BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian di negara dengan pendapatan rendah dan menengah

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

AYU CANDRA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut,

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian. 1

BAB I PENDAHULUAN. seimbang akan mempengaruhi rasio lingkar pinggang pinggul menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia.

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering


BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah. untuk pasien dan keluarganya (Adibhatla et al., 2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) memiliki berbagai perubahan fungsi organ, salah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran pola kesehatan dan penyakit, di mana terjadi penurunan prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular) dan terjadi peningkatan penyakit degeneratif (penyakit tidak menular). Salah satu penyakit tidak menular ini sebagian besar disebabkan karena penyakit kardiovaskular (Humaedi, 2016). Penyakit kardiovaskular terjadi akibat adanya masalah pada pembuluh darah di jantung. Berbagai penyakit yang termasuk ke dalam jenis kardiovaskular adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, serangan jantung, aneurisma dan stroke (Jae-kwang, 2014). Penyakit jantung adalah penyakit yang melibatkan pembuluh darah jantung atau darah (arteri dan vena). Penyakit jantung mengacu pada setiap penyakit yang mempengaruhi sistem kardiovaskular (Suiraoka, 2012). Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kondisi yang terjadi akibat penumpukan plak di arteri jantung sehingga mengakibatkan suplai darah ke jantung menjadi terganggu (Palar et al., 2015). Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang ke orang (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data Kementrian RI menunjukkan bahwa penyebab kematian penyakit tidak menular pada individu di dominasi oleh penyakit kardiovaskular sebesar (39%), selanjutnya penyakit kanker (27%), sedangkan pada urutan ketiga penyakit pernafasan, pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4 % kematian disebabkan diabetes (Kemenkes RI, 2012). Penyakit jantung koroner (PJK) disebabkan oleh penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadinya aterosklerosis (kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak (plaque) pada dinding arteri koroner, (Kabo, 2008). Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian utama di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia (Seymour, 2006). Berdasarkan

data riskesdas 2013, Prevalensi jantung koroner tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh masing-masing 0,7 %, Banten (0,5%). Faktor risiko yang berperan terhadap timbulnya penyakit jantung koroner antara lain penuaan, pada wanita menopause (tidak menstruasi lagi) dan riwayat keluarga sakit jantung sebagai faktor risiko yang tidak dapat dicegah. Merokok, hipertensi, kolesterol, kelebihan berat badan, kurang olahraga, dan diabetes, sebagai faktor risiko yang dapat dicegah (Kurniadi, 2013). Semakin banyak faktor risiko yang ada pada seseorang maka semakin besar kemungkinan orang itu menderita penyakit jantung koroner (Herman, Syukri, & Efrida, 2015). Patofisiologi penyakit jantung koroner dimulai dengan timbunan lemak (plak) yang mengandung kolesterol LDL dan trigliserida tinggi pada permukaan bagian dalam pembuluh darah (endotel) yang disebut arterosklerosis dan menyebabkan penumpukan dan pada dinding arteri dan mengurangi aliran darah ke jantung. Ketika plak semakin membesar otot jantung akan kekurangan oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan gejala gizi terjadinya infark miokard (terhentinya aliran darah) atau bila terjadi iskemia miokard seperti nyeri di dada yang dikenal sebagai angina pectori (Kowalak et al., 2011). Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya aterosklerosis adalah adanya peningkatan kadar lipid darah seperti peningkatan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) darah, Kolesterol total dan Trigliserida darah serta penurunan HDL (High Density Lipoprotein) darah (Tsalissavrina et al., 2006). Trigliserida membentuk hampir semua gabungan lemak dalam darah, yang dikenal dengan Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan bagian terbesar Low Density Lipoprotein (LDL). Trigliserida dapat sebagai salah satu penyebab utama yang berkaitan dengan penyakit jantung dan pembuluh darah (Anies, 2015). Trigliserida dalam bentuk LDL membawa kolesterol dari hati ke sel-sel tubuh yang memerlukan. Jika terlalu banyak yang dibawa, maka bisa terjadi penumpukan dinding pembuluh darah (Mulyanto, 2012). Kadar trigliserida di atas 150 mg/dl perlu diwaspadai dan perlu dikendalikan (Adiputro, 2008).

