PENGARUH VARIASI PENGENCERAN GIEMSA TERHADAP PEWARNAAN GIEMSA Plasmodium sp PADA PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH TIPIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang Telp.: Fax:

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen, dimana uji coba

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

Tri Wijayanti, SKM, M.Sc. Instalasi Parasitologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah

PEMERIKSAAN ERYTROSIT CARA PIPET

PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM )

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik.

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

PERSENTASE LIMFOSIT PADA PENDERITA TUBERCULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT ARIFIN ACHMAD PEKANBARU ABSTRAK

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN JENIS JENIS PEMERIKSAAN

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan di Unit Transfusi Darah Cabang Palang Merah Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. studi pustaka, yaitu dengan cara menggambarkan hasil penelitian, dan hasil

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

Teknik Pengelolaan Sediaan Sitologi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai April 2008.

I. METODE PENELITIAN. Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan : (Pre-Post Test Only One Group

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS)

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu farmakologi dan imunologi.

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP

PERBANDINGAN PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT DENGAN PEWARNAAN KOMBINASI GIEMSA DAN WRIGHT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan

Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz

Jurnal Riset Kesehatan

III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 60 itik lokal jantan asal Gunungmanik, Tanjung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teknik Pewarnaan Bakteri

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten :

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Mikrobiologi klinik dan infeksi.

DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN. Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2016 Januari Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

PAPER HEMATOLOGI PEMBUATAN HAPUSAN DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SEDIAAN APUS DARAH

SIGIT SULISTYA, A.Md, AK

PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No.

BAB IV METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

Lampiran 1. Road-map Penelitian

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2010, di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2011.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN HITUNG JUMLAH LEUKOSIT METODE MANUAL DAN AUTOMATIK MIFTAHUL FARID P

III. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

Aplikasi Arduino Untuk Otomatisasi Apusan Darah Tepi Dan Pengecatan Menggunakan Pewarna Giemsa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik.

PEWARNAAN HAPUSAN DARAH TEPI. Oleh, Kelompok 2: I Gusti Agung Ayu Krisma D. D (P ) I Putu Paramartha Wicaksana A.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI DAN METODE. Materi

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitis.

!"#!$%&"'$( )) Kata kunci: Differential counting, zona atas dan bawah

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. total dalam serum dan plasma pada balita yang dirawat inap di RS.Telogorejo.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik. Laboratorium MITRA SEHAT JEPARA. sampel di ambil secara total populasi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Road-map Penelitian

Transkripsi:

PENGARUH VARIASI PENGENCERAN GIEMSA TERHADAP PEWARNAAN GIEMSA Plasmodium sp PADA PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH TIPIS Hormalia (1), H. Haitami (2), Muhammad Arsyad (1) Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru Jl. Kelapa Sawiot 8 Bumi Berkat No. 1 Telp. (0511) 7672224 Banjarbaru, Kalimantan Selatan 70714 Email : Hormalia@gmail.com ABSTRAK Pewarnaan giemsa yang merupakan teknik pewarnaan yang paling bagus dan sering digunakan untuk mengidentifikasi parasit. harus diencerkan dengan konsentrasi tertentu, agar parasit dalam sel darah merah dapat menerima zat warna Giemsa sehingga memudahkan identifikasi parasit. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh variasi konsentrasi Giemsa terhadap hasil pewarnaan sediaan apus darah tipis pada pemeriksaan Plasmodium sp yang diperiksa secara mikroskopis, mengetahui kualitas hasil pewarnaan berbagai variasi konsentrasi Geimsa. Jenis penelitian analitik dengan rancangan penelitian eksperimen, dengan menggunakan darah positif malaria yang dibuat sediaan darah tipis dilakukan pewarnaan dengan variasi konsentrasi Giemsa 5%, 10% dan 20% dengan 9 kali pengulangan disetiap variasinya. hasil pewarnaan sediaan darah tipis menunjukkan pada pengenceran 5 % didapat 4 sediaan (45%) yang memenuhi kriteria pewarnaan sediaan yang baik, didapat 4 sediaan (44%) yang kurang memenuhi kreteria sediaan darah yang baik. Dan 1 sediaan (11%) yang dapat dikatakan jelek (tidak memenuhi kreteria sediaan yang baik). Pada pengenceran 10% didapat 8 sediaan (89%) yang memenuhi kriteria pewarnaan sediaan yang baik, 1 sediaan (11%) yang kurang memenuhi kreteria sediaan darah yang baik pada pengenceran 20% didapat hanya 2 sediaan (22%) yang kurang memenuhi kreteria sediaan darah yang baik. Dan sisanya didapatkan 7 sediaan (78%) yang dapat dikatakan jelek (tidak memenuhi kreteria sediaan yang baik). kemudian hasil data yang didapat dianalisis menggunakan uji Kruskall-Wallis sehungga didapatkan nilai = 0,001 < Artinya nilai menunjukkan ada pengaruh variasi konsentrasi Giemsa terhadap hasil pewarnaan giemsa Plasmodium sp sediaan darah tipis. Kata kunci : Variasi Giemsa, Sediaan Darah Tipis dan Plasmodium sp. (1) Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru (2) Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Banjarmasin

