BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu daerah membutuhkan sumber daya dan dana serta dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Tugas Pembantuan.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINANN TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN. keleluasaan kepada daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang luas dan. setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Adanya perubahan Undang-Undang Otonomi daerah dari UU

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam terselenggaranya pemerintahan daerah yang baik. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena dari era reformasi yang sangat menarik untuk dikaji oleh berbagai kalangan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Negara Indonesia sedang berada dalam sistem pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pembangunan nasional telah ditempuh berbagai upaya perbaikan

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah memberikan kewenangan kepada. pendapatan dengan menetapkan pendapatan lain-lain yang berupa

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

I. PENDAHULUAN. kepedulian terhadap potensi dan keanekaragaman daerah. daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pusat (Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah perubahan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI SURAKARTA. (Studi Empiris di Surakarta Tahun Anggaran )

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENGANTAR. revisi dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

I. PENDAHULUAN. dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan pemberian kewenangan secara luas, nyata, dan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengartikan pajak sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. oleh rakyat (Halim dan Mujib 2009, 25). Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

STUDI PEMANFAATAN PARKIR UMUM DAN PARKIR KHUSUS TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PERPARKIRAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat dan pembangunan (Siahaan, 2010:9). Sedangkan pajak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki fungsi dalam. mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. seperti jalan, jembatan, rumah sakit. Pemberlakuan undang-undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia adalah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pembangunan itu dilaksanakan ditiap-tiap daerah. Dalam. ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

Menimbang : Mengingat :

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta

PROFIL IPAL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. maka daerah akan lebih paham dan lebih sensitif terhadap kebutuhan masyarakat

BAB III KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, batasan penelitian, dan kontribusi penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu daerah membutuhkan sumber daya dan dana serta dapat memanfaatkan potensi daerah yang ada. Faktor penentu keberhasilan pembangunan daerah juga memerlukan keuangan yang memadai, baik dari sumber pemerintah pusat maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD). Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang mengatur otonomi daerah disempurnakan dan diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Kelemahan peraturan yang ada sebelumnya diperbaiki sebagai upaya mempercepat peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat. Pemerintahan daerah berhak mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Hal itu diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Kecuali itu, juga diarahkan untuk peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah. Pemerintah 1

2 daerah dalam mewujudkan efisiensi dan efektivitas pembangunan perlu memperhatikan hubungan antarsusunan pemerintahan dan antarpemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global. Perhatian itu dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. Pelaksanaan otonomi daerah merupakan salah satu indikator keberhasilan kemampuan keuangan daerah. Kemampuan keuangan daerah diatur pada Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk mendistribusikan pelaksanaan penyelenggaaran pemerintahan sendiri. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang digunakan untuk pembiayaan suatu daerah. Pemerintah Kabupaten Sleman telah menerapkan hal tersebut dengan membuat Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan. Pemerintah daerah diharapkan dapat memanfaatkan dan menggali potensi yang ada pada daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Penggalian dan pengembangan PAD merupakan hal yang mendukung terwujudnya pelaksanaan otonomi daerah yang utuh, nyata, dan bertanggung jawab pada daerah kabupaten. Sumber pendapatan daerah yang diperoleh dari pajak dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah. Maka dari itu, perlu ditingkatkan penerimaannya. Salah satu retribusi yang bisa ditingkatkan

3 penerimaannya di Kabupaten Sleman ialah retribusi pelayanan persampahan/kebersihan. Berkembangannya pertumbuhan penduduk, peningkatan jumlah perumahan, dan niaga berpotensi terhadap penerimaan retribusi pelayanan persampahan/kebersihan. Perumahan dan niaga yang berpotensi menurut Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan ialah wilayah Depok, Ngaglik, Sleman, Gamping, dan Mlati. Wilayah-wilayah itu merupakan wilayah yang lahan untuk pembuangan sampah terbatas. Keterbatasan lahan pembuangan sampah itu menjadikan masyarakat membutuhkan pelayanan persampahan/kebersihan. Pemungutan retribusi pelayanan persampahan/kebersihan dilakukan oleh Bidang Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman. Pelaksaan kegiatan berdasar pada visi dan misi. Visi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman ialah pelayanan kebinamargaan, permukiman, sanitasi, penataan bangunan dan perumahan yang lebih berkualitas dan responsif gender. Sasaran dari Bidang Kebersihan dan Pertamanan ialah tersedianya prasarana dan sarana kebersihan. Indikator sasaran ialah kualitas dan kuantitas sistem penampungan, pengangkutan, pembuangan, dan pengolahan dalam proses penanganan persampahan meningkat. Pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan persampahan/kebersihan Kabupaten Sleman menggunakan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan. Permasalahan yang terjadi pada Kabupaten Sleman ialah tingginya pertumbuhan penduduk yang berakibat pada meningkatnya volume sampah yang tidak dapat dihindari dan kurangnya sumber daya manusia dan sarana truk. Hal itu menjadikan adanya tuntutan kepada

