BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan keperluan penelitian yaitu untuk melihat peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

BAB III METODE PENELITIAN

(Luhut Panggabean, 1996: 31)

BAB III METODE PENELITIAN. pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode Pre-eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

O 1 X O 2 Pre-test Treatment Post-test

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan tujuan penelitian ini yang mengabaikan variabel luar yang

1. BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. keadaan praktis yang didalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

O X O Pretest Perlakuan Posttest

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre- experiment.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan metode eksperimen yaitu metode penelitian yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (Quasi Experiment). Menurut Syaodih (2011:59), bahwa :

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah bertujuan mengetahui efektivitas

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan dua

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Nana (2009: 52) metode penelitian merupakan rangkaian cara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

O 1 X O 2. Gambar 3.1 One Group Pretest-Posttest Design

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pretest Perlakuan Posttest Observasi. Gambar 3.1. Desain penelitian the one-group pretest-posttest Keterangan : T 1 T 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre experimental (Sugiyono, 2009).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest and Posttest Design.

Gambar 3.1. Desain Concurrent Embedded dengan Metode Kuantitatif sebagai Metode Primer dan Metode Kualitatif sebagai Metode Sekunder

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN O 1 X O 2. Gambar 3.1 Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu model

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep fisika dan profil keterampilan ICT siswa setelah diterapkan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen (

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam rangka melakukan analisis dan adaptasi terhadap kurikulum, materi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Eksperimen, dan desain eksperimen yang digunakan adalah One Group Pretes- adalah pretes.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Beberapa definisi operasional dalam menghindari berbagai penafsiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep dan keterampilan proses sains antara siswa yang mendapatkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sebagai penelitian lebih lanjut dari penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif analisis. Metode penelitian ini diambil karena berkesesuaian

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperiment. Menurut Furqon (2010:19), metode ini dipandang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan, menyusun, menganalisis serta menginterpretasikan data,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experiment yang dilakukan dengan

(Sugiyono, 2012: 79) Gambar3.1 Desain Penelitian Kelompok Pretes-Postes

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan beberapa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. experimental dan deskriptif. Metode pre experimental digunakan untuk melihat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang ditujukkan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena alamiah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah quasi experiment. Dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi experiment) atau sering dikenal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu (quasi experimental) dengan disain nonequivalent control group design.

BAB III METODOLOGI PENELTIAN. dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pretest-posttes,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari perbedaan penafsiran dan memudahkan dalam

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010, hlm.3). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi-eksperimental. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kelompok-kelompok yang terbentuk secara alamiah. Selain itu sampel tidak dilakukan secara acak. B. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rancangan bagaimana penelitian dilaksanakan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah one group pretest posttest design. Dalam desain ini, sampel yang diuji diberikan pretest (tes awal) sebelum perlakuan dan posttest (tes akhir) setelah perlakuan. Desain ini dipilih karena dianggap sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti yaitu untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran problem posing. Berikut merupakan tabel desain penelitian one group pretest posttest design. (Sugiyono, 2010) Keterangan : O 1 : tes awal (pretest) O 2 : tes akhir (posttest) Tabel 3.1 The one group pretest and posttest design O 1 X O 2 Pretest Treatment Posttest X : perlakuan (treatment), yaitu penerapan model pembelajaran problem posing C. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP di kota Bandung dan sampel yang digunakan adalah kelas VIII salah satu SMP swasta di

25 kota Bandung. Sampel dipilh menggunakan purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dan berdasarkan rekomendasi guru. D. Prosedur Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu: 1. Tahap Persiapan a. Melakukan studi lapangan / studi pendahuluan. b. Melakukan studi literatur. c. Melakukan studi kurikulum d. Membuat dan menyusun perangkat pembelajaran serta instrumen penelitian. e. Mengkonsultasikan dan judgment instrumen penelitian kepada dua dosen dan guru mata pelajaran fisika yang berada di sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan. f. Mengujicobakan instrumen penelitian yang telah dijudgment. g. Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian, kemudian menentukan soal yang layak untuk dijadikan insrumen penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan a. Memberikan tes awal (pretest) kepada sampel penelitian untuk mengetahui kemampuan awal siswa. b. Memberikan perlakuan kepada sampel berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem posing. c. Memberikan tes akhir (posttest) kepada sampel penelitian untuk mengetahui prestasi belajar siswa. 3. Tahap Akhir a. Mengolah dan menganalisis data penelitian. b. Memberikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data.

