BAB I PENDAHULUAN. perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Fungsinya sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk menilai kesehatan suatu bank, di mana bank dengan kinerja yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan kredit perbankan sebelum krisis ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ikut terpuruk. Demikian pula sebaliknya, ketika perekonomian mengalami stagnasi sektor

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Perbankan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan yang memiliki peran penting. Menurut Kasmir (2012:27), bank

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang

BAB 1 PENDAHULUAN. melemahnya aktivitas bisnis secara umum yang disebabkan Global Financial

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (kreditur) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena yang terjadi adalah dimana keadaan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyaluran kredit maupun pembiayaan merupakan fokus dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi agar berdaya dan berhasil guna secara optimal. Lembaga keuangan,

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Perkembangan penyaluran kredit UMKM BPD di Indonesia. mencapai 304,492 milyar rupiah atau meningkat sebesar 13,02 persen

BAB I PENDAHULUAN. Peran Perbankan sebagai lembaga intermediasi cukup penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan syariah merupakan institusi yang memberikan pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat, baik dari sisi volume usaha, mobilisasi dana

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank akan menerima dana dari. masyarakat (DPK) dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Berdasarkan Undang undang RI Nomor 10. masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk bentuk

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sektor riil dalam pertumbuhan ekonomi, regulasi pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary)

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang baik akan mendorong terciptanya stabilitas sistem keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian banyak pihak akhir-akhir ini. Tidak sedikit kajian dilakukan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah pembiayaan diberikan. Namun, NPF dan NPL terjadi pada sistim

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang ekonomi secara global ini, menyebabkan berkembangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak didukung oleh peran perbankan dalam membangun negaranya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi utama sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak

BAB I PENDAHULUAN. dengan fungsi bank sebagai media perantara keuangan (Financial Intermediary)

BAB I PENDAHULUAN. lain yang ditopang oleh bank tersebut. Fungsi bank sebagai perantara (financial

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang terpenting yang mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Fungsinya sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana atau defisit. Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan yang menjual kepercayaan dan jasa, setiap bank berusaha sebanyak mungkin menarik nasabah baru, memperbesar danadananya dan juga memperbesar pemberian kredit dan jasa-jasanya (Simorangkir, 2004). Non-Performing Loan merupakan salah satu indikator dalam menilai kinerja fungsi bank, dimana fungsi bank adalah sebagai lembaga intermediary. Tingginya tingkat NPL menunjukkan kesehatan bank yang rendah karena banyak sekali terjadi kredit bermasalah di dalam kegiatan bank tersebut. Dengan mengetahui prosentase Non-Performing Loan yang terjadi pada suatu bank, maka masyarakat dan Bank Central (Bank Indonesia) dapat mengambil langkah yang bijak dalam menyikapi dan menghadapi bank tersebut. Tingginya rasio Non-Performing Loan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti faktor eksternal dan juga internal. Faktor eksternal contohnya adalah fenomena ekonomi yang terjadi baik secara global maupun nasional sementara untuk faktor internal contohnya adalah kebijakankebijakan kredit yang diambil oleh bank yang bersangkutan. Kebijakan kebijakan 1

