BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penerimaan Pajak Tahun 2001 s.d 2008 (dalam miliar rupiah)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengabdian terhadap negara yang timbal baliknya tidak bisa dirasakan secara

BAB I PENDAHULUAN. dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dari penerimaan dalam negeri maupun penerimaan luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sistem administrasi perpajakan dengan sistem self assessment, diharapkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk kelangsungan sistem pemerintahan suatu negara. Pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber pendapatan utama negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana

BAB I PENDAHULUAN. umum (Soemitro dalam Mardiasmo, 2011:1). Untuk itu pemerintah melalui

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber : Perhitungan Anggaran Negara & Nota RAPBN, diolah

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dari sektor pajak. Potensi penerimaan yang tinggi dan realisasinya

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan oleh setiap warga negara yaitu dengan membayar pajak. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Roda pembangunan nasional dapat terus bergerak dan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Belanja negara(apbn) berasal dari sektor pajak, maka tidak dapat dipungkiri bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan dominan dalam pos penerimaan negara (Suryadi,2006).

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber utama penerimaan pemerintah di beberapa negara pada

BAB I. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Pemasukan dari pajak diharapkan terus meningkat salah satunya dengan membuat

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Telah terjadi kenaikan tax ratio yang cukup besar. 14,8 trilyun, tahun 2000 sebesar Rp.16,9 trilyun.

BAB I PENDAHULUAN. oleh penerimaan negara yang bersumber dari pajak. Pajak dipungut oleh negara baik

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki anggaran. pendapatan bertumpu pada sektor perpajakan. Kementerian Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, oleh karena itu negara menempatkan perpajakan sebagai perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Konstribusi pajak yang terus mengalami peningkatan pada

BAB I PENDAHULUAN. pajak sebesar 70% terhadap total penerimaan negara. Kontribusi tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah salah satu negara yang sedang. peningkatan taraf hidup yang lebih baik untuk perkembangan negara juga

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. baik yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak (WP) maupun belum, di dalam lingkup

BAB I PENDAHULUAN. Kasus korupsi seperti kasus Gayus Tambunan, Dhana Widyatmika, dan yang baru-baru

BAB I PENDAHULUAN. mengatur laju inflasi, mengatur alokasi sumber-sumber ekonomi, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 16 tahun 2009 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB I PENDAHULUAN. mengamankan penerimaan anggaran negara dalam APBN setiap tahun. Sekitar 75

BAB I PENDAHULUAN. Rutin dan Pengeluaran Pembangunan. Dalam Negeri dan Hibah. Penerimaan Dalam Negeri terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Pajak bertujuan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya. Perubahan sistem pemungutan pajak ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem pemungutan pajak. Sistem pemungutan pajak di Indonesia. membayar, serta melaporkan pajaknya dengan menggunakan Surat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

SE - 96/PJ/2010 PERUBAHAN TARGET RASIO KEPATUHANPENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PADA TAHU

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kewajiban kenegaraan dalam rangka kegotong-royongan nasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 27/PJ/2011 TENTANG PENGAWASAN PEMBAYARAN MASA TAHUN 2011 DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah. masyarakat Indonesia, karena berdasarkan tax ratio Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Besar kecilnya pajak akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam penerimaan negara. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap. Tabel 1. 1

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Pengertian pajak adalah iuran kepada kas negara

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari pajak juga perlu ditingkatkan karena pajak merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia, menjadikan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. paling populer bagi negara. Hal ini terjadi akibat pengaruh pergeseran penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber migas dan non migas. Optimalisasi penerimaan pajak dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Kepatuhan Wajib Pajak merupakan faktor utama dalam mempengaruhi realisasi

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembangunan negara (Soemitro dalam Handayani dan Supadmi, 2012). Salah

I. PENDAHULUAN. menerus dalam rangka menjamin pembangunan nasional yang berkesinambungan.

Abstrak. Kata Kunci: administrasi perpajakan, kesadaran, kepatuhan, Wajib Pajak.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia saat ini bersumber dari dalam negeri yaitu pajak. yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan membutuhkan peningkatan dalam penerimaan pajak. pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara.

