BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI ARISAN DESA WARU KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG. A. Tinjauan Umum Tentang Pelaksanaan Arisan di Desa Waru

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PRAKTIK ARISAN BERSYARAT DI DUSUN WATUKARAS DESA JENGGRIK KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manusia yang bermasyarakat, pastinya manusia itu butuh dengan

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala. di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Mardana. 2013).

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

BAB III PRAKTIK KASUS PEMANFAATAN JAMINAN UTANG PIUTANG YANG DI MANFAATKAN PIUTANG DI DESA KENANTEN KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Arisan adalah kelompok orang yang mengumpul uang secara teratur

WAWANCARA Petani: Bapak Ahli

BAB III PRAKTEK GANTI RUGI DALAM JUAL BELI PADI TEBASAN DI DESA BRANGSONG KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB III PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

Warga Kalijodo Keluhkan Lambatnya Proses Pemindahan. Ke Rusunawa Marunda

BAB III PRAKTEK UTANG PIUTANG DI DESA KENTENG KEC.TOROH KAB. GROBOGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adanya kesesuaian antara realita sosial dengan data yang ada, maka perlu adanya

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

PEDOMAN WAWANCARA WAWANCARA DENGAN KEPALA DESA

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading

BAB IV ANALISIS MINIMNYA TINGKAT PEMAHAMAN MASYARAKAT DESA WELIRANG TERHADAP PRODUK-PRODUK PERBANKAN SYARIAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN BANK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok tani yang ada dan akan kembali lagi untuk petani maka akan banyak

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA. Judul : Pola Ketergantungan Petani Penyewa terhadap Pemilik Tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakag Allah Swt. Telah menjadikan manusia masing-masing saling membutuhkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian kredit telah diatur dalam undang-undang yang berlaku di Indonesia

BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO. 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro

BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB III PELAKSANAAN SEWA MENYEWA RUKO DI DESA KUWASEN KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Praktik Denda bagi Pihak Penggadai Sawah oleh Penerima Gadai di Desa

BAB III ARISAN BERSYARAT DI PERUMAHAN GATOEL MOJOKERTO

P = S D = S SdT = S (1 dt )

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman ke arah globalisasi, makin sering pula

BAB III PERBANDINGAN GADAI GANTUNG SAWAH DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM ADAT

BAB III PRAKTIK GADAI KTP DI KELURAHAN SIMOLAWANG KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

BAB III PRAKTIK BAGI HASIL PENGOLAAN LAHAN TAMBAK DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBATALAN AKAD TRADE IN OLEH KONSUMEN DI CV. TANADI CABANG KAPAS MADYA SURABAYA

BAB IV PRAKTIK JUAL BELI INTAN DENGAN PERANTARA DI PASAR INTAN MARTAPURA KABUPATEN BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. maka Pemerintah Kota Metro sejak tahun 2010 telah mencanangkan Program

BAB VI SISTEM LANGGAN DAN PERUBAHANNYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pemasaran Produk Si Sidik KSPPS BMT BUS Pada Cabang Semarang Kota. Sebagai Lembaga Keuangan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

SOAL : KASUS POSISI :

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil pembahasan penelitian bab sebelumnya, maka peneliti dapat. menyimpulkan :

BAB III TRANSAKSI SEWA JASA ANJING PEMBASMI HAMA TIKUS DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL

BAB III MAJALENGKA. terdapat beberapa bukit, parit dan sungai. Desa Cieurih ini. berbatasan dengan desa-desa sebagai berikut:

BAB IV PEMBAHASAN. ( Data Jumlah Pembiayaan kantor cabang Gunungpati II tahun )

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

: AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdassarkan sebaran kuisioner terhadap 72 responden RTS-PM (Rumah Tangga

BAB V PENUTUP. Dari hasil pembahasan penelitian pada bab-bab sebelumnya, maka. penelitidapat menyimpulkan beberapa hal antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi

Pelatihan Literasi Keuangan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

DAFTAR PERTANYAAN MUQRIDH (PEMBERI PINJAMAN)

Baru dapat 1,5 kilogram kotor, kata Tarsin dalam bahasa Jawa, akhir Maret lalu.