2 kredit yang diambil meliputi penetapan suku bunga kredit, jangka waktu pembayaran/pelunasan, jenis-jenis kredit yang disediakan, dan lain-lain. Dapat dijabarkan didalam teori ekonomi makro adalah bidang ilmu ekonomi yang mengkaji fenomena perekonomian secara menyeluruh atau luas. Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat (keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain pendapatan nasional, kesempatan kerja atau pengangguran, tingkat suku bunga, nilai tukar mata uang, jumlah uang beredar, laju inflasi, gross domestic product, maupun neraca pembayaran internasional (Manurung, 2009). Dalam penelitian ini keadaan ekonomi makro yang tercermin dalam tingkat suku bunga, nilai tukar mata uang dan inflasi diangkat sebagai variabel bebas yang mewakili sektor ekonomi makro. Faktor lain yang dapat mempengaruhi Non-Performing Loan (NPL) adalah spesifikasi bank atau kinerja. Spesifik bank didefinisikan sebagai faktor-faktor yang berasal dari internal perusahaan atau bank yang tergambar dari neraca dan laporan laba rugi bank (Athanasoglou,2005). Kinerja keuangan bank yang optimal penting untuk menciptakan industri perbankan nasional yang lebih kuat sehingga dapat mendukung perekonomian Indonesia yang maju dengan membantu peningkatan sektor riil. Sistem perbankan yang sehat dinilai dari kinerja keuangan bank yang baik. Kinerja keuangan bank yang sehat dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat begitu pula sebaliknya, penurunan kinerja keuangan bank dapat menurunkan kepercayaan masyarakat. Spesifikasi bank dalam penelitian ini antara lain bank size, Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Loan Deposit Ratio (LDR).

3 Berbicara mengenai jenis kredit, Kredit yang sangat diminati oleh masyarakat saat ini adalah kredit UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro ). Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro) adalah usaha produktif milik orang perorangan dan / atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa sebuah perusahaan yang digolongkan sebagai UMKM adalah perusahaan kecil yang dimiliki dan dikelola oleh seseorang atau dimiliki oleh sekelompok kecil orang dengan jumlah kekayaan dan pendapatan tertentu. Rinciannya sebagai berikut: 1) Usaha produktif yang kekayaannya sampai 50 juta rupiah dengan pendapatan sampai 300 juta rupiah per tahun digolongkan sebagai Usaha Mikro. 2) Usaha produktif yang nilai kekayaan usahanya antara 50 juta hingga 500 juta rupiah dengan total penghasilan sekitar 300 juta hingga 2,5 milyar rupiah per tahun dikategorikan sebagai Usaha Kecil. Sedangkan Usaha Menengah merupakan usaha produktif yang memiliki kekayaan (modal) 500 juta hingga 10 milyar rupiah dengan jumlah pendapatan pertahun berkisar 2,5 50 milyar rupiah. Seperti diketahui, Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan Oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, ditentukan porsi penyaluran kredit ke segmen wong cilik sebesar 5% pada akhir tahun 2015 dan naik secara bertahap hingga mencapai 20% pada 2018

4 (finansial.bisnis.com, diakses 30 Oktober 2015). Dengan demikian hal ini menunjukan bahwa Kredit UMKM memiliki kemungkinan untuk menyumbang risiko kredit yang cukup tinggi dan mempengaruhi rasio Non-Performing Loan pada bank. Sebagian besar bank di Indonesia masih mengandalkan kredit sebagai pemasukan utama dalam membiayai operasionalnya. Namun tidak semua kredit yang digelontorkan tersebut bebas dari risiko bahkan sebagian memiliki risiko yang cukup besar dan dapat mengancam kesehatan bank, terutama pada Bank Pembangunan Daerah. Melihat kondisi ini maka kualitas kredit haruslah sangat diperhatikan sehingga tidak banyak terjadi kredit bermasalah yang dapat merugikan bank. Itulah mengapa Bank Pembangunan Daerah dipilih sebagai objek penelitian karena Bank Pembangunan Daerah dalam menjalankan usahanya tidak melibatkan nasabah dalam hal tanggung jawab atas risiko yang mungkin terjadi dan sepenuhnya menerapkan sistem bunga selain itu Bank Pembangunan Daerah lebih bank mengandal Kredit sebagai sumber utama pendapatan bank dan berbeda dengan Bank umum biasanya yang juga mengandalkan fee based income. Tingkat terjadinya kredit bermasalah dapat ditunjukkan pada rasio Non- Performing Loan (NPL) yang terjadi pada bank tersebut. Pengukuran kesehatan perbankan di Indonesia ini sekaligus merupakan indikasi kinerja keuangan bank, oleh karena itu pengukuran kinerja keuangan perbankan dengan sendirinya sebagai upaya untuk mengetahui tingkat kesehatan bank. (Infobanknews, diakses 02 Februari 2017)