26 Secara keseluruhan skema penelitian dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.1. Tahap Persiapan Studi Pustaka Studi Pendahuluan dan Identifikasi Masalah Studi Kurikulum Merumuskan Masalah Membuat Instrumen Penelitian Penyusunan perangkat pembelajaran Judgement Uji coba Revisi perangkat pembelajaran Analisis hasil uji coba dan revisi Tahap Pelaksanaan Pretest Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Pembelajaran Problem posing Posttest Tahap Akhir Pengolahan dan Analisis data Pembahasan Kesimpulan Gambar 3.1 Alur Penelitian

27 E. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk menguji sampel setelah diberikan perlakuan pembelajaran menggunakan model problem posing adalah: 1. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dilakukan terhadap guru dan siswa. Lembar observasi ini berisi tahapan pembelajaran yang digunakan untuk melihat keterlaksanaan aktivitas guru selama pembelajaran menggunakan metode pembelajaran problem posing. Lembar observasi ini diisi oleh observer ketika proses pembelajaran berlangsung dengan memberikan tanda checklist sesuai kolom indikator yang sedang diobservasi. Lembar observasi ini diolah dengan tafsiran persentase. Lembar observasi yang telah disusun tidak diujicobakan. 2. Tes Berpikir Kritis Cornell Critical Thinking Test Level X merupakan Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa tingkat 4-14. Cornell Critical Thinking Test Level X merupakan instrumen berupa pilihan ganda yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis yang secara keseluruhan terdiri dari 71 soal. Pada penelitian ini difokuskan pada kemampuan berpikir deduksi, terdapat 14 soal (jumlah 15 soal termasuk contoh). Tes kemampuan berpikir kritis tidak diujicobakan. 3. Tes Prestasi Belajar Soal dibuat berdasarkan jenjang kognitif yang dikembangkan oleh Bloom, meliputi jenjang C 1 (hafalan), C 2 (pemahaman), C 3 (aplikasi), dan C 4 (analisis). Pokok bahasan yang diteskan adalah pokok bahasan Usaha dan Energi yang

28 terdiri dari dua puluh empat soal materi Usaha dan Energi dalam bentuk pilihan ganda. Untuk instrumen tes prestasi belajar, dilakukan analisis untuk mengetahui validasi butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran butir soal. Hasil analisis ini dapat menunjukkan apakah instrumen penelitian yang dibuat layak atau tidak untuk digunakan dalam penelitian. Berikut dipaparkan analisisanalisis yang digunakan untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen tes penelitian. a. Analisis Validitas Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes (Suharsimi, 2003). Tes yang valid (absah = sah) adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas butir soal dari suatu tes dapat menggunakan suatu teknik korelasi product momen seperti yang dikemukakan oleh Pearson yang dirumuskan sebagai berikut: Keterangan : { }{ } r xy = koefisien korelasi antara variable x dan y X = Skor siswa tiap butir soal Y = Skor total tiap siswa uji coba N = Jumlah siswa Harga koefisien korelasi yang didapat, diinterpretasikan dengan menggunakan tolak ukur sebagai berikut : Tabel 3.2 Interpretasi Validitas Tes Rentang b. Analisis Reliabilitas Kategori 0,80 r xy <1,00 Sangat Tinggi 0,60 r xy <0,80 Tinggi 0,40 r xy <0,60 Cukup 0,20 r xy <0,40 Rendah 0,00 r xy <0,20 Sangat Rendah (Arikunto, 2009)

