IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
VI. GAMBARAN WILAYAH, KARAKTERISTIK PETERNAKAN SAPI POTONG DAN RESPONDEN PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian Indonesia hal ini bisa dilihat dari besarnya

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

4.1. Letak dan Luas Wilayah

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR...

KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Lokasi peternakan penggemukan sapi potong Haji Sony berada di Desa Karang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi)

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

Proposal Masa Depan CONTOH PROPOSAL USAHA. Tanpa Usaha Keras, Ide itu HAMPA «Inspirasi Oh Inspirasi Dialog Terbuka Tersimpan Tanda Tanya»

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

Transkripsi:

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Indragiri Hulu adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Secara geografis Kabupaten Indragiri Hulu terletak pada 101 0 10 0 BT-102 0 48 Bujur Timur dan 0 0 15 LU-1 0 50 Lintang Selatan. Kabupaten Indragiri Hulu memiliki luas lebih kurang 8.198,26 km 2 yang terdiri dari 14 kecamatan. Kabupaten Indragiri Hulu sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan, sebelah selatan berbatasan dengan Propinsi Jambi, sebelah barat dengan Kabupaten Kuantan Singingi sedangkan sebelah timur dengan Kabupaten Indragiri Hilir. Wilayah Kabupaten Indragiri Hulu pada umumnya dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 5 sampai dengan 400 meter dari permukaan laut. Bagian yang terluas dari dataran rendah terletak pada ketinggian 25 sampai dengan 100 meter dari permukaan laut yang sebagian besar ditutupi oleh hutan dan tanah gambut. Struktur topografi Kabupaten Indragiri Hulu kawasan selatan dan barat pada umumnya merupakan perbukitan rendah, sedangkan kawasan utara dan timur merupakan dataran rendah yang umumnya berupa rawa bergambut. Kabupaten Indragiri Hulu (menurut kalsifikasi Koppen) termasuk dalam tipe iklim AFA (Tropika Basah yaitu curah hujan bulanan diatas 60 mm atau curah hujan tahunan diatas 1500 mm). Musim hujan pada umumnya terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan April tahun berikutnya dan arah angin Barat/Barat laut dengan kecepatan rata-rata sekitar 50 knot,sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai bulan September dengan arah angin timur laut sampai tenggara dengan kecepatan angin rata-rata 4,4 knot, angin puyuh atau angin yang merusak jarang terjadi. Penduduk Kabupaten Indragiri Hulu pada tahun 2009 berjumlah 353.597 jiwa yang tersebar di 14 kecamatan. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Rengat sebesar 45.510 jiwa, sedangkan kecamatan yang sedikit jumlah penduduknya ada di Kecamatan Batang Peranap sebanyak 8.817 jiwa. Rata-rata rumah tangga di Kabupaten Indragiri Hulu memiliki anggota keluarga sebanyak 4 orang.