PENDAHULUAN Malaria adalah Penyakit menular yang merupakan masalah kesehatan utama diberbagai Negara tropis, termasuk di indonesia. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan sekitar 300-500 juta orang setiap tahun. Penemuan parasit plasmodium yang beredar pada darah tepi hingga saat ini masih merupakan diagnosis pasti yang tak terbantahkan. (Depkes RI, 2011). Salah satunya untuk menemukan parasit malaria biasanya menggunakan sediaan darah tipis karena morfologi Plasmodium setelah dilakuakan pewarnaan akan tampak terlihat lebih jelas dengan bagian-bagian relative lengkap. Salah satunya Pewarnaan giemsa yang merupakan teknik pewarnaan yang paling bagus dan sering digunakan untuk mengidentifikasi parasit yang ada di dalam darah (Depkes RI, 2011). Menurut Depertemen Kesehatan RI 2007 pewarnaan giemsa mempunyai standar pengenceran, dan setiap pengenceran mempunyai waktu pewarnaan yang berbeda-beda. Pewarna Giemsa dengan pengenceran 10% sebagai pewarna yang umum digunakan agar sediaan terlihat lebih jelas. (Kurniawan, 2010). Namun menurut hasil survey pada laboratorium di puskesmas didaerah Banjarbaru, setiap laboratorium mempunyai standar pengenceran giemsa yang berbedabeda sehingga terjadi banyak variasi konsentrasi Giemsa, karena ketersediaan stock reagen giemsa dilaboratorium, maka untuk mempercepat proses pewarnaan apusan, tidak sesuai dengan waktu setiap pengenceran. Perbedaan komposisi pengenceran dapat mempengaruhi warna sel dan kerataan pada hapusan darah tepi. Jika waktu pewarnaan terlalu, cepat menyebabkan apusan tidak terwarnai dengan sempurna, begitu juga sebaliknya jika pewarnaan dilakukan terlalu lama dapat mempengaruhi warna dan bentuk parasit, sehinga hasil pembacaan apusan untuk melihat parasit malaria sulit diteggakkan (Rahmad, 2011). Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik mengetahui pengaruh Variasi Pengenceran Giemsa Terhadap Pewarnaan Giemsa Plasmodium sp Pada Pemeriksaan Sediaan Darah tipis dengan variasi pengenceran giemsa antara 5 %, 10 % dan 20 % ini perlu untuk dilakukan. Rumusan Masalah Bagaimana Pengaruh Variasi Pengenceran Giemsa Terhadap Pewarnaan Giemsa Plasmodium sp Pada Pemeriksaan Sediaan Darah tipis? 1Batasan Masalah Pada penelitian ini, hanya membatasi Variasi Pengenceran Giemsa giemsa antara 5 %, 10 % dan 20 %.Terhadap Pewarnaan Giemsa Plasmodium sp Pada Pemeriksaan Sediaan Darah tipis. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui Pengaruh Variasi Pengenceran Giemsa Terhadap Pewarnaan Giemsa Plasmodium sp Pada Pemeriksaan Sediaan Darah tipis.

