BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari sektor perbankan. Karena perbankan memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan perekonomian. Hal ini dikarenakan sektor perbankan memiliki fungsi utama yaitu sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak pihak yang memiliki dana (surplus dana) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (defisit dana). Dalam menciptakan dan memelihara perbankan yang sehat diperlukan lembaga perbankan yang senantiasa terdapat pembinaan dan pengawasan yang efektif. Sehat tidaknya perbankan dapat dilihat melalui profitabilitas bank itu sendiri. Karena tujuan utama perbankan adalah mencapai profitabilitas yang maksimal. Profitabilitas merupakan kemampuan bank dalam menghasilkan atau memperoleh laba secara efektif dan efisien. Secara garis besar, laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan pendapatan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Intinya adalah profitabilitas menunjukkan efisiensi perusahaan (Kasmir, 2010 hal. 196) Menurut Dendawijaya (2008:120) menjelaskan bahwa : Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen Bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan, semakin besar ROA suatu Bank semakin besar pula tinkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi Bank tersebut dari segi penggunaan aktiva. 1
2 Tabel 1.1 Nilai rata-rata Return On Assets (ROA) pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014 No. Bank 2010 2011 2012 2013 2014 1 PT. Bank Agroniaga Tbk. 1.70 1.60 1.50 1.45 0.38 2 PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk. 0.89 1.00 0.29 0.28 0.38 3 PT. Bank Bukopin Tbk. 1.70 1.90 2.10 1.46 1.58 4 PT. Bank Bumi Arta Tbk. 2.87 2.23 3.01 2.34 1.53 5 PT. Bank Bumi Putra Tbk. 1.37 1.27-1.24 0.26 0.52 6 PT. Bank Central Asia Tbk. 2.60 3.20 3.40 3.80 2.94 7 PT. Bank Century Tbk. 3.95-8.84 0.18 0.38 0.35 8 PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. 2.98 5.74 4.42 2.56 3.71 9 PT. Bank Eksekutif Internasional Tbk. 3.23 1.19-4.40-1.42 0.13 10 PT. Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk. 2.00 4.00 1.53 1.84 3.12 11 PT. Bank Internasional Indonesia Tbk. 0.78 2.26 1.87 1.40 0.68 12 PT. Bank Kesawan Tbk. 0.39 0.37 0.30 0.36 0.33 13 PT. Bank Lippo Tbk. -1.50 3.25 1.79 1.74 2.71 14 PT. Bank Mandiri Tbk. 2.80 3.10 0.50 1.10 1.98 15 PT. Bank Mayapada Tbk. 1.00 1.96 0.76 1.43 1.32 16 PT. Bank Mega Tbk. 3.20 3.00 1.20 0.72 2.14 17 PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 0.77 2.41 1.61 1.85 0.81 18 PT. Bank Niaga Tbk. 2.03 2.45 1.87 2.00 1.87 19 PT. Bank NISP Tbk. 1.70 2.21 1.45 1.38 1.21 20 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 1.80 1.73 1.43 0.91 1.21 21 PT. Bank Pan Tbk. 3.00 5.63 2.27 2.57 2.3 22 PT. Bank Permata Tbk. 1.90 2.30 1.20 1.20 2.45 23 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 4.11 5.77 5.04 4.63 1.29 24 PT. Bank Swadesi Tbk. 2.40 1.95 1.86 1.21 3.82 25 PT. Bank UOB Buana Tbk. 2.30 2.52 3.08 2.43 1.06 26 PT. Bank Victoria Internasional Tbk. 0.69 1.44 1.31 1.33 1.1 Rata-rata 1,95 2,14 1,47 1,51 1,57 Berdasarkan tabel 1.1 di atas dilihat dari laporan keungan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada periode 2010 sampai dengan tahun 2014, pertumbuhan Return On Asset (ROA) pada perusahaan perbankan menunjukan bahwa pertumbuhan ROA sudah sesuai dengan ketentuan peraturan dari Bank Indonesia yaitu minimal 1,5%. Namun ada juga beberapa perbankan yang pertumbuhan ROA tidak sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Trend ditahun
3 2014 terlihat meningkat namun di tahun setelahnya (2015) trend profitabilitas perbankan kembali mengalami penurunan. 2.5 ROA 2 1.5 1 ROA 0.5 0 2010 2011 2012 2013 2014 Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Rata-rata ROA Perbankan yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014 Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa pertumbuhan ROA perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014 umumnya mengalami kenaikan. Namun pada tahun 2012 mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan perusahaan perbankan umumnya mengalami peningkatan kredit tidak lancar. Pada tahun 2012 rata-rata ROA tidak sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia bahwa tingkat kesehatan bank yang memiliki tingkat ROA minimum 1,5%. Return on Assets (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam kegiatan operasi perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
