BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2). Belajar adalah proses yang berlangsung seumur hidup. Selama organisme itu hidup, selama itu pula proses belajarnya terus berlangsung. Sebagai proses seumur hidup, belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ada belajar dengan mengambil contoh dari pengalaman hidup sebelumnya; ada belajar dengan cara melakukan berulang-ulang melalui proses trial and error; ada juga belajar dengan cara terstruktur dan tersistematis, serta bertujuan. Pendidikan formal adalah salah satu jenis dari tiga jenis belajar di atas, yaitu belajar dengan cara terstruktur, tersistematis dan bertujuan. Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap (Dimiyati, Mudjiono, 2010: 157). Secara umum Gagne dan Briggs melukiskan pembelajaran sebagai upaya orang yang tujuannya adalah membantu orang belajar (Gredler dalam Siti Hawa, :3), secara lebih terinci Gagne mendefinisikan pembelajaran sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya internal. Kata lainnya, inilah arti belajar dalam dunia pendidikan formal itu. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar (Suprijono, 2009: 46). Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model adalah each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide,keterangan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran 1
berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Suprijono, 2009 46). Cooperartive learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok (Rusman, 2010: 203). Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Nurulhayati, 2002: 25) dalam Rusman, 2010: 203. Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa metode salah satunya tipe make a match yang akan digunakan peneliti. Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan make a match adalah kartu-kartu. Kartukartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut (Suprijono, 2009: 94). IPS pada hakekatnya adalah ilmu yang secara luas mempelajari tentang masyarakat. John Jarolimek (1967) mengatakan bahwa IPS adalah mengkaji manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan fisiknya; Binning (1952) bahwa IPS adalah suatu pelajaran yang berhubungan langsung dengan perkembangan dan organisasi masyarakat manusia dan manusia sebagai anggota dari kelompok sosial; Michaelis (1957) bahwa IPS berhubungan dengan manusia dan interaksinya dengan lingkungan fisik dan sosialnya yang menyangkut hubungan kemanusiaan; Nasution (1975), mengemukakan bahwa IPS sebagai suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya, dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik dan psikologi sosial. Karena itu, pendekatan yang dibangun dengan menekankan penguasaan materi melalui metode pembelajaran ceramah mungkin adalah cara yang keliru. Dengan pendekatan ini, kecenderungan yang terjadi adalah akan terjadi kejenuhan pada siswa. Selain itu, hakikat mata pelajaran IPS itu sendiri sebagai mata pelajaran yang menekankan pemahaman tentang apa itu interaksi antar manusia menjadi hilang. Dari beberapa ahli ditemukan bahwa yang disebut dengan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku akibat dari proses belajar. Perubahan tingkah laku 2
tersebut adalah perubahan yang relatif menetap, dimana perubahan itu terjadi pada ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan ketrampilan. Dalam dunia pendidikan formal, ukuran pada ketiga aspek hasil belajar itu dilihat pada nilai raport atau nilai ulangan harian siswa. Namun demikian, agar hakikat belajar seperti yang diidealkan secara konseptual itu dapat tercapai, guru perlu secara kreatif memanfaatkan keadaan untuk dijadikan sebagai medium pembelajaran, dalam rangka membawa siswa pada hasil belajar sesuai dengan hakikat hasil belajar itu sendiri. Metode ekspositori merupakan metode yang terdiri dari ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ini cenderung berpusat pada guru dengan proses pembelajaran secara verbal. Somantri (2001: 45) membedakan metode ekspositori dan metode ceramah. Dominasi guru dalam metode ekspositori banyak dikurangi. Guru tidak terus berbicara, tetapi informasi diberikan pada saat-saat atau bagianbagian yang diperlukan, seperti di awal pembelajaran, menjelaskan konsepkonsep dan prinsip-prinsip baru, pada saat memberikan contoh kasus di lapangan dan sebagainya. Metode ekspositori adalah salah satu cara menyampaikan gagasan atau ide dalam memberikan informasi dengan lisan atau tulisan. Mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran pemahaman, oleh guru perlu dipikirkan strategi atau metode yang tepat dalam pembelajaran mata pelajaran ini. Berdasarkan amatan situasi sementara, tampak bahwa interaksi antar siswa pada sekolah ini sangat tinggi, hanya saja bahwa interaksi itu masih interaksi yang bersifat negatif. Sebab, siswa keliru memanfaatkan waktu. Mereka menggunakan waktu belajar untuk saling berkomunikasi dengan temannya. Dengan memanfaatkan situasi siswa yang saling berkomunikasi sementara guru mengajar, sebenarnya guru dapat mendorong siswa untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswanya. Penelitian kali ini akan mengambil subyek penelitian siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 04. Jumlah siswa kelas IV di SD Negeri Sidorejo Lor 04 ada 42 siswa, di mana jumlah siswa tersebut merupakan jumlah terbanyak dibandingkan dengan kelas yang lain. Di kelas tersebut, saat guru menjelaskan 3