4 pemerintah untuk mengelolanya dengan baik. Tingginya peningkatan volume sampah menjadikan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman selama ini mengalami kesulitan dalam penanganan pelayanan persampahan/kebersihan. Volume sampah yang meningkat, kurangnya SDM dan sarana truk menjadi permasalahan bagi Bidang Kebersihan dan Persampahan. Pengelolaan operasion al persampahan/kebersihan membutuhkan biaya yang cukup besar. Biaya operasional pengelolaan persampahan/kebersihan yang besar menjadi tuntutan pemerintah daerah untuk meningkatkan dana yang berasal dari pelayanan retribusi. Pengelolaan persampahan membutuhkan biaya yang tinggi maka diperlukan adanya analisis terhadap upaya apa yang akan dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Sleman supaya ada peningkatan realisasi retribusi persampahan dan dapat digunakan untuk pemeliharaan biaya operasional. Masyarakat mengharapkan adanya pelayanan persampahan/kebersihan yang baik. Pelayanan persampahan/kebersihan menjadi baik jika diimbangi oleh adanya timbal balik kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi persampahan. Sumber pendapatan daerah dapat berasal dari pajak dan retribusi daerah maka perlu ditingkatkan penerimaannya. Salah satu retribusi yang bisa ditingkatkan penerimaannya di Kabupaten Sleman ialah retribusi pelayanan persampahan/kebersihan. Tingginya pertumbuhan penduduk, perumahan, dan niaga seharusnya menjadikan pertumbuhan itu berpotensi terhadap pendapatan retribusi persampahan/kebersihan. Kenyataan yang terjadi ialah retribusi pelayanan persampahan/kebersihan masih sedikit.

5 Peningkatan volume sampah dari masyarakat tidak bisa terhindarkan sehingga ada tuntutan kepada pemerintah untuk mengelolanya dengan baik. Supaya pengelolaan pelayanan persampahan/kebersihan supaya menjadi optimal diperlukan biaya yang cukup besar. Akan tetapi, kesadaran masyarakat dalam memberikan retribusi persampahan/kebersihan kurang. Jika pelayanan persampahan/kebersihan yang diberikan sudah baik dan layak, layak juga jika masyarakat dikenakan kompensasi berupa retribusi. Prinsip pengenaan retribusi didasarkan pada pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah. Retribusi daerah merupakan pemungutan yang dilakukan oleh pemerintah kepada wajib retribusi atas pemanfaatan suatu jasa tertentu yang disediakan pemerintah. Jadi, imbalan langsung dapat dinikmati oleh pembayar retribusi (Mahmudi, 2002). Ketika masyarakat sudah mendapatkan pelayanan persampahan/kebersihan maka wajib membayar iuran retribusi secara teratur dan retribusi persampahan/kebersihan meningkat. Penerimaan retribusi persampahan/kebersihan rendah dan masih banyak dikucurkan subsidi pemerintah daerah. Namun demikian, tujuan pemerintah daerah Kabupten Sleman bukan ke arah pencapaian keuntungan, melakukan melihat ke arah pemenuhan pelayanan persampahan/kebersihan kepada masyarakat dan terciptanya kebersihan lingkungan. Retribusi persampahan/kebersihan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan meliputi persampahan perumahan dan niaga. Kategori pembayar retribusi tingkat perumahan ialah perumahan yang sudah berlangganan atau wajib membayar retribusi dan sudah ditetapkan pada Surat Ketetapan Retribusi Daerah