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan baik secara nominal maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pajak dari waktu ke waktu semakin menjadi andalan penerimaan negara.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan komponen penerimaan negara yang utama dalam APBN. Lebih dari 70% dari total penerimaan dalam APBN, merupakan penerimaan dari sektor pajak. Tabel 1.1 dibawah ini, menyajikan penerimaan pajak secara nasional dan kontribusinya terhadap PDB. Tabel 1.1 Penerimaan Pajak Tahun 2001 s.d 2008 (dalam miliar rupiah) Tahun Anggaran Jumlah PDB Rasio 2001 185.540,9 1.684.280,0 11,0 2002 210.087,5 1.863.275,0 11,3 2003 242.048,2 2.045.853,0 11,8 2004 280.558,8 2.303.031,0 12,2 2005 347.031,2 2.784.960,4 12,5 2006 409.203,0 3.338.195,7 12,3 2007 492.010,9 3.761.412,2 13,1 2008 591.978,4 4.306.607,5 13,7 Sumber : Data Pokok APBN-P 2007 dan APBN 2008, Departemen Keuangan Negara dalam menjaga eksistensi dan fungsinya tentulah memerlukan dana. Dana tersebut antara lain berasal dari pajak, sumber daya alam, bagian laba BUMN, hibah dan lain sebagainya. Pemerintah bahkan telah bertekad menjadikan pajak sebagai tulang punggung dan pilar utama penerimaan negara. Seiring dengan kondisi tersebut, tentunya diperlukan kinerja yang tinggi dari otoritas perpajakan, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Salah satu tolak ukur dari kinerja DJP adalah pencapaian penerimaan pajak dari target yang telah ditetapkan sebelumnya. Ironisnya, hingga saat ini kinerja DJP dinilai belum berhasil menaikan tax ratio dari angka sekitar 13%. Padahal tax ratio merupakan tolak ukur kemampuan pemerintah dalam mengumpulkan pendapatan pajak atau menyerap kembali PDB dari dari masyarakat dalam bentuk pajak. Idealnya tax ratio negara berkembang 20% dan negara maju di atas 30% (Gunadi, 2008). Berdasarkan data penerimaan pajak yang bersumber dari Bahan Rapat Pimpinan Direktorat Jenderal Pajak di Jakarta tanggal 22 23 Oktober 2008, 1

2 diketahui pencapaian target penerimaan pajak per Kantor Wilayah (Kanwil) DJP se-pulau Jawa Periode 1 Januari 30 September 2008 tidak semuanya merata. Kantor Wilayah DJP merupakan organisasi setingkat eselon II yang membawahi sejumlah Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama). Tingkat pencapaian target penerimaan pajak tersebut berkisar 86,77% sampai dengan 106,49%. Tabel 1.2 Pencapaian Target Penerimaan Pajak Per Kantor Wilayah DJP Periode 1 Januari - 30 September 2008 (dalam miliar rupiah) No. Nama Kanwil Rencana 2008 Rencana s/d September Realisasi s/d September 2008 % Realisasi thd rencana 2008 Jumlah Persentase (%) 2008 1 Jakarta Selatan 18.845,20 13.845,08 14.743,73 106,49 78,24 2 Jakarta Pusat 20.295,34 14.330,83 15.171,64 105,87 74,75 3 Jakarta Barat 9.185,39 6.736,26 6.922,20 102,76 75,36 4 D I Y 1.523,62 997,33 1.001,69 100,44 65,74 5 Jawa Tengah I 5.954,69 4.201,32 4.196,12 99,88 70,47 6 Jawa Barat II 13.688,27 10.053,06 9.964,42 99,12 72,8 7 Jakarta Timur 8.549,65 6.081,30 5.848,72 96,18 68,41 8 Jakarta Utara 8.570,79 6.435,03 6.175,28 95,96 72,05 9 Banten 8.547,90 6.637,84 6.318,38 95,19 73,92 10 Jawa Timur II 6.091,39 4.367,65 4.139,02 94,77 67,95 11 Jawa Barat I 9.182,52 6.458,22 6.114,34 94,68 66,59 12 Jawa Tengah II 3.139,67 2.203,79 2.066,99 93,79 65,83 13 Jawa Timur III 5.447,54 3.890,54 3.469,51 89,18 63,69 14 Jawa Timur I 9.333,25 6.896,10 5.983,72 86,77 64,11 Sumber : Rapat Pimpinan Direktorat Jenderal Pajak Jakarta, 22-23 Oktober 2008 Dari sisi kepatuhan penyampain Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh) tahun 2001 s/d 2007, juga belum menggembirakan. Ada sejumlah Kanwil yang tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh-nya masih tergolong rendah, masih dibawah persentase secara nasional. Persentase yang dicapai oleh masing-masing Kanwil merupakan gambaran dan mencerminkan dari sejumlah KPP Pratama yang berada dilingkungan/wilayah kerjanya. Tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.3.