5 Dari perkembangannya dapat dilihat perkembangan data mengenai jumlah penaluran kredit UMKM serta NPL dari UMKM tersebut. Tabel 1.1 Kredit Dan NPL Rincian Kredit Umkm Menurut Kelompok Bank (Dalam Milliar Rupiah) Kelompok Bank 2011 2012 2013 2014 2015 2016 UMKM 1) 1. Bank Persero NPL 9.019 9.093 10.362 12.138 13.437 14.668 Mikro 1.174 1.214 1.481 1.829 2.223 2.354 Kecil 4.450 4.694 4.922 5.552 5.733 6.094 Menengah 3.395 3.185 3.960 4.757 5.481 6.220 2. BPD NPL 1.593 2.612 2.965 5.015 5.851 6.421 Mikro 239 443 685 1.013 780 361 Kecil 915 1.327 1.338 1.647 1.949 1.854 Menengah 439 842 943 2.354 3.123 4.206 3. Bank Swasta Nasional NPL 4.710 5.096 5.933 7.666 9.690 9.772 Mikro 618 758 750 775 748 731 Kecil 1.645 1.720 2.077 2.248 2.519 2.012 4. Menengah 2.447 2.618 3.105 4.643 6.423 7.028 Bank Asing dan Campuran Jumlah NPL 352 208 256 341 815 873 Mikro 16 7 7 7 9 4 Kecil 62 40 10 13 26 34 Menengah 275 161 238 321 780 835 NPL 15.674 17.011 19.515 25.159 29.792 31.734 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, Desember 2016 Dari data tersebut terlihat bahwa terjadi kenaikan Non Performing Loan / Kredit Macet pada kategori Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang naik signifikan tiap tahunnya. Hal tersebut menjadi fenomena bisnis yang harus

6 Tahun diperbaiki untuk meningkatkan kualitas kredit yang akan berujung pada meningkatnya kinerja BPD itu sendiri. Menurut Siswanto Sutojo (1997), penyebab timbulnya kredit macet dapat berasal dari dua faktor. Pertama, faktor internal bank seperti rendahnya kemampuan bank analisis kelayakan kredit, lemahnya sistem informasi kredit, atau pengikatan jaminan kredit yang kurang sempurna. Kedua, faktor eksternal bank seperti perkembangan kondisi ekonomi yang merugikan bisnis, kegagalan usaha debitur, ataupun musibah yang menimpa perusahaan debitur. Faktor Internal itu sendiri dapat dipengaruhi oleh rasio keuangan seperti Bank Size, Loan Deposit Ratio (LDR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) serta faktor eksternal dapat dipengaruhi oleh Tingkat Suku Bunga (BI Rate), nilai tukar rupiah dan tingkat laju inflasi di Indonesia. Berikut ini adalah rasio NPL, CAR, LDR, Bi Rate, Nilai Tukar Rupiah, dan Tingkat laju Inflasi pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia dari tahun 2011 sampai Desember 2016. Tabel 1.2 Rasio NPL, CAR, LDR, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah, Dan Tingkat Laju Inflasi Pada Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia NPL (dalam %) Bank Size (dalam %) CAR (dalam %) LDR (dalam %) Tingkat Suku Bunga (Bi Rate) Nilai Tukar Rupiah (IDR / USD) Inflasi (dalam %) 2011 5.09% 8.32% 14,33% 74.74% 6.58% 8,779.49 5.38% 2012 5.79% 8,60% 18,02% 78.57% 5.77% 9,380.39 4.28% 2013 6.32% 7,87% 17,58% 92.34% 6.48% 10,451.37 6.97% 2014 9,86% 7,85% 17,79% 89.73% 7.54% 11,878.30 6.42% 2015 11,28% 7,76% 20,61% 92,19% 7.52% 13,391,97 6.38% 2016 10,62% 7,87% 21,69% 93,65% 6.79% 13,307,38 3.53% Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, www.bi.go.id, data diolah