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

BAB III PRAKTIK JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

PEMBAHASAN. Gambaran Objek Penelitian

BAB III DATA TENTANG GAMBARAN UMUM PRAKTIK JUAL BELI BAWANG MERAH KELILING DI KECAMATAN BABADAN

EFEKTIVITAS KELOMPOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melihat tentang penguatan modal sosial untuk pengembangan mafkah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. secara purposive sampling. Dalam analisa data ini peneliti menggunakan label

BAB III HASIL PENELITIAN. mudah dijangkau, karena berada dekat keramaian Kota. Akses jalan utama

BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

Pidato Sambutan Pencanangan Gerakan Indonesia Menabung dan Peluncuran Produk TabunganKu Jakarta, 20 Februari 2010 Pjs Gubernur Bank Indonesia

BAB III PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG UANG DENGAN PELUNASAN BARANG DI DESA KEDUNGRINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN

BAB VIII PENUTUP. I dan desa Muara II. Desa Muara I masuk kedalam areal kawasan kabupaten

BAB III TRADISI METRAEH DAN NYALENEH DALAM MASA PERTUNANGAN DI DESA GILI TIMUR KECAMATAN KAMAL KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usaha tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat. yang setia dan menguntungkan pihak bank. Dengan demikian, pihak bank

SIMPANAN BAGI HASIL DI BANK

BAB III PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA DI DESA MERGOSARI KAB. TUBAN

Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat.

BAB III PRAKTIK TEBUSAN GADAI TANAH SAWAH YANG DIKURS DENGAN REPES DI DESA BANGSAH

PERJANJIAN KERJASAMA PEMBELIAN LAHAN (BERTAHAP)

BAB III TRANSAKSI UTANG PINTALAN DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

I. PENDAHULUAN. Adanya krisis yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab 6. Uang. Peta Konsep. Kata Kunci. Uang. Sejarah uang Uang kartal Uang giral. Barter. Manfaat uang. Barter. Meliputi. Sejarah Uang. Uang.

BAB I PENDAHULUAN. mahluk biologis merupakan individu yang mempunyai potensi-potensi diri yang

BAB III PRAKTIK TAKSIRAN DAN KOMPENSASI DALAM JUAL BELI PADI TEBASAN DI DESA POJOK WINONG KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

AGENDA MENARIK SATU BULAN KKN REGULER UNIT XI.B.1 KEMASAN KARANGTENGAH, IMOGIRI, BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. atau dikenal dengan kebutuhan primer, juga kebutuhan sekunder maupun

BAB V PENUTUP. 0012/Pdt.G/2015/PTA.Pdg adalah sebagai berikut:

Hari / Tanggal : Jumat, 18 Desember Waktu : Dibuat Jam : 14.30

TEBASAN DI GUNUNG WURUNG KABUPATEN

BAB III DESKRIPSI PRAKTEK HUTANG PIUTANG PUPUK DI LINGKUNGAN PETANI TEBU DI DESA BOTO KECAMATAN JAKEN KABUPATEN PATI

Transkripsi:

37 BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI ARISAN DESA WARU KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG A. Tinjauan Umum Tentang Pelaksanaan Arisan di Desa Waru Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak mungkin dapat dilakukan sendiri, namun harus diusahakan bersama sama. Dalam memenuhi kebutuhan secara bersama sama tersebut akhirnya mendorong manusia untuk hidup berkelompok atau bermasyarakat. Dalam perkembangannya masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya melakukan dengan cara membentuk suatu lembaga yang mampu sedikit meringankan atau memperlancar kehidupan perekonomian masyarakat terutama perekonomiannya. Banyak cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. Salah satu cara masyarakat memenuhi kebutuhannya sekaligus menjadikan masyarakat mendekatkan dengan masyarakat yaitu dengan cara arisan. Pada masa sekarang ini arisan telah banyak dilaksanakan berbagai masyarakat baik dari kalangan bawah hingga kalangan atas. Arisan dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan keuangan yaitu dengan cara menabung, begitulah masyarakat menyebutnya. Dan apabila mereka sedang beruntung maka akan memperoleh uang yang sebenarnya uang mereka sendiri. Selain itu mereka juga mendekatkan hubungan kekerabatan dalam masyarakat atau kelompok pada suatu Desa.