3 Tabel 1.3 Rasio Penyampaian SPT Tahunan PPh Terhadap WP Efektif Tahun Pajak 2001 s.d 2007 No. KANWIL DJP TAHUN 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 1 D I Y 51,60% 48,05% 53,75% 57,51% 56,94% 58,08% 63,89% 2 Jawa Tengah II 51,42% 47,47% 53,71% 55,42% 57,00% 59,15% 61,92% 3 Jawa Timur I 45,30% 47,09% 49,00% 51,51% 52,73% 54,05% 56,11% 4 Jawa Tengah I 45,18% 39,80% 55,80% 56,73% 58,26% 61,45% 63,87% 5 Jawa Timur II 42,61% 43,58% 49,19% 47,77% 46,76% 47,22% 32,49% 6 Jakarta Pusat 41,43% 38,42% 34,92% 38,03% 41,10% 34,94% 38,49% 7 Jawa Timur III 38,28% 44,34% 38,43% 45,63% 44,98% 45,73% 35,94% 8 Jakarta Barat 36,66% 28,59% 37,40% 39,90% 39,72% 40,53% 42,25% 9 Jawa Barat II 35,77% 47,74% 34,08% 32,41% 35,34% 37,34% 25,07% 10 Jakarta Timur 32,23% 36,78% 29,68% 30,67% 30,78% 31,83% 33,52% 11 Jakarta Utara 31,03% 34,44% 32,95% 33,91% 34,67% 35,07% 35,95% 12 Banten 30,80% 31,47% 34,77% 33,91% 34,59% 35,43% 30,27% 13 Jawa Barat I 30,49% 34,02% 35,94% 43,71% 37,49% 39,84% 39,42% 14 Jakarta Selatan 29,19% 26,81% 28,34% 29,36% 29,53% 30,01% 32,20% NASIONAL 32,99% 36,15% 34,38% 37,11% 37,38% 38,98% 38,03% Sumber: Aplikasi-Portal DJP-Data Unit Kerja & Bahan Rapim Kanwil/KPP Juli 2008 Bertolak dari paparan di atas, dapat dilihat bahwa secara umum unit instansi vertikal DJP dalam hal ini adalah KPP Pratama sebagai wajah dan garda terdepan belum menciptakan kinerja yang tinggi. Berbagai upaya dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak sebagai salah satu tolak ukur kinerja DJP terus dilakukan, diantaranya adalah memperbaiki sistem perpajakan dalam rangka meningkatkan kinerja. Untuk memperbaiki sistem perpajakan, pemerintah menerapkan Sistem Administrasi Perpajakan Modern (SAPM) yang telah dilaksanakan sejak tahun 2002. Penerapan SAPM ditandai dengan pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Besar (Large Taxpayer Office), Kantor Pelayanan Pajak Madya (Medium Taxpayer Office) dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama (Small Taxpayer Office) yang selanjutnya disingkat KPP Pratama. Konsep modernisasi administrasi perpajakan pada prinsipnya adalah merupakan perubahan pada sistem administrasi perpajakan yang dapat mengubah pola pikir dan perilaku aparat serta tata nilai organisasi, sehingga dapat menjadikan DJP menjadi suatu institusi yang

4 profesional dengan citra yang baik di masyarakat. Dengan demikian, analisis terhadap kinerja organisasi pajak sangat relevan untuk dikaji. Dalam penelitian ini, pengukuran kinerja kantor pajak difokuskan pada Kantor-Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang berada di Pulau Jawa yang telah menerapkan sistem administrasi perpajakan modern sejak tahun 2007 dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Pemilihan Kantor-Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang berada di Pulau Jawa sebagai fokus analisis berdasarkan pertimbangan bahwa dari seluruh penerimaan pajak KPP Pratama se-indonesia yang berjumlah 299 KPP, penerimaan pajak KPP Pratama di Pulau Jawa yang berjumlah 157 KPP memiliki kontribusi penerimaan pajak yang cukup tinggi yaitu sekitar 66%. DEA merupakan metodologi non-parametrik yang didasarkan pada linear programming yang berbasis pada pengukuran tingkat performance suatu efisiensi dari suatu organisasi dengan menggunakan Dicision Making Unit (DMU). Aplikasi Model DEA telah dipakai sebagai pengukuran pada berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan berbagai kegiatan operasional (Cooper, Seiford dan Tone, 2000). Penggunaan model DEA dapat diterapkan untuk menganalisis KPP Pratama secara keseluruhan, karena KPP Pratama dapat diperlakukan sebagai DMU. Pada intinya, metode ini adalah untuk melihat kinerja efisiensi dari sebuah DMU, baik itu sebuah bank, cabang bank, rumah sakit, perusahaan, dan lain sebagaianya. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, KPP Pratama merupakan intansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah. 1.2 Perumusan Masalah Perubahan administrasi kantor pajak yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2002 merupakan salah satu agenda perubahan sistem pajak. Menurut Husein (2008), sasaran perubahan administrasi adalah terjadinya perbaikan kinerja, baik untuk penerimaan pajak maupun pelayanan kepada wajib pajak.