4 Mahmoedin (2011:114) yang menyatakan bahwa: Profitabilitas adalah kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Hal ini terlihat pada penghitungan produktivitasnya yang dituangkan dalam rumus ROE (Return on Equity) dan ROA (Return on Assets). Jika kredit tidak lancar (Non Performing Loan) maka rentabilitasnya menjadi kecil. Beberapa faktor untuk meningkatkan profitabilitas bank disamping oleh pertumbuhan kredit yang disalurkan, juga dapat pula melalui rasio kecukupan modal yang dilihat dari angka Capital Adequacy Ratio (CAR), factor fundamental (Current ratio, EPS dan TATO), Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dan lain-lain. Namun pada penelitian ini untuk meningkatkan profitabilitas bank dibatasi hanya melalui NPL dan CAR saja. Menurut Krisna Wijaya (2012:2): Non Performing Loan adalah perbandingan antara kredit bermasalah dengan total kredit pada suatu bank. Semakin tinggi Non Performing Loan suatu bank menunjukan jumlah kredit yang bermasalah pada bank tersebut ada pada jumlah yang relatif besar terhadap kredit yang disalurkan. Untuk Non Performing Loan (NPL) Bank Indonesia telah menentukan sebesar 5%. Apabila bank-bank mampu menekan rasio NPL di bawah 5% maka potensi keuntungan yang akan diperoleh akan semakin besar karena bank-bank akan menghemat uang yang akan diperlukan untuk membentuk cadangan kerugian kredit bermasalah atau Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Dengan semakin kecil PPAP yang harus dibentuk bank-bank maka laba usaha yang diperoleh menjadi semakin besar sehingga kinerja bank secara keseluruhan akan membaik. Dalam penyaluran kredit, yang menjadi risiko adalah kerugian akibat kredit bermasalah. Ketika tingkat kredit bermasalah meningkat maka kredit menjadi tidak lancar dan macet. Pada saat yang bersamaan tingkat NPL pun akan meningkat, akibatnya penghasilan bank yang bersumber dari bunga kredit menjadi tidak lancar. Sebaliknya, jika kredit lancar dan tidak bermasalah, maka bank akan memperoleh penghasilan yang bersumber bunga dengan lancar pula. Bisnis perbankan pada dasarnya tidak dapat melepaskan diri dari resiko kegagalan. Pemberian kredit atau pembiayaan oleh bank mengandung risiko tidak
5 lancarnya pembayaran kembali kredit dengan kata lain disebut kredit bermasalah (NPL). Kredit bermasalah yang terjadi pada bank dapat diturunkan dengan cara ekspansi atau restrukturisasi. Restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh pemerintah adalah sebagai upaya menghindari risiko kerugian karena kualitas kredit yang makin memburuk. Kualitas kredit dinilai berdasarkan kolektibilitasnya yang pada prinsipnya berdasarkan pada kontinuitas pembayaran kembali oleh debitur. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tanggal 27 November 2005 tentang Kualitas Aktiva Produktif, maka kualitas kredit dapat digolongkan menjadi lancar (pass), dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan macet (loss). Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dikutip dari situs Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Juni 2015, kredit valas industri perbankan menembus angka Rp 643,55 triliun. Angka ini naik 12,78% dibanding periode yang sama tahun 2014 kemarin yang sebesar Rp 570,62 triliun. Per Juli 2015, piutang valas industri perbankan lebih tinggi lagi. Kredit valas periode Juli mencapai Rp 651,96 triliun atau tumbuh 14,75% dibanding Juli 2014 yang sebesar Rp 568,12 triliun. Mekarnya kredit valas, tentu turut memengaruhi kenaikan rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) valas di perbankan. Perbankan pun menempuh berbagai cara untuk tetap mempertahankan posisi NPL valas agar tidak ikut terkerek. Menurut Direktur Utama Panin Bank, Herwidayatmo, cara yang ditempuh perseroan untuk mencegah terkereknya NPL valas ada dengan hanya menyalurkan kredit valas kepada perusahaan yang memiliki pendapata atau revenue berupa valas.( Dea Chadiza Syafina, 2015) Peningkatan Non Performing Loan (NPL) yang dialami perbankan nasional juga mengakibatkan tersendatnya penyaluran kredit. Banyaknya kredit bermasalah menyebabkan terkikisnya permodalan bank yang dapat dilihat dari angka Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurut Dendawijaya (2009:121) Rasio kecukupan modal (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) untuk dibiayai dari dana modal bank sendiri
6 Menurunnya CAR tentu saja berakibat menurunnya kemampuan bank dalam menyalurkan kredit yang pada akhirnya bank kehilangan kemampuannya dalam menghasilkan laba yang optimum dari kegiatan pokoknya tersebut. Bank Indonesia menetapkan CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu properti tertentu dari Total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dengan kategori sebagai berikut: 1. CAR > 8% kategori A 2. CAR -25% s/d 8% kategori B 3. CAR < -25% kategori C Rasio NPL dan rasio CAR merupakan dua indikator penting dalam menilai kesehatan sebuah bank. Apabila tingkat NPL yang dimiliki oleh suatu bank semakin meningkat maka akan mengakibatkan tersendatnya penyaluran kredit. Banyaknya kredit bermasalah menyebabkan terkikisnya permodalan bank yang dapat dilihat dari angka CAR. Menurunnya CAR tentu saja