38 Begitu juga dengan masyarakat di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Masyarakatnya banyak melaksanakan arisan untuk memenuhi kebutuhan perekonomian berupa uang dan untuk melakukan silaturrohmi dengan para tetangga mereka. Sehingga kehidupan bertetangga dan kebutuhan perekonomian tercapai. Arisan telah menjadi kebiasaan dan sering dilakukan diberbagai daerah Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Namun penulis hanya akan membahas tentang tinjauan umum tentang arisan yang terdapat di Desa Waru Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Arisan di Desa Waru telah menjadi kebiasaan pelbagai masyarakat, baik dari kalangan bawah hingga kalangan atas. Ada yang melakukan secara kecil-kecilan ada juga arisan yang dilaksanakan secara besar-besaran. Arisan besar-besaran yang dilakukan di Desa Waru biasanya berupa arisan bapak-bapak dan ibu-ibu yang diketuai oleh para petinggi Desa Waru. Arisan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Waru sejatinya tidaklah jauh berbeda dengan arisan-arisan yang selama ini kita ketahui. Yaitu sekelompok masyarakat yang memberikan uang atau menyetorkan uang setiap bulan atau setiap tanggal yang ditentukan oleh masyarakat sendiri dan setelah terkumpul uang tersebut, maka arisan akan dikocok dan yang mendapat keberuntungan karena namanya keluar sebagai penerima arisan dihari tersebut maka dia berhak memperoleh uang yang terkumpul pada hari itu.

39 Seperti yang disebukan diatas, di Desa Waru terdapat arisan khusus ibu-ibu dan juga ada arisan khusus bapak-bapak. Semua itu dilakukan dengan pertimbangan agar tidak terjadi kekeliruan dan tidak terlalu lama arisan terselesaikan. Arisan ibu-ibu dipimpin oleh Bu Lurah Desa Waru sendiri yaitu Ibu Tintri. Begitu juga arisan bapak-bapak dipimpin langsung oleh pak lurah Desa Waru yaitu Bapak Rachmat. Arisan ibu-ibu di ikuti oleh 29 orang sedangkan arisan bapakbapak diikuti oleh 25 orang. Alasan kenapa lebih banyak ibu-ibu daripada bapak-bapak yang mengikuti arisan yaitu karena banyak terdapat jandajanda di Desa waru baik akibat perceraian ataupun karena kematian. Disamping itu karena kesibukan para laki-laki yang menyebabkan berkurangnya orang laki-laki atau bapak-bapak mengikuti arisan tersebut. Arisan ibu-ibu Desa Waru dilaksanakan tanggal 9 setiap bulan dengan uang setoran sebanyak Rp.50.000,00 setiap kali setoran. Pengocokan biasanya dilaksanakan dirumah ibu yang mendapatkan arisan sebelumnya dan begitu seterusnya. Pelaksanaan pengocokan penentuan yang mendapatkan arisan biasanya dilaksanakan setelah Ashar atau sekitar jam 16.00 WIB. Hal ini telah disepakati mereka sendiri sesuai dengan kesibukan masing-masing. Sedangkan arisan bapak-bapak dilaksanakan setiap pertengahan bulan dengan uang setoran sama dengan arisan ibu-ibu yaitu sebanyak Rp.50.000,00 setiap kali setoran. Pelaksanaan pengocokan juga sama dengan ibu-ibu cuma bedanya arisan bapak-bapak dilaksanakan malam