Kadar trigliserida dalam darah juga dipengaruhi oleh asupan. Salah satunya yaitu asupan lemak yang berlebihan dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah. Trigliserida yang tinggi dapat diatasi dengan cara mengatur asupan (Goff et al., 2006). Konsumsi sayur dan buah yang tinggi akan serat serta vitamin dapat menurunkan kadar trigliserida dalam darah (Park et al., 2009). Asupan lemak berlebihan akan menyebabkan penumpukan lemak berlebih mengakibatkan meningkatkan jumlah asam lemak bebas yang dihidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) endotel. Peningkatan ini memicu produksi oksidan yang berefek negatif terhadap reticulum endoplasma dan mitokondria. Free Fatty Acid (FFA) yang dilepaskan karena adanya penimbunan lemak yang berlebihan juga menghambat klirens serum triasilgliserol sehingga mengakibatkan peningkatan kadar trigliserida darah (hipertrigliseridemia) (Putri & Isti, 2015). Lemak utama dalam makanan adalah trigliserida sehingga semakin banyak kelebihan kalori tersebut semakin banyak pula kadar trigliserida serum dalam tubuh (hipertrigliseridemia). Keadaan tersebut apabila berlangsung terus menerus dapat menimbulkan penyakit kardiovaskular (Orbayinah & Permana, 2011). Asupan lemak yang dianjurkan yaitu 25-30% dari kebutuhan energi total, 10% berasal dari lemak jenuh dan 10-15% lemak tidak jenuh (Almatsier, 2008). Hasil penelitian Iva, Djoko, Dian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara lemak dengan kadar trigliserida menggunakan uji one way anova bermakna (p=0.01) dengan nilai P0 (0.053) dan nilai P1 (0.001) (Tsalissavrina et al., 2006). Konsumsi serat juga mempengaruhi metabolisme trigliserida dalam tubuh. Konsumsi serat yang memenuhi kebutuhan dapat meningkatkan eksresi lemak melalui feses sebanyak 2 4 g/hari (Chan el al., 2007). serat akan mengikat lemak sehingga penyerapan lemak akan terganggu. Serat akan mengikat asam empedu dan membentuk misel yang akan dikeluarkan melalui feses (Yang & Barouch, 2007). Individu yang kurang mengkonsumsi serat, maka asam empedu akan memecah lemak yang kemudian diabsorbsi oleh usus halus. Pemecahan lemak akan menghasilkan asam lemak dan gliserol. Dimana asam lemak dan gliserol adalah komponen penyususn trigliserida (Lattimer & Haub, 2010).

Serat memberikan efek positif terhadap kesehatan, namun juga memberikan efek negatif, sehingga serat pangan tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan, sebagai acuan kebutuhan serat yang dianjurkan yaitu 30 gram/hari (Santoso, 2011). Hasil penelitian Ginta menunjukkan ada hubungan antara asupan serat dengan Kadar trigliserisa bermakna (p<0.05) dengan nilai p (0.0001) dan nilai r (0.579) (Siahaan et al., 2015) hubungan tersebut memiliki keeratan pada tingkat yang sedang dan kuat (Siahaan et al., 2015). Vitamin C sebagai antioksidan yang larut dalam air dapat mencegah terjadinya oksidasi. Vitamin C dapat mengurangi kadar trigliserida dalam darah sehingga apabila ada gangguan kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan peningkatan kadar trigliserida. Vitamin C menstimulasi pemakaian asam lemak dalam sel hati yang dapat mengurangi kadar trigliserida dalam darah (MeRae, 2008). Vitamin C sebagai antioksidan berfungsi menangkap radikal peroksil sehingga dapat melindungi LDL dari kerusakan oksidatif. Konsentrasi vitamin C yang tinggi dalam darah akan menurunkan kadar LDL, trigliserida dan meningkatkan HDL darah (Silalahi, 2006). Vitamin C dapat memecah kolesterol menjadi asam empedu dan garam empedu di dalam hati, kemudian mensekresikan ke dalam empedu dan usus dikeluarkan sebagai feses (Ayuandira, 2012). Konsentrasi vitamin C yang tinggi dalam darah akan menurunkan kadar LDL, trigliserida dan meningkatkan HDL darah (Silalahi, 2006). Hasil penelitian Rika menunjukkan bahwa Vitamin C dapat menurunkan kadar trigliserida serum darah marmot secara nyata pada dosis 5,425 mg/kgbb/hari (P1), 38,75 mg/kgbb/hari (P2) dan 77,5 mg/kgbb/hari (P3) setelah 12 dan 24 hari pemberian vitamin C ( P<0,05) bila dibandingkan dengan P0 (Sianipar, 2007). Penelitian ini dilaksanakan di RSU Kabupaten Tangerang karena merupakan RS pemerintah yang beroperasi di Kabupaten Tangerang. Data yang didapat dari RSU Kabupaten Tangerang, pada arsip rekam medik sebanyak 2200 pasien yang menjalani rawat jalan di poli jantung, 202 pasien diantaranya pasien penyakit jantung koroner. Ditinjau dari latar belakang diatas muncul masalah bagaimana hubungan asupan lemak, serat dan vitamin C dengan kadar trigliserida pada