2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui Pengenceran Giemsa 5 % Terhadap hasil Pewarnaan Giemsa Plasmodium sp Pada Pemeriksaan Sediaan Darah tipis. b. Untuk mengetahui Pengenceran Giemsa 10 % Terhadap hasil Pewarnaan Giemsa Plasmodium sp Pada Pemeriksaan Sediaan Darah tipis. c. Untuk mengetahui Pengenceran Giemsa 20 % Terhadap hasil Pewarnaan Giemsa Plasmodium sp Pada Pemeriksaan Sediaan Darah tipis. METODE PENELITIAN Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey analitik dengan rancangan penetian experimen dengan (post test without control) dimana dalam penelitian ini peneliti membandingkan pengaruh perlakuan kelompok eksperimen terhadap control (Notoadmodjo, 2005). Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah darah pasien penderita malaria yang sudah dinyatakan positif. Dengan 3 perlakuan dan 9 kali pengulangan. Dengan menggunakan rumus Federrer (Moh. Nasir, 1983) Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Darah vena EDTA, Buffer ph 7,4, Methanol, Minyak imersi, Giemsa stok dan Obyek glass. Instrumen Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spuit, Mortil, Cawan vorselin, Gelas ukur 250 ml, Botol berwarna gelap, Kertas saring, Neraca analitik, Tourniquet, Kapas kering, Kapas alcohol, Kaca pemulas, Bak pewarnaan, Timer atau pencatat waktu, Pipet ukur volume 1ml, Pipet tetes, Beaker glass, Pipet tetes dan mikroskop. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Patologi Klinik Yayasan Borneo Lestari Banjarbaru, yang dilaksanakan pada tanggal 27-30 Maret 2017. Prosedur Pengambilan 1. Persiapan Alat Dan Bahan Persiapan alat dan bahan meliputi alat-alat yang digunakan dalam penelitian dan mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian. 2. Persiapan Pengambilan sampel Sampel darah yang digunakan dalan penelitian ini diambil dari penderita malaria yang dinyatakan positif (+), langkah-langkah pengambilan sampel meliputi : a. Keadaan pasien yang diperiksa, diusahakan pasien tenang begitu pula petugas b. Ditentukan vena yang akan ditusuk, pada orang gemuk atau vena yang tidak terlihat dibantu dengan palpasi. c. Daerah vena yang akan ditusuk diperhatikan dengan seksama terhadap adanya peradangan, dermatitis atau bekas luka, karena mempengaruhi hasil pemeriksaan. d. Tempat penusukkan didesinfeksi dengan alcohol 70 % dan dibiarkan kering.

e. Tourniquet dipasang pada lengan atas (bagian proksimal lengan) 6 cm dari lipatan tangan. f. Tegakkan kulit diatas vena dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak bergerak. g. Dengan lubang jarum menghadap keatas, kulit ditusuk dengan sudut 45 sampai ujung jarum masuk lumen vena ditandai dengan berkurangnya tekanan dan masuknya darah keujung semprit. h. Holder ditarik perlahan lahan sampai volume darah yang diinginkan sebanyak 2 ml. i. Tourniquet dilepas. j. Kapas diletakkan diatas jarum dan ditekan sedikit dengan jari kiri, lalu jarum ditarik. k. Pasien di intruksikan untuk menekan kapas selama 2 menit. l. Jarum ditutup lalu lepaskan dari sempritnya, darah dimasukkan kedalam botol penampung yang berisi EDTA ( 2 ml darah : 20 l EDTA ) melalui dinding secara perlahan (Kiswari, 2014). 3. Cara pembuatan preparat a. Siapkan alat dan bahan yang akan diperlukan b. Bersihkan dan keringkan kaca obyek. c. Teteskan sampel darah (1 pada kira-kira 2 cm dari salah satu pinggirannya, atau kira-kira cm dari tempat menuliskan label. d. Perhatikan besar tetesan, yang ideal untuk apusan adalah sepanjang ±3 cm. e. Bersihkan dan keringkan kaca preparat, letakkn kaca pemulas didepan tetesan, dengan membentuk sudut 30-40 dengan kaca obyek, kemudian geser kaca pemulas kebelakang sehingga menyentuh tetesan. f. Tetesan akan melebar di sepanjang pinggir kaca pemulas. Segera dorong kaca pemula kedepan dengan cepat dan tekanan yang cukup g. Sehingga didapatkan apusandarah yang semakin menipis keujung. h. Lalu keringkan udarakan (Kiswari, 2014). Dan sistematis pembuatan apusan dapat dilihat pada lampiran untuk lebih jelasanya. 4. Pembuatan Stock Reagen Giemsa. Untuk pembuatan pengenceran stock giemsa yang diperlukan dalam pewaraan adalah sebagai berikut : a. Pembuatan larutan Giemsa 5% untuk 20 ml : 1 ml bagian giemsa + 19 ml larutan buffer. b. Pembuatan larutan Giemsa 10% untuk 20 ml : 2 ml bagian giemsa + 18 ml larutan buffer. c. Pembuatan larutan Giemsa 20% untuk 20 ml : 4 ml bagian giemsa + 16 ml larutan buffer 5. Cara pewarnaan giemsa a. Letakkan sediaan yang akan dipulas di atas rak tempat memulas dengan lapisan darah keatas. b. Celup kedalam larutan methanol dengan cepat, kemudian angkat..6. prosedur penelitian Penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan, masing-masing 9 kali pengulangan sehingga jumlah sampel sebanyak 27 dengan cara melakukan pewarnaan sampai menutupi seluruh sediaan dengan meneteskan giemsa yang telah dilakukan pengencenceran, dengan berbagai pengenceran meliputi antara lain :

