BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan virus yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan penderita meninggal dalam waktu yang sangat pendek (Thomas, 2007; Ramos, 2008). Sampai saat ini penyebaran DBD masih terpusat di daerah tropis yaitu Australia Utara Bagian Timur, Asia Tenggara, India, Afrika, Amerika Latin, dan sebagian Amerika Serikat. Namun, dengan adanya pemanasan global diperkirakan penyebarannya akan meluas sampai kedaerah-daerah yang beriklim dingin. Pada Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009, DBD menjadi peringkat ke dua untuk penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah. Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat/wilayah yang terdapat nyamuk penular penyakit tersebut. Banyaknya permukiman baru secara tidak langsung juga telah menciptakan tempat-tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti, serta masyarakat luas lainnya yang masih mempunyai budaya menyimpan air bersih secara tradisional seperti adanya bak mandi, tempayan, drum dan lain-lain yang hampir selalu dimiliki oleh 1
setiap keluarga. Berbagai upaya untuk mengatasi masalah penyakit DBD di Indonesia telah dilakukan puluhan tahun yang lalu, salah satunya dengan pemberantasan vektor, akan tetapi belum diperoleh hasil yang optimal. Melihat kemungkinan adanya dampak negatif dari Aedes aegypti yaitu sebagai vektor DBD maka perlu dilakukan pengendalian. Bentuk pengendalian ini dapat dilakukan secara mekanik, biologi, kimia, atau perubahan sifat genetik (Eisen, 2009; Suwanbamrung, 2009). Menurut Depkes RI(2009) pada tahun 2008 dijumpai kasus DBD di Indonesia sebanyak 137.469 kasus dengan CFR 0,86% dan IR sebesar 59,02 per 100.000, dan pada tahun 2009 yaitu sebesar 154.855 kasus dengan CFR 0,89% dengan IR sebesar 66,48 per 100.000, dan pada tahun 2010 Indonesia menempati urutan tertinggi kasus DBD di ASEAN yaitu sebanyak 156.086 kasus dengan kematian 1.358 orang (Kompas, 2010). Tahun 2011 kasus DBD mengalami penurunan yaitu 49.486 kasus dengan kematian 403 orang (Ditjen PP & PL Kemkes RI, 2011). Saat ini juga diperkirakan ada 50 juta infeksi dengue yang terjadi diseluruh dunia setiap tahun. Diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat 100 juta kasus demam dengue (DD) dan 500.000 kasus DHF yang memerlukan perawatan di rumah sakit, dan 90% penderitanya adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun dan jumlah kematian oleh penyakit DHF mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap tahunnya(who, 2012). 2
Banyak masyarakat tertarik dengan manfaat tanaman herbal dimana lebih mudah didapatkan dan ramah lingkungan salah satunya adalah tanaman tomat (Solanum lycopersicum L) dimana pemberantasan penyakit demam berdarah dapat dilakukan dengan memberantas vektornya baik pada stadium dewasa maupun pada stadium jentik. Pada stadium jentik dapat menggunakan larvasida alamiah, salah satu tumbuhan yang dapat digunakan adalah daun tomat (Solanum lycopersicum L) yang termasuk dalam famili Solanaceae (Pertiwi, 2012). 3
I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah ekstrak infusa daun tomat (Solanum lycopersicum L) efektif dalam membunuh larva Aedes aegypti? 2. Berapakah dosis yang dibutuhkan untuk membunuh larva Aedes aegypti? 3. Apakah pertambahan dosis berbanding lurus dengan peningkatan mortalitas larva Aedes aegypti? I.3. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tujuan umum : Mengetahui efektivitas larvasida ekstrak infusa daun tomat (Solanum lycopersicum L) terhadap larva Aedes aegypti di laboratorium. 2. Tujuan khusus : Mencari nilai LC 50 ekstrak infusa daun tomat (Solanum lycopersicum L) terhadap larva Aedes aegypti, serta membuktikan ada atau tidaknya hubungan antara peningkatan konsentrasi ekstrak infusa daun tomat (Solanum lycopersicum L) dengan mortalitas jumlah larva Aedes aegypti per satuan waktu. 4
I.4. Manfaat Penelitian I.4.1. Bagi masyarakat Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi kepada masyarakat atas masalah yang dihadapi berupa pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti secara mandiri yang dapat diperoleh secara alami dan ramah lingkungan. I.4.2. Bagi akademik Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan mahasiswa dan kalangan akademisi lainnya mengenai manfaat dan pengaruh dari uji daya infusa ekstrak Solanum lycopersicum L terhadap larva Aedes Aegypti. I.4.3. Bagi Pengembangan penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memacu para peneliti lain untuk mengembangkan lebih luas sehingga akan lebih banyak pengetahuan yang bisa diketahui secara alami dan ramah lingkungan. 5
I.5. Keaslian Penelitian Uji efektifitas larvisida ekstrak ethanol daun mimba (Azadirachta indica) terhadap larva Aedes aegypti, (Aradilla, 2009), pada penelitian tersebut menggunakan ekstrak ethanol dan tanaman herbal yang digunakan adalah daun mimba (Azadirachta indica) dan persamaan yang didapat pada penelitian ini adalah mencari efektifitas larvisida terhadap Aedes aegypti. Efek minyak Atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum L)terhadap mortalitas larva Anopheles aconitus ( Oktavia, 2010), pada penelitian tersebut menggunakan minyak Atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum L) dan larva yang digunakan adalah Anopheles aconitus. Uji efektifitas ekstrak akar tuba (Derris elliptica) terhadap mortalitas Anopheles.sp (Jayadipraja,2011), pada penelitian tersebut tanaman herbal yang digunakan adalah akar tuba (Derris elliptica) dan larva yang digunakan adalah Anopheles.sp. Pemanfaatan ekstrak daun tomat (Solanum lycopersicum L) sebagai insektisida alami untuk mematikan larva nyamuk (Pertiwi,2012), dimana pada penelitian ini tidak dijelaskan daun tomat (Solanum lycopersicum L) yang digunakan menggunakan metode seperti apa. 6