40 hari stelah shalat maghrib atau sekitar pukul 18.30 WIB. Pertimbangan kenapa dilaksanakan setelah maghrib karena biasanya para bapak pada waktu siang hari mencari nafkah dan agak sibuk. Sebenarnya masih banyak arisan-arisan yang terdapat di Desa Waru Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang selain arisan diatas. Namun arisan yang resmi dan diketahui oleh bapak lurah dan disepakati seluruh warga msayarakat adalah dua arisan diatas. Data tentang siapa saja yang mengikuti arisan baik arisan bapak-bapak ataupun ibu-ibu dilampirkan dibelakang. 56 Arisan-arisan tersebut yang akan menjadi dasar dalam penentuan praktek jual beli arisan yang selama ini dilakukan berbagai masyarakat Desa Waru Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. B. Praktek Jual Beli Arisan Oleh Masyarakat di Desa Waru Pada awalnya arisan hanya bertujuan sebagai pengerat persaudaran antara masyarakat dan sebagai tabungan yang mampu mengontrol penggunaan uang masyarakat Desa Waru Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Akan tetapi semakin lama dan semakin bertambahnya kebutuhan perekonomian, arisan berubah menjadi lahan yang berbeda yang mampu memberi kebutuhan yang mendesak apabila dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri. 56 Wawancara dengan Bapak Rochmad selaku kepala desa Waru Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang

41 Salah satu cara masyarakat memenuhi kebutuhan apabila mereka belum waktunya mendapatkan arisan, namun kebutuhan mereka telah mendesak yaitu dengan cara menjual hasil arisan mereka. Kenapa transaksi ini disebut dengan menjual, karena terdapat ucapan saya menjual arisan saya yang diucapkan sendiri oleh masyarakat yang sedang membutuhkan dana tersebut. Cara yang digunakan yaitu pada awalnya orang yang sedang membutuhkan uang tersebut menjual arisannya senilai harga tertentu dibawah nominal arisan yang didapatkannya karena kebutuhan yang mendesak, maka karena itu orang tersebut menjual dengan harga berapapun. Biasanya harga ditawarkan sendiri oleh orang yang ikut arisan. Kebanyakan yang melakukan transaksi tersebut adalah ibu-ibu yang mengikuti arisan karena jarang arisan bapak-bapak terjadi transaksi seperti. Hal itu karena ibu-ibu lebih mudah menjualnya kepada sesama ibu-ibu dibandingkan oleh bapak-bapak yang mempunyai kesibukan yang lebih banyak. 57 Tetapi kebutuhan manusia itu tiba-tiba dapat berubah sewaktuwaktu. Begitu juga dalam hal arisan, tidak semua peserta arisan bisa mengikuti prosedur arisan dengan benar dan lancar. Karena adanya pemenuhan kebutuhan yang harus dipenuhi secara mendesak, biasanya peserta arisan menjual arisannya kepada pihak yang mau membelinya. Peserta arisan menawarkan kepenjual dengan harga separuh ataupun 57 Wawancara dengan Ibu Umikatun selaku anggota arisan

42 berkurang dari hasil arisan semestinya. Misalkan arisan tersebut hasilnya Rp. 1.250.000,00 maka di jual oleh peserta arisan tersebut sebesar Rp. 650.000,00 atau sesuai dengan perjanjian bersama antara mereka. Dan pembeli arisan tersebut tidak mempunyai tanggungan dalam melakukan pembayaran setiap bulannya. Karena yang menanggung pembayaran setiap bulannya adalah peserta yang ikut dalam arisan tersebut, sehingga pembeli arisan tersebut hanya menunggu nama dari penjual arisan tersebut untuk mendapatkan hasil arisan. Seperti contoh agar memudahkan pemahaman yaitu penulis akan membuat tata urutan sebagai berikut: 1. Apabila ibu A (sebagai contoh nama) sedang membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik karena kebutuhan pokok seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan ataupun karena apabila terkena musibah yang mendadak tanpa diketahui sebelumnya. Tentulah hal ini tidak akan diketahui oleh manusia terlebih dahulu. 2. Oleh karena itu ibu A membutuhkan uang secepat mungkin agar kebutuhan hidupnya segera terpenuhi atau paling tidak bisa tertutupi lebih dahulu. Karena terdesak kebutuhan akhirnya ibu A menjual arisan yang dia miliki kepada ibu B senilai Rp.950.000,00 atau kurang dari Rp. 950.000,00 bahkan bisa membeli dengan harga separo dari nominal arisan yang diperoleh. Hal ini tentu permintaan oleh ibu A sendiri karena ibu A sedang membutuhkan uang. Padahal ibu A belum waktunya mendapatkan arisan, jadi perjanjiannya apabila suatu saat