5 Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah : Bagaimana tingkat kinerja masing-masing KPP Pratama di Pulau Jawa? Faktor dominan apa yang berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja KPP Pratama? Bagaimana cara melakukan perbaikan terhadap KPP Pratama yang kinerjanya rendah? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : Mengukur tingkat kinerja KPP Pratama di Pulau Jawa. Mengidentifikasi faktor paling dominan dan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja KPP Pratama dari seluruh variabel input yang digunakan. Melakukan analisis perbaikan untuk pencapaian kinerja KPP Pratama di Pulau Jawa berdasarkan faktor-faktor penyebabnya. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Wajib Pajak, ilmu pengetahuan serta instansi pemerintah yang berwenang dalam menentukan kebijakan publik, yaitu : Bagi Wajib Pajak, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pemikiran betapa pentingnya peran Wajib Pajak dalam pencapaian penerimaan negara dari sektor pajak. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, diharapkan dapat melengkapi literatur dan memberikan kajian teoritis, khususnya yang terkait dengan kinerja kantor pajak dan diskusi akademis yang berkaitan dengan kebijakan publik. Bagi instansi pemerintah yang berwenang khususnya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Departemen Keuangan, diiharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk merumuskan kebijakan di bidang perpajakan.

6 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Agar pembahasan dalam tesis ini lebih fokus pada permasalahan, maka perlu dilakukan pembatasan masalah yaitu: Penelitian ini hanya dibatasi pada KPP Pratama yang berada di Pulau Jawa yang berjumlah 157 KPP. Hal yang menjadi pertimbangan adalah bahwa dari seluruh penerimaan pajak KPP Pratama se-indonesia yang berjumlah 299 KPP, kontribusi penerimaan pajak KPP Pratama di Pulau Jawa cukup tinggi, yaitu sekitar 66%. Daftar KPP Pratama di Pulau Jawa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahun 2008, sehingga memungkinkan adanya perbedaan hasil analisis jika data yang digunakan pun berbeda. Analisis yang dihasilkan dengan DEA, hanya terbatas pada data input dan output yang dipilih. Pemilihan input dan output yang digunakan dalam penelitian ini telah memperhatikan beberapa pedoman dalam pemilihan variabel input dan output. Kondisi ini memungkinkan adanya perbedaan hasil penghitungan jika input dan output yang digunakan berbeda. Tingkat efisiensi yang dihasilkan bersifat relatif terhadap KPP Pratama yang dianalisis. Jadi tidak dapat dibandingkan dengan KPP Pratama lain yang tidak dianalisis (tidak masuk dalam sampel/objek penelitian). Hal ini didasarkan bahwa konsep dasar metode DEA adalah untuk mengukur kinerja relatif dari sekumpulan Dicision Making Unit (DMU) yang menggunakan beragam input identik untuk menghasilkan beragam output identik. Analisis yang dilakukan hanya terbatas pada asumsi yang digunakan dalam penelitian ini. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk menciptakan kerangka pemaparan yang komprehensif dan berkesinambungan perlu disusun sistematika penulisan yang sistematis. Adapun sistematika penulisan tesis ini dapat disajikan sebagai berikut :

7 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dikemukakan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2 TINJAUAN LITERATUR Pada bab ini akan dikemukakan literatur dan teori-teori tentang DEA dan penelitian atau kajian terdahulu. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan beberapa hal antara lain metode penelitian yang digunakan, objek penelitian, teknik pengumpulan data, data penelitian, pemilihan variabel penelitian, alat bantu analisis, desain penelitian dan kerangka berfikir. BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan gambaran umum tentang KPP Pratama, uji kecukupan sampel, uji kelayakan variable, pengujian variabel input dan ouput, hasil pengukuran dengan DEA dan analisisnya, penyebab inefisiensi pada KPP Pratama, análisis lebih lanjut hasil penghitungan DEA menggunakan analisis sensitivitas dan regresi dengan Standardized coefficient, potensi perbaikan terhadap KPP Pratama inefisien, dan kelemahan penelitian. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan disajikan beberapa kesimpulan pokok dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta beberapa rekomendasi/saran-saran yang dapat diberikan dalam rangka merumuskan suatu kebijakan dan penelitian lebih lanjut.