6 (SKRD) Kabupaten Sleman. Kategori pembayar retribusi tingkat niaga meliputi toko/kios, warung makan, sekolahan, kantor, rumah sakit, dan pasar tradisional yang sudah menjadi pelanggan pelayanan persampahan dan ditetapkan oleh SKRD. Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan menggolongkan pasar tradisional yang termasuk berkategori pembayar retribusi diantaranya ialah Pasar Colombo di Jln. Kaliurang Km. 7,5 Sleman; Pasar Sidorejo di Sidorejo-Ngrangsan Selomartani Kalasan Sleman; dan Pasar Tlogorejo di Jln. Godean Km. 5 Gamping Sleman. Meningkatnya jumlah perumahan dan niaga merupakan potensi penerimaan retribusi persampahan/kebersihan. Penerimaan retribusi ini diperlukan upaya pengelolaan pelayanan persampahan/kebersihan yang baik supaya efesiensi, efektivitas, dan penerimaan retribusi meningkat. 1.2 Rumusan Masalah Pengelolaan retribusi pelayanan persampahan/kebersihan dilakukan oleh Bidang Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan. berikut. Kepala Seksi Bidang Kebersihan dan Pertamanan menuturkan sebagai Kendala yang terjadi dalam pengelolaan persampahan karena kurangnya tenaga, sarana truk untuk pengangkutan sampah sehingga volume sampah Kabupaten Sleman belum dapat terlayani. Perumahan dan niaga meningkat namun retribusinya ya tidak naik banyak. (SY) Bidang Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan belum mengelola retribusi persampahan/kebersihan secara maksimal seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, perumahan, dan niaga. Penerimaan

7 retribusi yang rendah dan biaya operasional yang tinggi mengakibatkan pengelolaan pelayanan persampahan/kebersihan tidak efesien. Permasalahan juga timbul dari kurangnya sumber daya manusia, sarana, dan prasarana pengangkutan persampahan. Pemerintah daerah tidak mampu mengelola sampah seluruh wilayah Kabupaten Sleman maka pengelolaan dilakukan oleh pihak swasta sebagai penyedia jasa pelayanan persampahan/kebersihan. Ada beberapa penyedia pelayanan persampahan/kebersihan yang tidak terdeteksi sehingga retribusi tidak sampai kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman. 1.3 Pertanyaan Penelitian Dari rumusan permasalahan di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana potensi retribusi pelayanan persampahan/kebersihan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan? 2. Bagaimana tingkat efektivitas dan tingkat efisiensi retribusi pengelolaan persampahan/kebersihan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan? 3. Apakah upaya pengelolaan pelayanan persampahan/kebersihan yang sudah dilakukan oleh Bidang Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan sudah sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2010? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

8 1. Menganalisis dan menentukan potensi pengelolaan retribusi pelayanan persampahan di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman. 2. Mengukur tingkat efektivitas dan tingkat efisiensi pengelolaan persampahan/kebersihan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman. 3. Mengidentifikasi upaya-upaya yang sudah dilakukan pada pengelolaan retribusi persampahan/kebersihan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman. 1.5 Motivasi Penelitian Motivasi penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran ilmiah tentang potensi retribusi, tingkat efektivifitas, dan tingkat efisiensi realisasi penerimaan retribusi dan pembiayaan pengelolaan pelayanan persampahan/kebersihan serta mengaplikasikan metode penelitian campuran dalam sektor publik guna mendapatkan hasil yang lebih optimal. 1.6 Batasan Penelitian Penelitian ini hanya akan membahas pengelolaan retribusi pelayanan persampahan/kebersihan yang berada pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman yang meliputi perumahan dan niaga karena ada pengelolaan yang dilakukan oleh Dinas Pasar namun peraturan dan tarif sudah berbeda.

9 1.7 Kontribusi Penelitian Penelitian ini berkontribusi bagi praktisi sebagai masukan kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman dalam hal jumlah potensi, tingkat efektivitas, tingkat efisiensi dan sebagai masukan upaya pengelolaan retribusi pelayanan persampahan/kebersihan. Penelitian ini berkontribusi bagi akademisi diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi untuk penelitianpenelitian selanjutnya..