabupaten Purwakarta (diolah) Masalah yang ditemukan oleh peneliti dalam skripsi ini hanya berkaitan dengan permasalahan keuangan yang dapat terlihat dari laporan keuangan yang sudah dibuat oleh pemerintah daerah. Maka dari itu peneliti merasa untuk melakukan

9 penelituan dengan judul Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta Tahun Anggaran 2014-2016. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi adalah terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta, antara lain: 1. Keterbukaan Pemerintah Daerah kepada masyarakat masih terasa kurang. Hal ini terlihat dari tidak adanya laporan keuangan yang disampaikan secara terbuka kepada masyarakat seperti di sebar melalui Website yang dimiliki oleh Kabupaten Purwakarta. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang ada dalam PP No 56 Tahun 2005 Tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah Pasal 13 yang menyatakan penyajian informasi keuangan daerah melalui situs resmi pemerintah daerah. Akibat dari itu, yang masyarakat tahu hanya sudah adanya perubahan Kabupaten Purwakarta dari segi fisik, tapi masyarakat kurang tahu mengenai bagaimana kinerja keuangan dari pemerintah Kabupaten Purwakarta. 2. Rendahnya kemampuan Pemerintah Daerah untuk menggali potensipotensi sumber PAD yang tercermin dari rendahnya PAD dari total pendapatan daerah. 3. Tidak efektivnya penerimaan PAD.

10 4. Penggunaan pendapatan untuk belanja modal masih relative kecil dibandingkan dengan belanja yang lainnya serta mengalami penurunan dalam kurun waktu 3 tahun kebelakang. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengambil rumusan masalah seperti berikut: 1. Bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Purwakarta tahun 2014-2016 berdasarkan Rasio Kemandirian PAD? 2. Bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Purwakarta tahun 2014-2016 berdasarkan Rasio Efektivitas PAD? 3. Bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Purwakarta tahun 2014-2016 berdasarkan Rasio Efisiensi Keuangan Daerah? 4. Bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Purwakarta tahun 2014-2016 berdasarkan Rasio Keserasian? 5. Bagaimana Pertumbuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Purwakarta pada Tahun Anggaran 2014-2016? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Purwakarta selama Tahun 2014-2016 berdasarkan Rasio Kemandirian PAD.

11 2. Untuk mengetahui kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Purwakarta selama Tahun 2014-2016 berdasarkan Rasio Efektifitas PAD. 3. Untuk mengetahui kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Purwakarta selama Tahun 2014-2016 berdasarkan Rasio Efisiensi Keuangan Daerah. 4. Untuk mengetahui kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Purwakarta selama Tahun 2014-2016 berdasarkan Rasio Keserasian. 5. Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Purwakarta selama Tahun Anggaran 2014-2016. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi sebagai acuan dalam menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah berdasarkan hasil perhitungan Analisis Laporan Keuangan menggunakan analisis Rasio Keuangan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada masyarakat mengenai laporan pertanggungjawaban APBD yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta. b. Bagi Akademis

12 Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dan menjadi acuan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Keuangan Sektor Publik. c. Bagi Penulis Penelitian ini dapat membantu penulis untuk memenuhi tugas akhir dan memberikan pengetahuan bagaimana cara menghitung analisis laporan keuangan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sehingga penulis dapat mengetahui bagaimana kinerja Pemerintah Kabupaten Purwakarta dalam mengelola keuangan daerah dari tahun ke tahun. F. Kerangka Pemikiran Laporan Keuangan merupakan laporan yang dibuat sebagai bentuk pertanggungjawaban atas setiap kegiataan yang telah dilaksanakan selama satu periode tertentu. Analisis laporan keuangan merupakan kegiatan untuk menginterpretasikan angka-angka dalam laporan keuangan dalam rangka menilai kinerja keuangan yang hasil dari analisis tersebut akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, sosial, atau politik (Mahmudi, 2016:89). Menganalisis laporan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menilai kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Purwakarta dalam waktu tertentu. Analisis Laporan Keuangan memerlukan teknik tertentu agar kegiatan analisis tersebut bermanfaat bagi para pengambil keputusan. Terdapat beberapa teknik analisis laporan keuangan, antara lain (Mahmudi, 2016:90): a. Analisis Varians

13 b. Analisis Rasio c. Analisis Pertumbuhan d. Analisis Regresi e. Analisis Prediksi Salah satu teknik analisis laporan keuangan yang paling sering digunakan adalah analisis rasio keuangan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya. Analisis rasio tersebut dapat dijadikan tolak ukur bagaimana kinerja keuangan pemerintah daerah. Hasil analisis rasio ini selanjutnya digunakan untuk tolak ukur dalam menilai dan mengukur (Halim, 2007): 1. Kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah; 2. Efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah; 3. Sejauh mana aktivitas pemda dalam membelanjakan pendapatan daerahnya; 4. Pertumbuhan/perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Dalam penelitian ini, ada lima macam rasio yang digunakan oleh peneliti dalam untuk menilai kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta. Diantaranya adalah: 1. Rasio Kemandirian PAD 2. Rasio Efektivitas PAD 3. Rasio Efisiensi PAD

14 4. Rasio Keserasian 5. Rasio Pertumbuhan Dengan menggunakan beberapa analisis rasio keuangan tersebut maka dapat terlihat bagaimana kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta tahun anggaran 2014-2016. Gambar 1 Kerangka Pemikiran Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta Analisis Laporan Keuangan Realisasi APBD Kabupaten Purwakarta Rasio Kemandirian Rasio Efisiensi PAD Rasio Efektivitas PAD Rasio Keserasian Rasio Pertumbuhan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta Sumber: (Mahmudi, 2016)