7 Tabel tersebut menunjukan bahwa angka rasio NPL mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2016. Rasio NPL mengalami kenaikan 0.7% di tahun 2012 dan mengalami kenaikan 0.53% pada tahun 2013. Kenaikan tidak hanya berhenti di tahun itu saja namun berlanjut ke tahun 2014 yang naik 3.54% dan naik 1.42% pada tahun 2015 serta turun pada tahun 2016 sebesar 0.66%. Kenaikan tersebut tidak hanya pada rasio NPL saja, namun pada rasio nilai tukar rupiah juga mengalami kenaikan dari tahun 2011 sampai dengan 2015 dan turun pada tahun 2016. Hal tersebut menunjukan adanya fenomena gap pada rasio NPL dan Nilai Tukar Rupiah. Tabel tersebut juga menunjukan pergerakan fluktuatif terjadi pada rasio Bank Size, CAR, LDR, tingkat suku bunga dan inflasi dimana terjadi inkonsistensi pada rasio tersebut. Untuk rasio Bank size terjadi kenaikan 0.28 pada tahun 2012 dan kemudian bergerak turun hingga agustus 2016. Pada rasio CAR terjadi fluktuasi yang signifikan dimana terjadi kenaikan 3.87% pada tahun 2012 kemudian turun 0.44% tahun 2013 dan naik 0.21% pada tahun 2014 serta naik kembali pada tahun 2015 dan 2016 sebesar 2.82% dan 1.08%. Hal yang sama di tunjukan pada rasio LDR pada periode 2012 naik 3.83% kemudian naik lagi 13.77% pada tahun 2013 yang kemudian turun pada periode 2014 sebesar 2.61% serta naik kembali pada tahun 2015 dan 2016 sebesar 2.46% dan 1.46%. Fluktuasi data terlihat juga pada rasio Bi rate dimana turun 0.81% tahun 2012 kemudian naik pada tahun 2013 dan 2014 masing-masing sebesar 0.71% dan 1.06% yang kemudian turun pada periode 2015 dan 2016 masing-masing sebesar 0.02% dan 0.73%. Fluktuasi juga terlihat dari rasio inflasi dimana terjadi penurunan 1.1%

8 pada tahun 2012 kemudian naik pada tahun 2103 sebesar 2.69% yang kemudian turun pada tahun 2014, 2015 dan 2016 masing-masing sebesar 0.55%, 0.04% dan 2.85%. Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Non-Performing Loan pada sektor perbankan telah banyak juga diteliti oleh peneliti-peneliti terdahulu, antara lain Penelitian Tegar Setifandy (2014) yang menunjukan bahwa Bank Size mempunyai pengaruh positif terhadap rasio NPL. Hal tersebut bertentangan dengan penelitian Siti Maisarah (2015) dan Irman Firmansyah (2014) dimana Bank Size tidak berpengaruh terhadap tingkat kredit macet. Penelitian berbeda diungkapkan oleh Irman Firmansyah (2014) dimana inflasi berpengaruh negatif terhadap NPL, hasil tersebut didukung oleh penelitian Mutamimah dan Siti Nur Zaidah Chasanah (2012) bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap NPL dan hasil berbeda ditunjukan oleh Tegar Setifandy (2014) dan Zakiyah Dwi Poetry dan Yulizar D Sanrego (2011) dimana inflasi berpengaruh positif terhadap NPL. Peneliti lain Siti Maisarah (2015) mengungkapkan bahwa CAR sebagai determinan spesifik bank memiliki pengaruh negatif terhadap tinggi rendahnya tingkat NPL. Hasil tersebut didukung oleh penelitian Zakiyah Dwi Poetry dan Yulizar D Sanrego (2011) dimana CAR berpengaruh negatif terhadap NPL. Hal yang berbeda diungkapkan oleh Tegar Setifandy (2014) dimana CAR mempunai pengaruh positif terhadap NPL. Selanjutnya Tegar Setifandy (2014) mengemukakan bahwa LDR mempunyai pengaruh positif terhadap rasio NPL. Hal tersebut juga didukung oleh

