BAB I PENDAHULUAN. Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontologi dan kedokteran yang. masa tua yang bahagia dan berguna (Depkes RI, 2000).

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI DESA KEMBANG KUNING CEPOGO BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh fertilitas diukur dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN UKDW. memperbaiki keruskan yang diderita (Martono & Parka, 2009).

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk Indonesia diproyeksikan dalam kurun waktu dua puluh lima tahun

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat dari tahun ke tahun. Data

BAB I PENDAHULUAN. menjadi usia lanjut dini yaitu berkisar antara tahun, dan lansia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, taraf kehidupan, dan taraf pendidikan tetapi juga membawa dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

SITUASI LANSIA DI INDONESIA TAHUN 2017 STRUKTUR UMUR PENDUDUK INDONESIA TAHUN ,11 GAMBAR III. PRESENTASE PENDUDUK LANSIA DI INDONESIA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN. lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu sasaran

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

KEBIJAKAN PROGRAM LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. diantaranya berkurangnya massa otot, bertambahnya massa lemak, penurunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses. pembangunan,terutama di bidang kesehatan (Komnas Lansia, 2010).

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah seorang laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Populution ageing telah menjadi isu demografi yang sangat penting pada

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berkembang yang memiliki angka harapan hidup penduduk semakin

BAB I PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan) - manusia lahir. Manusia secara perlahan-lahan mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan lanjut usia Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Secara teori perkembangan manusia dimulai dari masa bayi, anak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pedoman untuk rehabilitasi medik (Gallo, 1998). Kualitas hidup dipakai

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lansia dapat menjadi salah satu tolok ukur kesejahteraan bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat alamiah dan normal terjadi pada setiap manusia. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia (Lansia) Di Desa Kedondong Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2014). Semakin meningkat usia harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontologi dan kedokteran yang mempelajari kesehatan pada lanjut usia dalam berbagai aspek, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pada prinsipnya geriatri mengusahakan masa tua yang bahagia dan berguna (Depkes RI, 2000). Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus berlanjut secara alamiah. Berdasarkan pernyataan ini, lanjut usia dianggap sebagai semacam penyakit, hal ini tidak benar, gerontologi berpendapat lain sebab lanjut usia bukan suatu penyakit melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia, yaitu : bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati tidak karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecelakaan, atau menurut orang beragama, sebagai contoh dikatakan dicabut nyawa seseorang oleh malaikat Izrail atas kehendak Allah (Nugroho, 2000). Peningkatan jumlah penduduk usia lanjut merupakan petunjuk perbaikan kualitas kehidupan bangsa, yang antara lain diakibatkan oleh penurunan angka fertilitas, angka kesakitan dan angka kematian. Pada abat 21 dikenal sebagai 1

"era dari penuaan penduduk". Penuaan penduduk ini dapat diukur dengan berbagai indikator, seperti umur median, indeks penuaan yaitu ratio ketergantungan umur dan proporsi penduduk lanjut usia yang berumur 7 tahun ke atas terhadap penduduk usia 65 tahun keatas (Hardywinoto, 2005). Sedangkan menurut Depkes (2000) yang dikatakan usia lanjut adalah usia 60 tahun keatas. Jumlah panduduk di Asia Tenggara berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa, The Sex and Age Distribution of Population- The 1990 Revision Population Studies, United Nations, New York, 1991 yang antara lain yaitu pada tahun 1980 jumlahnya mencapai 13.146 juta jiwa dengan persentase 3.7% dari jumlah penduduk, pada tahun 1990 jumlahnya mencapai 17.147 juta jiwa dengan persentase 3.9% dari jumlah penduduk, pada tahun 2000 jumlahnya mencapai 24.893 juta jiwa dengan persentase 4.7% dari jumlah penduduk, kemudian pada tahun 2025 diperkirakan mencapai jumlah 59.316 juta jiwa dengan persentase 7.2% dari jumlah penduduk. Gambaran serupa dapat dilihat dari jumlah dan persentase lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas di Indonesia meningkat cepat, dari 7.99 juta atau 5% dari jumlah penduduk pada tahun 1980 menjadi 15.88 juta penduduk atau 7.5% dari jumlah penduduk pada tahun 2000. Akibat meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia dan meningkatnya penduduk lanjut usia di perkotaan, serta rendahnya tingkat pendidikan mereka dan menurunnya derajat kesehatan, maka gaya hidup penduduk lanjut usia terpaksa harus berubah. Kehidupan mereka akan lebih tergantung pada keluarga, masyarakat dan Negara (Hardywinoto, 2005).