pasien penyakit jantung koroner di poliklinik Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian diatas, asupan lemak, serat, dan vitamin C berpengaruh terhadap kadar trigliserida pada pasien jantung koroner. Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan arteri koroner. Trigliserida dapat sebagai salah satu penyebab utama yang berkaitan dengan penyakit jantung dan pembuluh darah (Anies, 2015). Trigliserida dalam bentuk LDL membawa kolesterol dari hati ke sel-sel tubuh yang memerlukan. Jika terlalu banyak yang dibawa, maka bisa terjadi penumpukan dinding pembuluh darah (Mulyanto, 2012). Asupan lemak berlebihan akan menyebabkan penumpukan lemak berlebih mengakibatkan meningkatkan jumlah asam lemak bebas yang dihidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) endotel. Peningkatan ini memicu produksi oksidan yang berefek negative terhadap reticulum endoplasma dan mitokondria. Free Fatty Acid (FFA) yang dilepaskan karena adanya penimbunan lemak yang berlebihan juga menghambat klirens serum triasilgliserol sehingga mengakibatkan peningkatan kadar trigliserida darah (hipertrigliseridemia) (Putri & Isti, 2015). Konsumsi serat juga mempengaruhi metabolisme trigliserida dalam tubuh. Konsumsi serat yang memenuhi kebutuhan dapat meningkatkan eksresi lemak melalui feses sebanyak 2 4 g/hari (Chan el al., 2007). serat akan mengikat lemak sehingga penyerapan lemak akan terganggu. Serat akan mengikat asam empedu dan membentuk misel yang akan dikeluarkan melalui feses (Yang & Barouch, 2007). Vitamin C sebagai antioksidan berfungsi menangkap radikal peroksil sehingga dapat melindungi LDL dari kerusakan oksidatif. Konsentrasi vitamin C yang tinggi dalam darah akan menurunkan kadar LDL, trigliserida dan meningkatkan HDL darah (Silalahi, 2006).

C. Pembatasan Masalah Kadar trigliserida dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab yang tidak bisa diteliti secara keseluruhan. Agar penelitian ini lebih terarah, maka ruang lingkup penelitian ini membahas hubungan asupan lemak, serat dan vitamin C pada pasien penyakit jantung koroner di poliklinik RSU Kabupaten Tangerang. D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diperoleh rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan asupan lemak, serat dan vitamin C dengan kadar trigliserida pada pasien penyakit jantung koroner di poliklinik Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan asupan lemak, serat dan vitamin C dengan kadar trigliserida pada pasien jantung koroner di poliklinik RSU Kabupaten Tangerang. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan riwayat penyakit) pada pasien jantung koroner di poliklinik di RSU Kabupaten Tangerang. b. Mengidentifikasi asupan lemak, asupan serat, dan asupan vitamin C pada pasien jantung koroner di poliklinik RSU Kabupaten Tangerang c. Mengidentifikasi kadar trigliserida pada pasien jantung koroner di poliklinik RSU Kabupaten Tangerang. d. Menganalisa hubungan asupan lemak dengan kadar trigliserida pada pasien jantung koroner di poliklinik RSU Kabupaten Tangerang e. Menganalisa hubungan asupan serat dengan kadar trigliserida pada pasien jantung koroner di poliklinik RSU Kabupaten Tangerang.