a. Kelompok 1 Pengenceran 5% yaitu : teteskan giemsa kemudian didiamakan 15 menit yang dilakukan 9 kali pengulangan. b. Kelompok 2 Pengenceran 10% yaitu : teteskan giemsa kemudian didiamakan 15 menit yang dilakukan 9 kali pengulangan. c. Kelompok 3 Pengenceran 20% yaitu : teteskan giemsa kemudian didiamakan 15 menit menit yang dilakukan 9 kali pengulangan. Kemudian di bilas dengan air suling yang mengalir dengan tujuan untuk menghilangkan semua kelebihan zat warna dan letakkan sediaan dalam sikap vertikal dan biarkan mengering pada udara. 7. Pemeriksaan Apusan Dengan Mikroskop a. Lihat dengan perbesaran lemah ( lensa objektif 10x dan lensaokuler 10x) untuk mendapat gambaran menyeluruh. Perlu diperhatikan apakah penyebaran sel-sel cukup merata. Adanya mikrofilaria sudah dapat diketahui dengan perbesaran 10 x 10. b. Penilain lebih lanjut dari sediaan apusan darah menggunakan lensa 100x dengan minyak imersy. Meneteskan 1 tetes miyak imersi pada sediaan hausan darah, gunakan lensa objektif 100 x 10. Setiap apusan yang diamati dan kriteria pewarnaan sediaan apusan malaria yang baik sebagai beriukut : 1. Sel-sel eritrosit warna kontras dan jelas 2. leukosit terlihat jelas dan bersih dari partikel-partikel giemsa 3. Inti berwarna merah, jumlah inti satu atau lebih 4. Sitoplasma berwarna biru muda. 5. Pigmen dalam sitoplasma berwarna beragam. Untuk melihat penilaian apusan darah tipis harus memenuhi kreteria. tersebut diatas jika : a. Baik jika memenuhi kreteria 3 dengan nilai 3. b. Kurang baik jika memenuhi kreteria 3 dengan nilai 2. c. Jelek jika memenuhi kreteria 3 dengan nilai 1. Cara Pengolahan dan Analisa Data 1. Cara Pengolahan data a. Editing adalah pengecekan data yang telah terkumpul, tujuannya untuk mengilangkan kesalahankesalahan yang terdapat pada pencatatan di lapangan dan bersifat koreksi. b. Coding adalah pemberian kodekode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data yang akan di analisis. c. Tabulasi adalah pembuatan tabletabel yang berisi data yang telah di beri kode sesuai dengan analisis yang di butuhkan. Dalam melakukan tabulasi di perlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan. 2. Analisa Data Untuk analisa data disajikan dalam bentuk table, kemudian dianalisis secara deskriptif dan dengan