9 Irman Firmansyah (2014) bahwa FDR juga berpengaruh positif terhadap NPF. Hal yang berbeda diungkapkan oleh Zakiyah Dwi Poetry dan Yulizar D Sanrego (2011) bahwa LDP berpengaruh negatif terhadap NPL. Research Gap lain terjadi pada penelitian Siti Maisarah (2015) yang menyimpulkan bahwa suku bunga sebagai determinan makroekonomi tidak berpengaruh terhadap Non Performing Loan. Hal tersebut bertentangan dengan penelitian Zakiyah Dwi Poetry dan Yulizar D Sanrego (2011) yang menyimpulkan bahwa Suku Bunga berpengaruh positif terhadap NPL. Sebagaimana uraian diatas maka perlu dilakukan kajian ulang tentang faktor makroekonomi dan spesifik bank yang mempengaruhi terjadinya Non-Performing Loan pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia agar hasil yang didapatkan lebih dapat dijadikan kesimpulan dengan memperbaharui variabel independen dan memperluas periode penelitian yang bertujuan agar hasil yang didapat akan lebih dekat dengan kondisi yang terjadi sekarang ini, maka penulis mengambil judul DETERMINAN MAKROEKONOMI DAN SPESIFIK BANK TERHADAP KREDIT MACET SEKTOR UMKM PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH (BPD) DI INDONESIA. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dapat dirumuskan permasalahan yaitu, peningkatan NPL dan suku bunga pada BPD di Indonesia dan fluktuatif nilai Bank Size, LDR, CAR, Inflasi dan Nilai tukar ang menyebabkan kondisi tersebut inkonsistensi. Selain itu juga terdapat research gap mengenai

10 faktor-faktor penyebab non performing loan pada penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan dalam pertanaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana Pengaruh bank size, CAR, LDR, tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah dan inflasi secara bersama-sama terhadap rasio NPL pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia? 2. Bagaimana Pengaruh bank size terhadap rasio NPL pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia? 3. Bagaimana Pengaruh CAR terhadap rasio NPL pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia? 4. Bagaimana Pengaruh LDR terhadap rasio NPL pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia? 5. Bagaimana Pengaruh tingkat suku bunga (BI rate) terhadap rasio NPL pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia? 6. Bagaimana Pengaruh nilai tukar rupiah terhadap rasio NPL pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia? 7. Bagaimana Pengaruh inflasi terhadap rasio NPL pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia? 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan penelitian dan pertanyaan penelitian, maka tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

11 1. Menganalisis Pengaruh bank size, CAR, LDR, tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah dan inflasi secara simultan terhadap rasio NPL pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia. 2. Menganalisis Pengaruh bank size terhadap rasio NPL pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia. 3. Menganalisis Pengaruh CAR terhadap rasio NPL pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia 4. Menganalisis Pengaruh LDR terhadap rasio NPL pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia 5. Menganalisis Pengaruh tingkat suku bunga (BI rate) terhadap rasio NPL pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia 6. Menganalisis Pengaruh nilai tukar rupiah terhadap rasio NPL pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia 7. Menganalisis Pengaruh inflasi terhadap rasio NPL pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia 1.3.2 Manfaat Penelitian Dengan penelitian yang penulis lakukan ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Bagi Penulis Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan serta pola pikir dalam menganalisis tentang NPL dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

12 2. Bagi Perusahaan Penelitian ini bermanfaat sebagai masukan dan referensi dalam menganalisis kinerja perusahaan dan menentukan kebijakan-kebijakan keuangan perusahaan, khususnya sebagai masukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan, karena dengan kinerja yang semakin baik akan menarik minat investor terhadap perusahaan terkait. 3. Bagi Pihak Lain (akademisi) Penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi berbagai pihak yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai NPL dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.