f. Menganalisa hubungan asupan vitamin C dengan kadar trigliserida pada pasien jantung koroner di poliklinik RSU Kabupaten Tangerang. 3. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Memberikan informasi mengenai hubungan asupan lemak, serat, vitamin C dan kadar trigliserida pada pasien jantung koroner di poliklinik RSU Kabupaten Tangerang agar dapat memperbaiki kebiasaan makan dan dapat menerapkan pada pola makan yang seimbang. 2. Bagi Institusi Rumah Sakit Memberikan informasi mengenai hubungan asupan lemak, serat, vitamin C dan kadar trigliserida pada pasien jantung koroner di poliklinik RSU Kabupaten Tangerang agar dapat digunakan sebagai acuan pemberian diet pada penderita PJK. 3. Bagi Institusi Pendidikan Ilmu Gizi Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan teori ilmu gizi yang berkaitan hubungan asupan lemak, serat, vitamin C dan kadar trigliserida pada pasien jantung koroner di poliklinik RSU Kabupaten Tangerang. 4. Keterbaruan Penelitian No Nama Peneliti dan Tahun 1 Iva Tsalissavrin a, Djoko Wahono, Dian Judul Penelitian Pengaruh Pemberian Diet Tinggi Karbohidrat Dibandingkan Rancangan Penelitian Experiment al Laboratorik dengan menggunak Analisis Data uji Anova One Way, Uji Post Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa tertinggi nilai trigliserida berada di kelompok tinggi

No Nama Peneliti dan Tahun Handayani, 2006 2. Ginta Siahaan, Effendi Nainggolan, Dini Lestrina, 2015 3. Ibnu Zakil, Andrew Johan, Nyoman Suci W. 2015 Judul Penelitian Diet Tinggi Lemak Terhadap Kadar Trigliserida dan HDL Darah pada Rattus novergicus galur wistar Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Trigliserida dan Kadar Glukosa Darah pada Vegetarian Pengaruh pemberian jus mangga terhadap profil lipid dan malondialdehyd e pada tikus yang diberi minyak jelantah Rancangan Penelitian -an jenis Randomized control group post test design Observasion al dengan desain cross sectional. Subjek dengan metode purposive sampling. eksperiment al dengan randomized controlled pre-post test design. Analisis Data Hoc Turkey Uji Korelasi Pearson. uji Indepen dent samplettest. Hasil lemak diet (169 mg / dl), diikuti oleh karbohidrat diet tinggi (130,2 mg / dl) dan terendah adalah diet normal (81,2 mg / dl). Nilai terendah dari HDL berada di kelompok normal diet (32,7 mg / dl), diikuti oleh diet tinggi lemak (34,2 mg / dl) dan tertinggi diet tinggi karbohidrat (38,4 mg / dl). Pada penelitian ini juga membuktikan hubungan antara asupan serat dengan TG bermakna (p<0,05) dengan tingkat keeratan kuat. Dengan nilap P = 0.0001 dan nilai r= 0.579 Rerata perubahan setelah pemberian jus mangga pada P2 kolesterol total -72,90±9,33 mg/dl,trigliserida -39,29±8,13 mg/dl, LDL -8,71±3,05mg/dldan MDA -4,25±0,52. Rerata Peningkatan HDL 13,70±4,16 mg/dl.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Iva, Djoko dan Dian (2006), Ginta, Effendi, dan Dini (2015), ibnu, Andrew, Nyoman (2015) terletak pada tempat dan tahun pelaksanaan penelitian. Persamaan penelitian terletak pada uji statistik desain pearson. 5. Tempat Penelitian Tangerang. Tempat penelitian akan dilaksanakan di poliklinik RSU Kabupaten