materi mereka tidak memperhatikan dengan baik, ini akan membuat siswa tidak bisa memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa kurang memperhatikan pada saat pembelajaran disebabkan mereka melakukan kontak dengan saling surat-menyurat antar teman sekelas. Suasana kelas menjadi ramai menyebabkan siswa tidak fokus dalam kegiatan pembelajaran terutama penjelasan materi yang diberikan guru. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama 2 kali mengajar di kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 04, keadaan kelas yang masih saja seperti biasanya selalu ramai dan siswa yang melakukan kontak dengan saling suratmenyurat. Kondisi ini sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh guru secara positif. Maksudnya adalah interaksi yang baik antara sesama siswa, perlu dilihat sebagai peluang untuk mengkreasikan metode pembelajaran yang tepat dengan situasi itu. Di antara berbagai metode pembelajaran, metode cooperative learning tipe make a match diduga dapat cocok untuk digunakan pada situasi kelas yang demikian, karena make a match merupakan metode mencari pasangan. Dalam metode ini masing-masing siswa mendapatkan kartu pertanyaan dan jawaban secara terpisah, sehingga mereka diberi kesempatan untuk menemukan pasangan dari kartu yang mereka miliki. Metode ini juga mengajarkan siswa untuk bekerja sama, membuat siswa aktif dalam pembelajaran dan menggali pengetahuan siswa serta menguji ketelitian mereka, sehingga hasil belajar mereka lebih baik dari pembelajaran menggunakan metode ekspositori. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk mencoba melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Hasil Belajar IPS Dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make a Match dan Metode Ekspositori Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 04 Salatiga. 1.2. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah adalah upaya yang dilakukan penulis untuk melihat sejauh mana hal-hal apa saja yang dianggap menjadi masalah untuk kemudian masalah-masalah ini yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini. Adapun masalah-masalah tersebut antara lain: 4
1. Belajar adalah proses yang berlangsung seumur hidup. Karena itu, diperlukan metode pembelajaran yang tepat. 2. Pada pendidikan dasar, perlu disadari bahwa peserta didik biasanya lebih banyak bermain daripada belajar seperti yang dipikirkan oleh orang dewasa. 3. Disadari bahwa melalui bermain seorang siswa SD, sesungguhnya sedang belajar, karena itu bermain dapat digunakan sebagai medium untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa. 4. Dalam bermain, siswa juga sedang belajar bersama-sama dengan teman-teman sebaya atau sekelasnya, karenanya metode pembelajaran yang tepat perlu didesain agar siswa dapat mengalami langsung dua hal secara bersama yaitu bermain dan belajar. 5. Metode pembelajaran cooperative learning tipe make a match adalah salah satu metode belajar yang di dalamnya siswa dapat bermain sekaligus belajar bersama dengan rekan sebaya atau sekelasnya. 1.3. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini akan dilakukan pada siswa sekolah dasar, dimana pada usia ini siswa lebih banyak bermain daripada belajar yang dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012. 2. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan belajar kooperatif tipe make a match untuk melihat sejauh mana metode ini efektif dalam menunjukkan perbedaan hasil belajar dibandingkan dengan metode belajar ekspositori. 1.4. Rumusan Masalah Berdasar pada latar belakang dan fokus penelitian tersebut di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah ada perbedaan hasil belajar IPS dengan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match dan metode ekspositori pada siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 04 Salatiga?. 5
1.5. Tujuan Penelitian Berangkat dari rumusan masalah yang terpaparkan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS dengan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match dan metode ekspositori pada siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 04 Salatiga. 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1. Manfaat teoritis Memperkaya khazanah teoritis tentang ilmu pendidikan, khususnya dalam memperkaya wawasan teoritis tentang metode yang tepat untuk pembelajaran di kelas. 1.6.2. Manfaat praktis Bagi sekolah Memperbaiki dan meningkatkan mutu metode pembelajaran di SD Negeri Sidorejo Lor 04 yaitu dengan metode make amatch dan ekspositori. Bagi siswa Meningkatkan kerjasama siswa. Mempermudah siswa dalam memahami materi. Siswa menjadi lebih aktif. Agar siswa tetap melaksanakan pembelajaran sekalipun dengan bermain. Bagi guru Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Mempermudah guru menyampaikan materi. Merupakan alternatif pilihan untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif. Bagi penulis Menjadi ilmu baru mengenai model pembelajaran. Merupakan pengalaman yang nantinya dapat diterapkan saat menjadi guru SD. 6