berakibat menurunnya kemampuan bank dalam menyalurkan kredit yang pada akhirnya bank kehilangan kemampuannya dalam menghasilkan laba yang optimum dari kegiatan pokoknya. Semakin baik nilai rasio NPL dan rasio CAR yang dimiliki bank, maka kemampuan bank dalam mengelola modal dengan menyalurkan kredit semakin baik dan berakibat kemampuan bank dalam menghasilkan laba baik. Hal ini menunjukkan bahwa NPL dan CAR berpengaruh terhadap profitabilitas. Pada penelitian ini penulis menghitung tingkat profitabilitas dengan menggunakan Return on Assets (ROA) hal ini dikarenakan kemampuan bank dalam menghasilkan laba akan tergantung dari pada kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva dengan liabilitasnya yang ada juga dapat memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan income Melihat perkembangan pada sektor perbankan terutama mengenai adanya kredit bermasalah dan tingkat kecukupan modal pada bank untuk melaksanakan fungsinya maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut penelitian sebelumnya dengan melakukan survei pada beberapa bank yang ada di Indonesia mengenai adanya pengaruh yang signifikan antara NPL dan CAR serta bagaimana pengaruh
7 kedua indikator tersebut terhadap tingkat profitabilitas pada bank. Dengan fenomena diatas penulis tertarik mengambil judul Pengaruh Rasio Non Performing Loan (NPL) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Tingkat Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI. 1.2 Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan Rasio Non Performing Loan (NPL) Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Profitabilitas (ROA) pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014 2. Bagaimana pengaruh dari Rasio Non Performing Loan (NPL) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas (ROA) pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014 secara simultan. 3. Bagaimana pengaruh dari Rasio Non Performing Loan (NPL) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas (ROA) pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014 secara parsial. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan untuk sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perkembangan Rasio Non Performing Loan (NPL) Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Profitabilitas (ROA) pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014 2. Untuk mengetahui pengaruh dari Rasio Non Performing Loan (NPL) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas (ROA) pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014 secara simultan. 3. Untuk mengetahui pengaruh dari Rasio Non Performing Loan (NPL) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas (ROA) pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014 secara parsial.
8 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Bagi Bank yang bersangkutan, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak manajemen dalam mengambil kebijakan perusahaan, khususnya dalam melakukan ekspansi kredit. 2. Bagi penulis, hasil dari penelitian diharapkan akan menambah wawasan dalam bidang perbankkan khususnya tentang masalah yang berkaitan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) dengan profitabilitas (ROA). 3. Bagi pihak lain, sebagai bahan referensi dalam penulisan karya ilmiah. 1.5 Metode Penelitian Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian deskriptif dan verifikatif. Data penelitian yang diperoleh tersebut diolah, dianalisis secara kuantitatif. Serta diproses lebih lanjut dengan alat bantu berupa dasar-dasar teori yang dipelajari sebelumnya sehingga dapat memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti dan kemudian dari hasil tersebut ditarik kesimpulan. Menurut Mohammad Nazir (2009:63) pengertian penelitian deskriptif adalah: berikut : Merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu kondisi, suatu penelitian ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai perusahaan khususnya mengenai aspek-aspek yang sedang diteliti dan melakukan hubungan terhadap variabel yang diteliti. Kemudian definisi metode verikatif menurut Masyhuri (2010:45) sebagai Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan. Metode deskriptif ini tidak hanya memberikan gambaran terhadap fenomena tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi, serta mendapatkan makna dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Berdasarkan hal diatas tujuan dari penelitian deskriptif dan verifikatif ini adalah
9 untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bank-bank go public yang terdaftar di BEI. Alasan penulis menetapkan BEI sebagai sumber data penelitian disebabkan karena BEI merupakan salah satu sentral perdagangan saham perusahaan yang telah go public. Adapun waktu pelaksanaannya di mulai Bulan Oktober 2015 sampai dengan selesai.