BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan tujuan untuk memelihara kesehatan dan kebugaran tubuh. Dalam perkembangan kegiatan ini dapat dilakukan sebagai sutu kegiatan yang menghibur, menyenangkan, dan dilakukan dengan tujuan sebagai upaya meningkatkan prestasi. Untuk mencapai prestasi memerlukan proses latihan yang cukup lama dan dilakukan sejak dini baik teknik, taktik, mental maupun fisik. Pada saat ini olahraga sudah menjadi tolak ukur suatu bangsa. Kemajuan dalam bidang olahraga juga menjadi tolak ukur kemajuan dan keberdayaan suatu bangsa dalam bidang lainnya. Biasanya Negara atau bangsa berusaha untuk mengoptimalkan kemampuan olahraga melalui event seperti Sea Games, Olympiade dan Asian games. Prestasi yang diraih oleh para atlet pada event tersebut dapat memberikan rasa bangga bangsa mereka dan memberikan rasa bangga bagi pribadi atlet itu sendiri. Dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi atlet merupakan suatu kumpulan hasil yang telah dicapai oleh atlet dalam melaksanakan tugas yang diberikan atau dibebankan (Adisasmito, 2007). Untuk mencapai prestasi dalam olahraga dibutuhkan wadah atau suatu organisasi keolahragaan seperti klub-klub olahraga atau sekolah-sekolah olahraga. Sesuai dengan yang diamanatkan dalam GBHN(1993), bahwa dalam upaya peningkatan prestasi olahraga perlu terus dilaksanakan pembinaan olahragawan sendiri melalui pencarian dan pemantauan bakat, pembibitan, pendidikan, dan pelatihan olahraga prestasi yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi secara efektif dan efisien. Hal ini perlu dilakukan karena untuk mencapai prestasi puncak memerlukan suatu proses latihan yang teratur, terarah dan berkesinambungan. Dalam pencapaian prestasi tidak terlepas dari hal-hal yang mempengaruhinya, oleh sebab itu setiap atlet harus mampu memanfaatkan potensinya secara optimal. Penampilan (performance) seorang atlet dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis, baik pengaruh positif dalam arti penampilan menjadi baik maupun negatif dalam arti penampilan menjadi buruk. Faktor psikologis yang seringkali 1
2 disebut sebagai faktor psikis atau faktor mental. Dalam pengaruh faktor psikis dapat dibedakan berdasarkan sifatnya dalam dua hal (Singgih, 2008) yaitu bersifat langsung dan tidak langsung. Faktor psikis yang bersifat langsung salah satunya adalah dikarenakan oleh adanya ketegangan emosi yang berlebihan sehingga mempengaruhi seluruh penampilan atlet, dan faktor psikis yang tidak langsung adalah berkaitan dengan penampilan atlet atau yang disebut dengan faktor nonteknis.tidak hanya faktor psikis saja yang dapat mempengaruhi performance pada atlet melainkan terdapat faktor non-teknis. Lingkungan tempat atlet pada saat bertanding seperti kondisi lapangan ataupun penonton juga dapat mempengaruhi kondisi psikis atlet, baik secara negatif maupun secara positif (Gunarsa, 2008). Penelitian ini difokuskan kepada faktor psikologis. Hal ini dikarenakan faktor psikologis sedemikian penting dalam dunia olahraga. Dalam peminatan olahraga terdapat perbedaan terutama pada cabang olahraga atletik. Tidak banyak anak muda yang tertarik untuk menekuni cabang olahraga ini. Hal ini disebabkan karena mereka beranggapan bahwa dalam cabang olahraga ini memiliki keminiman dalam hadiah dan tidak banyak media atau sponsor yang mendukung. Berbeda dengan cabang olahraga lain yang terhitung populer seperti sepak bola, bulu tangkis dan basket (www.anneahira.com). Pada pertandingan Sea Games ke dua puluh tujuh yang di selenggarakan di Myanmar pada tahun 2013, Thailand menjadi juara umum dengan meraih seratus tujuh (107) mendali emas, Sembilan puluh empat (94) mendali perak dan delapan puluh satu (81) perunggu. Sementara Indonesia yang tampil sebagai peraih mendali emas terbanyak pada sea games sebelumnya yaitu pada tahun 2011 di Jakarta dan di Palembang, kini harus puas berada di posisi keempat dengan meraih enam puluh lima (65) mendali emas, delapan puluh empat (84) perak dan seratus sebelas (111) perunggu (www.republika.co.id, 13 April 2014). Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Paulus selaku Ketua Bidang Pembinaan Pengurus Besar PASI yang dilakukan oleh peneliti, mendapatkan hasil bahwa terdapat beberapa kendala yang sering terjadi pada saat proses pelatihan, dan pada saat ingin bertanding. Kendala ini berkaitan dengan bahwa para atletik kurang memiliki keinginan untuk maju dan lebih berkembang dari sebelumnya. Beberapa atlet senior menyatakan bahwa atlet Indonesia kurang memiliki keyakinan akan