43 ibu A mandapatkan arisan maka arisan tersebut telah dimiliki oleh ibu B, karena ibu B telah membeli arisan dari ibu A senilai Rp.950.000,00 tersebut. 3. Walaupun yang mendapatkan uang arisan sekarang telah berpindah kepada ibu B bukan milik ibu A lagi, akan tetapi setoran setiap bulan tetaplah ibu A yang membayar. Karena sesuai perjanjian ibu B hanya membeli atau memberi uang senilai tersebut dan apabila ibu A mendapat arisan itu sudah milik ibu B. Begitulah tata urutan praktek jual beli arisan yang kebanyakan dilakukan oleh masyarakat Desa Waru untuk memenuhi kebutuhan apabila dalam keadaan mendesak. Seperti yang dilakukan oleh Ibu Rasti RT 07 RW 01 warga Desa Waru, Ibu Rasti juga melakukan jual beli arisan karena waktu itu Ibu Rasti sedang sangat membutuhkan uang. Ibu Rasti menjual kepada Ibu Nanik RT 06 RW 01, Ibu Nanik membeli seharga Rp.950.000,00 karena itu Ibu Rasti memintanya membeli dengan harga seperti itu. Ibu Rasti sebenarnya agak keberatan, namun karena kebutuhan mendesak hal itu terpaksa ibu Rasti lakukan. 58 Begitu juga Ibu Sarpi RT 06 RW 01, melakukan hal yang sama karena waktu itu ada salah satu keluarganya yang berada dalam Rumah Sakit sehingga Ibu Sarpi sangat membutuhkan uang. Akhirnya Ibu Sarpi 58 Wawancara dengan Ibu Rasti selaku anggota arisan

44 menjual arisannya kepada Ibu Minah yang waktu itu sedang mempunyai kelonggaran rizki. Ibu Sarpi menjual arisannya seharga Rp.950.000,00 karena ibu Sarpi sangat membutuhkan uang. Akan tetapi hingga sekarang Ibu Sarpi belum mendapatkan arisan juga. Namun perolehan uang arisan telah berpindah kepada Ibu Minah dengan perolehan uang Rp.1.450.000,00 dan setiap bulan Ibu Sarpi tetap menyerahkan uang setoran dan mengikuti arisan, hanya saja perolehan uang arisan sudah berpindah ke Ibu Minah. 59 Sebenarnya masih banyak contoh masyarakat yang melakukan jual beli arisan di Desa Waru. Begitulah seterusnya dan hingga sekarang masih banyak praktek jual beli arisan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Waru Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. C. Pendapat Masyarakat Terhadap Praktek Jual Beli Arisan di Desa Waru Seperti yang dijelaskan diatas bahwa praktek jual beli arisan telah banyak dilakukan oleh masyarakat Desa Waru selama ini, maka hal ini telah menjadi kebiasaan setiap warga Desa Waru apabila dalam keadaan mendesak membutuhkan dana dan membutuhkan secara cepat. Berbagai pendapat tentang praktek jual beli arisan dipandang berbeda-beda oleh masyarakat Desa Waru. Ada yang membolehkan dengan alasan terdesak sedang sangat membutuhkan uang sesegera 59 Wawancara dengan Ibu Sarpi selaku anggota arisan ibu-ibu