Wirakartakusuma (2000) memperkirakan angka ketergantungan usia lanjut pada tahun 1995 adalah sebesar 6,93% dan tahun 2015 menjadi sebesar 8,74% yang berarti bahwa pada tahun 1995 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 7 orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 9 orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas. Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak mengalami kemunduran fisik maupun psikis, artinya mereka mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan-perubahan yang mengarah pada perubahan yang negatif. Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Beberapa masalah utama yang dihadapi lanjut usia pada umumnya adalah: (1) Menurunnya daya tahan fisik (2) Masa pensiun bagi lanjut usia yang dahulunya bekerja sebagai pegawai negeri sipil yang menyebabkan menurunya pendapatan dan hilangnya prestise (3) Perkawinan anak sehingga anak hidup mandiri dan terpisah dari orang tua (5) Urbanisasi penduduk usia muda yang menyebabkan lanjut usia terlantar, (6) Kurangnya dukungan dari keluarga lanjut usia (7) Pola tempat tinggal lanjut usia; lanjut usia yang hidup di rumah sendiri, tinggal bersama dengan anak /menantu, dan tinggal di panti werdha (Wirakartakusuma, 2000). Secara geografis, distribusi penduduk lansia di Indonesia terbanyak di pulau Jawa, yaitu sekitar 66,84 % dari seluruh penduduk lansia. Dilihat dari

proporsi penduduk lansia di masing-masing provinsi di Indonesia, provinsi terbesar berturut-turut adalah mereka yang tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur, yaitu sebesar 12,58% dan 9,46%. Sedangkan proporsi terkecil adalah penduduk lansia yang tinggal di Irian Jaya, sebesar 1,65%. Pada tahun 2010 diperkirakan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia, sebesar 24 juta jiwa atau 9,77% dari total jumlah penduduk (Notoatmodjo, 2007). Wilayah kerja Puskesmas Sumbang II meliputi 8 Desa yaitu desa Gandatapa, Sikapat, Ciberem, Susukan, Banjarsari Wetan, Banjarsari Kulon, Kotayasa dan Limpakuwus. Dalam survey pendahuluan diketahui jumlah total penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sumbang II tahun 2010 sebanyak 37.009, jumlah usia lanjutnya sebanyak 3.329 orang (8,96%) dari jumlah total penduduk (Monografi Kecamatan Sumbang, 2010). Jumlah tersebut merupakan akumulasi lansia yang berasal dari masing-masing desa dalam wilayah kerja Puskesmas, jumlah lansia yang dijadikan sampel adalah 44 lansia yang diambil dari seluruh desa di wilayah kerja Puskesmas Sumbang II yang berumur lebih dari 60 tahun. Melihat banyaknya jumlah usia lanjut dan banyaknya faktor yang mempengaruhi kemandirian lanjut usia, maka penulis bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut dengan memfokuskan pembahasan dengan judul hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Sumbang II Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian ketika seseorang memasuki usia lanjut disebabkan karena beberapa masalah yang dihadapi lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas 2 Sumbang yaitu bahwa beberapa kondisi kesehatan mental lanjut usia mempengaruhi berbagai kondisi lanjut usia yang lain seperti kondisi ekonomi, yang menyebabkan orang lanjut usia tidak dapat bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan kondisi sosial yang menyebabkan kurangnya hubungan sosial antara lanjut usia dengan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengambil rumusan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah ada hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Sumbang II? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lanjut usia di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbang II Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik responden terhadap kemandirian lanjut usia. b. Untuk mengetahui hubungan faktor kesehatan terhadap kemandirian lanjut usia.

c. Untuk mengetahui hubungan faktor ekonomi terhadap kemandirian lanjut usia. d. Untuk mengetahui hubungan faktor sosial (sosialisasi pada lanjut usia, serta dukungan keluarga dan masyarakat) terhadap kemandirian lanjut usia. e. Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang paling dominan terhadap kemandirian lanjut usia. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Memberikan informasi tentang peran serta kemandirian dalam pemenuhan sosial lanjut usia di Posyandu karena sangat penting dalam meningkatkan kesehatan lanjut usia. 2. Bagi Pelayanan Kesehatan Sebagai salah satu pertimbangan dalam memberikan peningkatan pelayanan kesehatan di Posyandu lanjut usia dalam hal ini berkaitan dengan kemandirian lanjut usia tersebut. 3. Bagi Institusi Dapat menambah kepustakaan ilmiah yang berkaitan dengan masalah kemandirian lanjut usia. 4. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang penelitian keperawatan terutama bidang pelayanan keperawatan lanjut usia.

E. Penelitian Terkait Ardianto (2009) berjudul Perbedaan Tingkat Kemandirian Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso Yogyakarta dengan yang tinggal di masyarakat di Dusun Gamping Lor Sleman Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah comparative non experimental atau deskriptif comparative dengan pendekatan cross sectional. Analisis data dilakukan dengan uji Mann-Whitney karena didapatkan nilai p=0,021, terdapat perbedaan yang signifikan antara kemadirian lansia yang tinggal di PSTW Abiyoso dengan lansia yang tinggal di Dusun Gamping Lor. Perbedaan penelitian ini terletak pada judul penelitian, desain penelitian dan teknik analisis data. Penelitian Ardiyanti (2009) dengan judul penelitian: Hubungan Antara Senam Lansia Dengan Kemandirian Melakukan Aktivitas Dasar Sehari-hari di PSTW Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta. Jenis penelitiannya adalah inferensial analitik kuantitatif. Hasil penelitian senam lansia dalam kategori sangat baik (90,57%). Kemandirian melakukan aktivitas dasar seharihari dalam kategori mandiri (96,23%). Perbedaan penelitian adalah jenis penelitiannya yaitu inferensial analitik kuantatif dan variabel yang diteliti yaitu senam lansia, dan penelitiannya dilakukan di PSTW Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta tetapi peneliti memfokuskan penelitian tentang pengaruh kondisi status psikis, ekonomi dan social dengan desain observasional dan penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas 2 Sumbang Kecamatan Sumbang.