3 kemampuan, kurang memiliki motivasi yang kuat untuk menjadi juara, merasa takut kalah, tegang dan takut tidak dapat bermain dengan bagus serta atlet Indonesia cenderung kurang memiliki motivasi untuk menjadi juara sehingga dalam latihan terlihat kurang bersemangat dan kurang disiplin (Adisasmito,2007). Pada dasarnya tujuan pembinaan olahraga di Indonesia adalah untuk meningkatkan prestasi atlet. Untuk mencapai prestasi olahraga yang optimal membutuhkan beberapa latihan, usaha yang maksimal dan kedisiplinan yang tinggi. Didalam Undang-undang Republik Indonesia No.3 tahun 2005, berkaitan dengan Keolahragaan Nasional yang dikenal sebagai Undang-undang olahraga, secara eksplisit menjelaskan bahwa Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan pendidikan olahraga (Dimyati, 2006). Dalam meningkatkan pembinaan olahraga prestasi yang tinggi merupakan salah satu masalah yang rumit serta kompleks. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi (Nossek 1982. hal.86). Dalam pembinaan olahraga tidak hanya cukup mengandalkan dana, pengorganisasian, manajemen dan kerja keras tetapi tidak kalah pentingnya peran serta pendekatan ilmiah sebagai disiplin ilmu. Ilmu-ilmu ini dapat digunakan sebagai upaya meningkatkan prestasi olahragawan (Setyobroto, 1993). Harsono (dalam Singgih, dkk, 1996) menyatakan bahwa dari berbagai ilmu yang mendukung praktek kepelatihan olahragawan, psikologi olahraga yang menyangkut proses-proses mental emosional yang dimiliki oleh atlet menjadi kontribusi penting dan semakin menentukan dalam pembinaan serta peningkatan prestasi atlet. Faktor psikologis memiliki peranan yang penting pada pencapaian prestasi yang tinggi, 80% faktor kemenangan atlet professional ditentukan oleh faktor psikologis (Adisasmito, 2007). Dalam penelitian ini, peneliti lebih berfokus kepada faktor psikologis yaitu kepercayaan diri dan motivasi berprestasi. Adapun dua teori yang digunakan yaitu, teori sport confidence Vealey dan teori motivasi David McClelland. Menurut Vealey (1986), mendefinisikan sport confidence sebagai keyakinan individu mengenai kemampuan untuk berhasil dalam olahraga. Berdasarkan model sport confidence yang dikembangkan oleh Vealey dan Knight (dalam Horn, 2008), dapat diidentifikasikan menjadi tiga dimensi yaitu physical skills and training, cognitive
4 efficiency, dan resilience. Teori kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori motivasi David McClelland. Menurut McClelland melalui teorinya yaitu motif sosial (dalam Walgito, 2010) mengemukakan bahwa motif sosial merupakan yang kompleks dan merupakan sumber dari banyak perilaku atau perbuatan manusia. Menurut McClelland (1961), seseorang dianggap memiliki motivasi untuk berprestasi jika ia memiliki keinginan untuk melakukan suatu karya berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain. Menurut McClelland (1961), kebutuhan motivasi dibagi menjadi tiga yaitu need of achievement (N-ach), need of power (Npow), dan need of affiliation (N-aff). Dalam penelitian ini peneliti tertarik akan motivasi berprestasi dalam need of achievement. Hal ini dikarenakan salah satu peranan psikologis yang menunjang suatu prestasi para atlet adalah motivasi berprestasi. Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas cabang olahraga atletik. Hal ini dikarenakan, kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah di Indonesia. Dapat terlihat bahwa kurang peminatan anak muda terhadap cabang olahraga ini, minimnya hadiah dan lain-lain. Atletik merupakan cabang olahraga tertua yang dilakukan oleh manusia sejak zaman purba hingga saat ini. Dikatakan demikian karena sejak manusia berada di muka bumi ini gerakan-gerakan yang terdapat dalam cabang olahraga ini seperti berjalan, berlari, melompat dan melempar sering dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari (Gilang, dkk, 2007). Berdasarkan beberapa pendapat-pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa kurangnya kepercayaan diri terhadap kemampuan serta motivasi berprestasi menjadi penyebab utama penurunan prestasi pada atlet Indonesia. Banyak orang yang beranggapan bahwa dengan membangkitkan semangat juang saja sudah cukup untuk memunculkan motivasi berprestasi (Satiadarma, 2001). Sumber motivasi dan tingkatan motivasi pada atlet dapat mempengaruhi daya juang mereka, jika motivasi yang dimiliki oleh atlet rendah maka daya juangnya juga akan rendah (Susilowati, 2008). Kedua pembahasan ini sangat penting untuk para atlet atletik. Dengan mengetahui sumber-sumber kepercayaan diri dan motivasi berprestasi maka pihakpihak yang terkait (pelatih, Pembina atlet dan lain-lain) dapat mengetahui bagaimana dan apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan diri (sport confidence) serta motivasi pada atlet.
5 1.2 Rumusan Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil suatu perumusan permasalahan yaitu penulis ingin mengetahui apakah ada hubungan antara sport confidence dengan motivasi berprestasi terhadap atlet atletik PASI. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: - Mengetahui apakah ada hubungan antara sport confidence dengan motivasi berprestasi terhadap Atlet Atletik PASI.
6