uji statistik menggunakan uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variasi konsentrasi Giemsa terhadap hasil pewarnaan sediaan apus darah tipis pada pemeriksaan Plasmodium sp. ANALISIS HASILPENELITIAN 1. Gambaran Umum Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan Pada tanggal 27-30 Maret 2017, Menggunakan darah yang mengandung Plamodium sp yang diperoleh dari pasien penderita malaria yang didapat dari Puskesmas Aluh-Aluh. Sampel darah yang diperoleh, langsung dibuat sediaan apus darah tipis yang dibantu oleh para petugas analis Puskesmas di Aluh-Aluh. hal itu bertujuan agar mempertahankan kandungan parasit didalam sampel darah agar tidak berubah, dan pada waktu dilakukan pemeriksaan diharapkan lebih mudah ditemukan parasit dibawah mikroskop. Hasil penilaian pewarnaan sediaan darah malaria meliputi penilaian secara mikroskopis yang penilaian hasilnya dibantu Oleh Dr. Spesialis Patologi Klinik. Kriteria penilaian sediaan darah tipis yang baik secara mikroskopis dinilai dari latar belakang jernih, biru pucat atau pucat kemerah-merahan, sel-sel eritrosit warna kontras dan jelas, terlihat jelas dan bersih dari partikelpartikel giemsa. Pemeriksaan parasit Plasmodium sp stadium gametosit falcifarum warna kromatin merah dan sitoplasma berwarna biru. Hasil penelitian diperoleh bahwa pada konsentrasi 5% terdapat 4 sediaan darah yang mempunyai kriteria baik, 4 sediaan yang kurang baik, dan 1 sediaan yang tidak memenuhi syarat (jelek). Pada konsentrasi 10% diperoleh hampir semua sediaan dengan kriteria baik dan hanya 1 yang kurang baik. sedangkan pada konsentrasi 20% hampir semua sediaan tidak memenuhi kreteria sediaan apusan yang baik hanya terdapat 1 sediaan yang memenuhi kreteria itu pun kurang baik. Hasil pewarnaan dikatakan baik apabila skor 3, dikatakan kurang baik apabila skor 2 dan dikatakan tidak baik (jelek) apabila mendapat skor 1. Data hasil skor penilaian secara mikroskopis pewarnaan sediaan darah tipis dapat dilihat pada tabel 3, sedangkan untuk data penilaian sediaan dikatakan baik dan kurang baik dapat dilihat pada tabel 5.1: Tabel 5.1. Skor Gambaran Makroskopis dan Mikroskopis Sediaan Darah Tipis pada Pewarnaan Variasi Konsentrasi Giemsa Ulangan Skor Gambaran Sediaan Darah Tipis pada Pewarnaan Variasi Konsentrasi Giemsa 5 % 10% 20% 1 3 3 1 2 2 3 1 3 2 3 2 4 3 3 1 5 3 3 1

6 2 3 1 7 3 3 1 8 2 3 1 9 1 2 2 2,3 2,8 1,2 Berikut ini adalah ringkasan hasil pemeriksaan variasi konsentrasi giemsa terhadap hasil pewarnaan sediaan darah Plasmodium sp yang sudah dimasukkan dalam 3 kriteria, menurut skor masing-masing. Hasil penilaian pewarnaan diperoleh sediaan yang mempunyai kriteria baik, kurang baik dan jelek secara makroskopis dan mikroskopis dapat dilihat pada table 5.2 : Tabel 5.2. Data Hasil Penilaian Sediaan Darah Tipis Setelah Pewarnaan Giemsa `Konsentrasi 5%, 10% dan 20%. Hasil pewarnaan Sediaan Darah Tipis Malaria 5 % 10 % 20% Baik 4 8 - Kurang Baik 4 1 2 Jelek 1-7 Hasil penelitian diperoleh Pada pengenceran 10% sediaan yang memenuhi kreteria didapat 8 sediaan (89%) yang sediaan yang baik pada konsentrasi memenuhi kriteria pewarnaan 10% dan 5% masih juga dapat sediaan yang baik, 1 sediaan (11%) dikatakan memenuhi kreteria sediaan yang kurang memenuhi kreteria yang baik. Namun pada konsentrasi 20% hampir semua sediaan dapat sediaan darah yang baik. memenuhi kreteria sediaan dikatakan jelek (tidak memenuhi darah yang baik. Dan sisanya kreteria sediaan yang baik), hal ini didapatkan 7 sediaan (78%) yang dapat dibuktikan pada gambaran dapat dikatakan jelek (tidak mikroskopis masih terdapat sisa endapan cat atau partikel-partikel memenuhi kreteria sediaan yang baik). giemsa dan pewarnaan sitoplasma Hasil pewarnaan sediaan parasit yang tidak terlihat dengan darah yang memenuhi kriteria jelas. sediaan baik. Secara mikroskopis sel Sehingga pada pengenceran 5 eritrosit berwarna kemerahan, sel % didapat 4 sediaan (45%) yang leukosit terlihat jelas, bersih dari memenuhi kriteria pewarnaan endapan cat, kromatin parasit sediaan yang baik, didapat 4 sediaan berwarna merah dan sitoplasma (44%) yang kurang memenuhi warna biru. kreteria sediaan darah yang baik. Dan 1 sediaan (11%) yang dapat dikatakan jelek (tidak memenuhi 2. Analisis Statistik Data penelitian yang didapatkan dianalisis secara uji statistic untuk kreteria sediaan yang baik). membandingkan 3 data yang didapatkan menggunakan aplikasi