29 Realibilitas digunakan untuk melihat ketepatan atau keajegan alat dalam mengukur apa yang diukurnya. Reliabilatas yang digunakan adalah KR-20 dengan rumus (Arikunto, 2009). ( ) ( ) Keterangan : Nilai r r = reliabilitas tes secara keseluruhan p = jumlah siswa yang menjawab dengan benar q = jumlah siswa yang menjawab dengan salah S = standar deviasi dari hasil tes n = Jumlah siswa yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan reliabilitas instrumen dengan menggunakan kriteria pada Tabel berikut: Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas Koefisien Korelasi c. Analisis Tingkat Kesukaran Kategori 0,80 < r 1,00 Sangat Tinggi 0,60 < r 0,80 Tinggi 0,40 < r 0,60 Cukup 0,20 < r 0,40 Rendah 0,00 < r 0,20 Sangat Rendah (Arikunto, 2009) Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran (difficulty indeks) adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Rumus mencari P adalah: dengan P: indeks kesukaran B: banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS: jumlah seluruh siswa peserta tes

30 Klasifikasi indeks kesukaran berdasarkan nilai P yang didapaatkan dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal d. Analisis Daya Pembeda Nilai P Kategori 0,00 Terlalu Sukar 0,00 < P 0,30 Sukar 0,31 P 0,70 Sedang 0,71 P < 1,00 Mudah 1,00 Terlalu Mudah (Arikunto, 2009) Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi/daya pembeda. Indeks ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminatif: dengan: D : daya pembeda B A : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal tersebut dengan benar B B : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal tersebut dengan benar J A J B P A : banyaknya peserta kelompok atas : banyaknya peserta kelompok bawah : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P B : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Interpretasi daya pembeda adalah apabila D = 0 berarti butir soal tidak mempunyai daya pembeda, apabila D = 1 berarti bahwa butir soal hanya bias dijawab oleh kelompok tinggi dan apabila D < 0 (negatif) berarti bahwa kelompok rendah lebih banyak menjawab butir soal tersebut dengan benar daripada kelompok tinggi. Klasifikasi tingkat daya pembeda secara rinci disajikan pada Tabel berikut:

31 Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal Nilai DP Kategori 0,00 0,20 Jelek 0,21 0,40 Cukup 0,41 0,70 Baik 0,71 1,00 Baik Sekali (Arikunto, 2009) Instrumen digunakan untuk menguji prestasi belajar siswa diuji untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Nilai reliabilitas dari instrumen penelitian yang dibuat adalah 0,45 dengan kategori cukup. Sedangkan hasil analisis butir soal secara rinci dari instrumen yang dibuat disajikan pada Tabel berikut ini: Tabel 3.6 Hasil Analisis Butir Soal Daya Validitas Jenjang Tingkat kesukaran No. Pembeda Keterangan Kognitif Tindakan Soal Nilai Kategori Nilai kategori Nilai Kategori C 1 C 2 C 3 C 4 C 5 1 0,44 Baik 0,39 sedang 0,43 Cukup Digunakan 2 0,39 Cukup 0,53 sedang 0,41 Cukup Digunakan 3 0,33 Cukup 0,61 sedang 0,47 Cukup Digunakan 4 0,06 Jelek 0,92 mudah 0,25 Rendah Digunakan 5 0,11 Jelek 0,83 mudah 0,05 sangat rendah Digunakan 6 0 Jelek 1 terlalu mudah sangat rendah Dibuang 7 0,39 Baik 0,25 sukar 0,43 Cukup Digunakan 8 0,17 Jelek 0,19 sukar 0,24 Rendah Digunakan 9 0,17 Jelek 0,81 mudah 0,32 Rendah Digunakan 10-0,1 Jelek 0,97 mudah -0,02 sangat rendah Dibuang 11 0,33 Cukup 0,39 sedang 0,36 Rendah Digunakan 12 0,33 Cukup 0,28 sukar 0,42 Cukup Digunakan 13-0,3 Jelek 0,64 sedang 0,05 sangat rendah Digunakan 14-0,1 Jelek 0,08 sukar -0,03 sangat rendah Dibuang 15 0 Jelek 0,61 sedang 0,19 sangat rendah Digunakan 16 0,17 Jelek 0,75 mudah 0,3 Rendah digunakan 17 0,22 Cukup 0,5 sedang 0,25 Rendah digunakan 18-0,1 Jelek 0,58 sedang 0,04 sangat rendah Digunakan 19 0,33 Cukup 0,67 sedang 0,39 Rendah Digunakan 20-0,1 Jelek 0,36 sedang 0 sangat rendah Dibuang 21 0,22 Cukup 0,33 sedang 0,19 sangat rendah digunakan 22 0,11 Jelek 0,17 sukar 0,02 sangat rendah Digunakan 23 0,22 Cukup 0,33 sedang 0,23 Rendah Digunakan 24 0,28 Cukup 0,53 sedang 0,13 sangat rendah Digunakan 25 0 Jelek 0,33 sedang -0,19 sangat rendah Dibuang 26 0,17 Jelek 0,31 sedang 0,27 Rendah Dibuang 27 0,28 Cukup 0,25 sukar 0,39 Rendah digunakan 28 0,28 Cukup 0,64 sedang 0,3 Rendah digunakan 29 0,28 Cukup 0,42 sedang 0,25 Rendah digunakan 30 0,28 Cukup 0,69 sedang 0,53 Cukup digunakan