45 mungkin ataupun ada yang berpendapat hal ini menyengsarakan orang yang meminjam dan lain sebagainya. Alasan lebih lanjut akan dijelaskan dibawah ini: 1. Alasan beberapa orang Desa Waru membolehkan atau menyetujui praktek jual beli arisan tersebut yaitu karena disamping ini merupakan jenis bantuan terhadap orang yang sedang membutuhkan dana yang merupakan tetangga mereka sendiri, hal ini juga mampu memberi dana secara cepat tanpa perlu susah payah meminjam uang dari lembaga keuangan yang prosesnya lama dan kadang berbelit-belit. Sedangkan masyarakat terburu-buru membutuhkan uang atau dana secara cepat. Mereka berpendapat bahwa sama-sama terdapat bunga lebih baik meminjam yang lebih cepat dan tentunya lebih dipermudah dan kepada tetangga mereka sendiri. 60 2. Alasan beberapa orang kurang setuju dengan praktek jual beli arisan tersebut yaitu karena hal tersebut memberatkan penjual, karena menjualnya dengan harga dibawah nominal yang seharusnya mereka dapatkan dalam arisan. Sedangkan masyarakat mengetahui bahwa orang tersebut sedang sangat membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak dan harus cepat. Seharusnya mereka membantu tanpa memberi bunga atau mengurangi nilai nominal yang sebenarnya memberatkan walaupun pada awalnya tidak mereka rasakan. Disamping itu mereka juga telah saling kenal dan 60 Wawancara dengan Ibu Ayu selaku anggota arisan

46 bertetangga, apakah tidak bisa apabila arisan tersebut dibeli dengan harga yang sama, karena mereka telah saling kenal, bertetangga dan telah mengetahui sifat bertetangga masing-masing pribadi. Sehingga yang mengikuti arisan tidak terlalu merasakan kerugian yang besar akibat berkurangnya nominal uang arisan yang mereka terima karena telah dijual terhadap tetangga mereka sendiri sebelumnya karena kebutuhan yang mendesak tersebut yang seharusnya mereka mendapatkan bantuan bukan malah makin memberatkan. 61 3. Ada juga yang berpendapat antara setuju dan tidak setuju dengan adanya praktek jual beli arisan yang terjadi didesa mereka. Mereka mengatakan bahwa apabila harga pembelian arisan nominalnya tidak jauh berbeda dibawah nominal arisan yang mereka dapatkan, masih bisa dimaklumi karena mungkin juga orang yang membeli membutuhkan sedikit keuntungan karena membeli arisan atau secara umumnya meminjamkan uang terhadap orang yang punya arisan. Akan tetapi apabila keuntungan atau harga pembeliannya dan nominalnya jauh dibawah jumlah nominal arisan yang seharusnya diperoleh orang yang menjual, maka mereka sangat tidak setuju karena apakah orang yang membeli tidak memiliki rasa kasihan dengan tetangganya sendiri yang sedang dalam kesusahan. 62 61 Wawancara dengan bapak Harjito selaku tokoh agama Desa Waru 62 Wawancara dengan Ibu Tintri selaku ibu kepala desa Waru

47 4. Pendapat terakhir yaitu mengatakan bahwa mereka tidak tahu karena mereka belum pernah menjual arisan yang mereka punya. Sehingga mereka pasrah dan mengikuti alur. Kebanyakan orang disini adalah orang-orang yang tidak mengikuti arisan dan juga mereka telah sibuk dengan urusan kehidupan mereka sendiri. Sehingga mereka cenderung no coment alias tidak mau tahu dengan jual beli arisan yang dilakukan oleh masyarakat. Berbagai pendapat diatas dikenukakan sendiri oleh masyarakat Desa Waru Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Mereka berpendapat sesuai dengan apa yang mereka lihat dan mereka alami sendiri.