statistical program for social sience (SPSS). a. Uji Normalitas Data hasil pemeriksaan yang di peroleh kemudian dianalisa untuk mengetahui apakah ada perdaan kualitas pewarnaan dari 3 perlakuan yang diperiksa. Namun sebelum dianalisa terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, hal ini dilakukan agar mengetahui apakah data yang Tabel Test Of Normality didapat terdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas, data diuji dengan menggunakan kolmogrov-test. Jika nilai signifikan 0,05 maka, asumsi normalitas tidak terpenuhi atau ditolak dan sebaliknya jika nilai signifikan 0.05 maka asumsi normalitas dipenuhi. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 5.3 : sedian_darah N 27 Normal Parameters a,,b Mean 2.11 Std. Deviation.892 Most Extreme Differences Absolute.285 Positive.227 Negative -.285 Kolmogorov-Smirnov Z 1.481 Asymp. Sig. (2-tailed).025 Berdasarkan tabel di atas hasil uji normalitas diketahui bahwa nilai signifikan sebesar 0,25 yang berarti lebih besar dari 0,05 maka asumsi normalitas tidak terpenuhi atau dapat dikatakan bahwa data yang didapatkan tidak terdistribusi normal. b. Uji Kruskal-Wallis Uji ini bertujuan untuk menentukan apakah pengaruh signifikan secara statistic antara masing-masing variasi pengenceran giemsa dalam penelitian. Dalam uji ini data yang diuji dianggap ada Tabel Krusskal-Wallis test pengaruh variasi pengenceran giemsa jika nilai sampel tingkat kesalahan 0,05 maka artinya ada pengaruh perlakuan. Sebaliknya, jika nilai sampel tingkat kesalahan 0,05 maka artinya tidak ada pengaruh variasi giemsa terhadap pewarnaan giemsa plasmodium sp pada pemeriksaan sediaan darah tipis. Hasil uji Kruskal-Wallis dapat dilihat pada tabel 5.4 : Hasil statistic Pengenceran giemsa Jumlah Nilai Nilai Asymp Sig Pengulangan 27 0,001 14,637

Berdasarkan tabel diatas dari hasil uji Kruskal-Wallis didapatkan nilai = 0,001 < Artinya nilai menunjukkan bahwa ada pengaruh variasi pengenceran giemsa terhadap pewarnaan giemsa Plasmodium sp pada pemeriksaan sediaan darah tipis. PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi pengenceran giemsa terhadap pewarnaan giemsa Plasmodium sp agar dapat mengetahui konsentrasi yang baik untuk mendiagnosis dan mengidentifikasi Plasmodium sp. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil analisa statistik menggunakan Kruskall- Wallis dengan taraf kepercayaan 95% didapatkan nilai signifikan sebesar 0.01 > 0.05 maka hipotesis diterima yaitu ada pengaruh variasi pengenceran giemsa terhadap pewarnaan giemsa Plasmodium sp pada pemeriksaan sediaan darah tipis. Masih ada beberapa kriteria pewarnaan yang tidak terpenuhi, terutama pada konsentrasi pengenceran 20% yang dilakukan dengan lama pewarnaan 15 menit dan 9 kali pengulangan hasil pewarnaan dapat dikatakan jelek, karena hampir semua sediaan tidak memenuhi kreteria sediaan apusan yang baik hanya terdapat 1 sediaan yang memenuhi kreteria itu walaupun juga kurang baik. hal demikian dapat terjadi karena memang lama waktu pewarnaan untuk pengenceran ini terlalu singkat (tidak sesuai) yang seharusnya dilakukan dengan lama Pewarnaan 10 menit, sehingga sediaan kelebihan menyerap cat pewarnaan giemsa berlebihan sehingga terlihat sebagian cat terlihat seperti bercak-bercak kotoran yang menggangu dalam pengamatan mikroskop. Pada pengenceran 5% yang dilakukan dengan lama pewarnaan 15 menit dan 9 kali pengulangan juga terdapat sediaan yang tidak memenuhi syarat, terdapat 4 sediaan darah yang mempunyai kriteria baik, 4 sediaan yang kurang baik, dan 1 sediaan yang tidak memenuhi syarat (jelek). walaupu sebagian besar hasilnya masih dapat dikategorikan kurang baik tetapi masih bisa digunakan untuk pewarnaan membantu pemeriksaan mikroskopis, hal demikian terjadi karena lama waktu pewarnaan untuk pengenceran ini terlalu singkat(tidak sesuai). Yang seharusnya dilakukan dengan lama waktu pearnaan 30 menit Sehingga sediaan belum menyerap sempurna cat pewarna giemsa akibatnya ketika dilihat dibawah mikrskop parasit terlihat samarsamar inti dan sitoplasma parasit belum sempurna menyerap cat pewarna giemsa sehingga inti dan sitoplasma parasit sulit dibedakan warnanya. Namun berbeda halnya pada konsentrasi giemsa 10%, yang dilakukan dengan lama pewarnaan 15 menit dan 9 kali pengulangan. didapatkan hasil semuanya memenuhi kreteria sediaan dengan kriteria baik dan hanya 1 yang kurang baik, sediaan apusan yang baik. dapat dilihat seperti kejelasan warna sel darah merah yang kontras dan yang paling penting adalah parasit mampu menyerap warna