32 F. Teknik Pengolahan Data Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data kuantitatif. Data kuantitatif berupa hasil tes diolah dengan cara sebagai berikut. 1. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran Format observasi ini berbentuk Rating Scale dan membuat kolom ya/tidak, observasi ini dilakukan untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi problem solving dan keterlaksanaan kegiatan membaca. Untuk observasi keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru dan siswa dihitung dengan: Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca adalah sebagai berikut ini : a. Menghitung jumlah jawaban ya yang observer isi pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan lembar observasi keterlaksanaan kegiatan membaca. b. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca dengan menggunakan persamaan persentase keterlaksanaan. c. Menafsirkan kategori keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca berdasarkan Tabel 3.7. Tabel 3.7 Klasifikasi Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Persentase (%) 2. Analisis Tes Prestasi Belajar Kategori 80 atau lebih Sangat Baik 60 79 Baik 40 59 Cukup 21 39 Rendah 0-20 Rendah Sekali (Ridwan, 2000) Setelah instrumen tes diketahui validitas dan reliabilitasnya, selanjutnya tes diujikan pada siswa. Setelah diujikan maka akan diperoleh data skor-skor tes

33 siswa. Data skor pretest dan posttest dirata-ratakan, kemudian ditentukan besar gain dengan perhitungan sebagai berikut: (Hake, 1999) Peningkatan pretasi belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem posing dapat dihitung dengan menggunakan gain yang dinormalisasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung gain yang dinormalisasi adalah : (Hake, 1999) Interpretasi terhadap nilai gain yang dinormalisasi ditunjukan oleh tabel berikut: Tabel 3.8 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi Nilai <g> Kriteria <g> > 0,7 Tinggi 0,7 > <g> > 0,3 Sedang <g> < 0,3 Rendah (Hake, 1999) 3. Analisis Tes Berpikir Kritis Berdasarkan Adminitration Manual Cornell Critical Thinking, perhitungan skor menggunakan perumusan jumlah benar dikurangi setengah jumlah salah (R ½ W). Hitung jumlah jawaban yang benar, hitung jumlah jawaban yang salah, kalikan setengah pada jumlah jawaban yang salah, kemudian selisihkan dengan jumlah jawaban yang benar. Untuk menentukan batas-batas kelompok skor berpikir kritis, seperti pada tabel dibawah ini: Tabel 3.9 Kriteria skor Berpikir Kritis Persentase Klasifikasi skor < skor rata-rata SD Rendah

34 skor rata-rata SD < skor skor rata-rata + SD skor > skor rata-rata + SD Sedang Tinggi (Arikunto, 2010 )