giemsa sehingga dapat diamati pada sel darah merah yang terinfeksi. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang ada. Dalam teori disebutkan bahwa pewarnaan giemsa mempunyai standar pengenceran, dan setiap pengenceran mempunyai waktu pewarnaan yang berbedabeda. Itulah sebabnya mengapa pada pengenceran 10% didapatkan hasil pewarnaan yang baik. karena memang dilakukan pewarnaan sesai dengan waktu yang telah ditentukan untuk standar pengenceran 10% adalah 15 menit. sedangkan pada pengenceran 5% dan 20%, waktu pewarnaan tidak sesuai lama waktu pewarnaan yang dilakukan dengan lama waktu yang telah ditentukan untuk masih-masing pengenceran. Sehingga hasil pewarnaan pada pengenceran 5% didapatkan sediaan yang kurang baik karena memang dilakukan lama waktu pewarnaan yang terlalulu singkat dari lama waktu pewarnaan sebenarnya pengenceran ini yaitu 30 menit. sedangkan pada pengenceran 20%, didapatkan hampir semua hasil pewarnaan sediaan jelek. hal demikian terjadi karena memang dikarenakan lama waktu pewarnaan yang digunakan tidak sesuai dengan pengenceran ini, wakut terlalu lama sedangkan konsentrasi giemsa pada pengenceran 20% dapat dikategorikan termasuk konsentrasi pekat. Sehingga saat dilakukan pewarnaan sel-sel eritrosit langsung menyerap kepekatan zat warna ini, tetapi karena waktu pewarnaaan yang terlalu lama sehingga mengakibatkan sediaan kelebihan zat warna. sehingga saat dilakukan pencucian sediaan yang kelebihan menyerap zat warna tadi akan sulit luntur dikarenakan kepekatan cat pewarna giemsa pada pengenceran ini dan mengakibatkan sisa bercakbercak pewarnaan giemsa terlihat seperti kotoran yang mengganggu pada waktu pemeriksaan mikroiskop akibatnya hasil pewarnaan tidak baik. hal demikian sejalan dengan teori yang telah ada dan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa setiap konsentrasi pengenceran giemsa mempunyai lama waktu pewarnaan yang berbeda-beda disetiap pengencerannya. Pewarna giemsa dengan pengenceran 10% sebagai standar pewarna yang umum digunakan agar sediaan terlihat lebih jelas. dan pewarnaan parasit malaria pada sediaan darah tipis maupun tebal menggunakan cat Giemsa dengan pengencer Buffer ph 7.2. Hasil pewarnaan parasit sitoplasma berwarna biru dan kromatin inti merah. Dengan zat warna giemsa pada konsentrasi dan waktu pewarnaan tertentu, warna yang baik dan sesuai dengan standar teknis akan tercapai, sehingga sediaan darah tersebut dapat diperiksa secara mikroskopis. Kualitas giemsa yang digunakan harus di cek mutunya dan dilihat tanggal kadaluwarsa larutan tersebut. giemsa yang mutunya jelek atau sudah rusak tidak akan mengeluarkan warna ungu atau merah atau keduanya. Kualitas zat pewarna giemsa yang digunakan, parasit pada sediaan darah tidak akan dapat dilihat atau dikenal apabila bagian-bagian morfologi dari parasitnya tidak bereaksi dengan zatzat warna dari giemsa.

Beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas hasil pewarnaan sediaan darah diantaranya tehnik pembuatan sediaan darah, sumber daya manusia (keterampilan dan ketelitian peneliti), proses pengecatan yang kurang tepat, kualitas buffer pengencer dan kualitas giemsa yang digunakan kurang memenuhi mutu cat giemsa yang baik. Hasil pewarnaan sediaan darah secara mikroskopis masih terdapat preparat yang tidak bersih dari endapan cat. Dalam penelitian ini ketelitian yang baik dari peneliti sangatlah penting mengingat pemeriksaan sediaan apus darah tipis malaria merupakan pemeriksaan metode manual. Untuk meminimalkan kesalahan pada penelitian ini, pemeriksaan hasil pewarnaan sediaan apus darah tipis malaria dalam berbagai variasi konsentrasi dilakukan dengan Sembilan kali pengulangan pada setiap perlakuan. Dengan demikian untuk parameter pemeriksaan parasit malaria utamanya untuk mengidentifikasi Plasmodium sp dapat menggunakan konsentrasi 10% agar pewarnaannya diperoleh hasil yang baik. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN a. Pengenceran Giemsa 5 % diperoleh 4 sediaan (45%) yang memenuhi kriteria pewarnaan sediaan yang baik, didapat 4 sediaan (44%) yang kurang memenuhi kreteria sediaan darah yang baik. Dan 1 sediaan (11%) dapat dikatakan jelek (tidak memenuhi kreteria sediaan yang baik) Terhadap Pewarnaan Giemsa Plasmodium sp Pada Pemeriksaan Sediaan Darah tipis. b. Pengenceran Giemsa 10 % diperoleh 8 sediaan (89%) yang memenuhi kriteria pewarnaan sediaan yang baik, 1 sediaan (11%) sediaan yang kurang memenuhi kreteria sediaan darah yang baik Terhadap Pewarnaan Giemsa Plasmodium sp Pada Pemeriksaan Sediaan Darah tipis. c. Pengenceran Giemsa 20 % diperoleh 2 sediaan (22%) yang kurang memenuhi kreteria sediaan darah yang baik. Dan sisanya didapatkan 7 sediaan (78%) yang dapat dikatakan jelek (tidak memenuhi kreteria sediaan yang baik) Terhadap Pewarnaan Giemsa Plasmodium sp Pada Pemeriksaan Sediaan Darah tipis d. Ada pengaruh variasi Pengenceran Giemsa Terhadap Pewarnaan Giemsa Plasmodium sp Pada Pemeriksaan Sediaan Darah tipis. SARAN a. Bagi petugas kesehatan utamanya yang bertugas memeriksa sampel darah untuk pemeriksan Plasmodium sp untuk memenuhi prosedur pewarnaan Giemsa pada konsentrasi 10 % untuk hasil yang lebih akurat.

b. Untuk menambah pengetahan diharapkan untuk meneruskan penelitian ini dengan judul yang berbeda atau dengan menambah populasi sampel penelitian. UCAPAN TERIMAKASIH Kepada Ibu Putri Kartika Sari, M. Si., selaku Derektur Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru. Kepada Bapak H. Haitami, M. Sc., selaku dosen pembimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Kepada Bapak Muhammad Arsyad, S. ST., selaku dosen pembimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Kepada Bapak Erfan Roebiakto, S.KM., M.S., selaku dosen penguji dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Seluruh dosen dan staf dosen Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru yang telah membantu kelancaran penyusunan karya tulis ilmiah ini. Seluruh keluarga tercinta yang telah membantu secara moril dan material dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. Seluruh rekan-rekan Prodi Analis Kesehatan Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru. REFERENSI Agung K, Jurnal KesehatanVol, IV, NO.2, Oktober 2010. Depertemen Kesehatan RI, 1999. Modul Parasitologi Malaria, Pendidikan Tenaga Jakarta. Kesehatan, Depertemen kesehatan RI, 2001. Modul Parasitologi Malaria, Pendidikan Tenaga Kesehata, Jakarta. Depertemen kesehatan RI, 2011. Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria, Jakarta. Gandosoebrata, R., 2007. Penuntun laboratorium klinik, Cetakan kesebelas, Dian Rakyat, Jakarta. Kiswari R., 2014. Hematologi Dan Tranfusi, Erlangga, Jakarta. Mahdiana R, 2010. Mengenal, Mencegah Dan Mengobat Penularan Penyakit Dari Infeksi, Citra Pustaka, Yogyakarta. Muslim M. 2009. Parasitologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta. Nazir, M, ph.d, 1983. Metode penelitian, Galia Indonesia, Jakarta. Notoadmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rieneka Cipta, Jakarta. Pusdiknakes. 1993. Malaria. Jakarta : Depkes RI. Rahmad A, 2011. Purnomo. Atlas Diagnostik Malaria, EGC, Jakarta.

Sandjaja, 2007. Parasitologi Kedokteran Protozoologi Kedokteran, Prestasi Pustaka, Jakarta