Perekonomian Kabupaten Indragiri Hulu masih didominasi oleh sektor pertanian. Pada tahun 2006 kontribusi sektor pertanian sebesar 47,26 persen, walaupun trendnya cenderung menurun, sektor pertanian pada tahun 2010 peranannya masih cukup besar yaitu sebesar 45,62 persen. Usaha pertanian yang dilakukan oleh masyarakat didominasi oleh tanaman bahan makanan yaitu padi sawah maupun padi ladang, jagung dan ubi kayu. Sektor perkebunan sebagian besar adalah komoditas karet, kelapa sawit, kelapa dalam, kopi dan pinang. Sedangkan pada sektor peternakan pengembangan yang lebih dominan adalah pada ternak sapi. Sapi potong merupakan salah satu komoditi yang dikembangkan dalam rangka pemberdayaan usaha ekonomi rakyat yang berbasis komoditi unggulan. Usaha peternakan sapi potong didominasi oleh usaha pengembangbiakan atau pembibitan yang dilakukan oleh peternak skala rumah tangga, disamping itu juga ada usaha penggemukan. Pada sektor perikanan, Kabupaten Indragiri Hulu selama ini terkenal sebagai penghasil ikan patin sungai, sehingga pemerintah terus berupaya mengembangkan potensi tersebut sebagai komoditas unggulan daerah. Seiring dengan berjalannya waktu, usaha penangkapan ikan di sungai khususnya untuk komoditas patin, produksinya selalu mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pencemaran yang terjadi di sungai Indragiri akibat penambangan liar. Oleh sebab itu pemerintah mendorong masyarakat untuk mengembangkan ikan patin melalui budidaya di kolam tanah maupun di danau dengan sistem keramba. 4.2. Keadaan Usaha Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Indragiri Hulu Usaha peternakan sapi potong yang dilakukan oleh masyarakat Indragiri Hulu baik penggemukan maupun pembibitan sebagian besar adalah usaha yang telah mereka lakukan secara turun temurun. Jenis sapi yang diternakkan beraneka ragam mulai dari sapi lokal seperti sapi Bali maupun jenis sapi peranakan seperti Simmental, Limousin dan Brahman. Sistem pemeliharaannya juga bervariasi, ada dengan sistem ranch murni (sapi dibiarkan lepas di padang penggembalaan atau di kebun) untuk sapi lokal dan untuk sapi jenis peranakan dengan sistem intensif. Usaha peternakan yang dilakukan masih merupakan usaha sampingan, hal ini terlihat dari curahan waktu tenaga kerja untuk peternakan sapi potong yaitu

rata-rata hanya 3 jam perhari. Sedangkan usaha utama mayoritas masyarakat di daerah ini adalah perkebunan dengan komoditas utama karet atau kelapa sawit. Kondisi ini dapat dijadikan peluang untuk pengembangan usaha peternakan sapi potong, terutama untuk kebutuhan pakan hijauan bisa diambil dari kebun tersebut. Di samping itu limbah kelapa sawit baik berupa daun, pelepah dan bungkil bisa dimanfaatkan sebagai pakan tambahan. Usaha peternakan sapi potong yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Indragiri Hulu merupakan usaha skala rumah tangga dengan jumlah kepemilikan rata-rata 6 ekor. Karakteristik peternak sapi berdasarkan jumlah kepemilikan sapi dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Kepemilikan Ternak Sapi oleh Peternak Responden di Kabupaten Indragiri Hulu Jumlah Kepemilikan Sapi Responden Jumlah Persentase (%) 1 4 4 20.00 5 8 14 70.00 > 8 2 10.00 Jumlah 20 100.00 Dari Tabel 8 bisa dilihat bahwa sebagian besar kepemilikan sapi potong berkisar antara 5-8 ekor (70 persen) diikuti oleh kepemilikan antara 1-4 ekor (20 persen), sedangkan untuk kepemilikan besar dari 8 ekor hanya 10 persen. Kepemilikan ternak sapi yang masih dalam skala kecil ini pada masing-masing peternak juga disebabkan karena ternak sapi sebagian besar hanya dijadikan sebagai tabungan keluarga. Sistem pemeliharaan pada usaha peternakan sapi potong di wilayah penelitian dilakukan dengan cara intensif, dimana sapi dikandangkan secara terus-menerus. Pemberian pakan diberikan oleh peternak langsung di dalam kandang. Semua aktivitas sapi dilakukan di dalam kandang, mulai dari pemberian pakan, minum, istirahat, pembersihan kandang dan pengendalian penyakit. Periode pemeliharaan sapi bervariasi diantara peternak. Usaha penggemukan lama pemeliharaannya rata-rata selama 6 bulan sedangkan untuk usaha pembibitan periode pemeliharaannya berkisar antara 1,5-2 tahun. Perbedaan periode pemeliharaan disebabkan tujuan utama peternak memelihara sapi

potong yaitu sebagai sumber pendapatan utama atau hanya sebagai tabungan. Peternak yang orientasi pemeliharaannya sebagai tabungan melakukan pemeliharaan relatif lebih lama. Keberhasilan usaha peternakan sapi potong tergantung dari beberapa faktor yaitu bibit, pakan, dan pengelolaan. Usaha ternak sapi potong di daerah penelitian sebagian menggunakan sapi untuk bibit dari daerah lain seperti Lampung dan sebagian lainnya telah menggunakan sapi hasil pembibitan di daerah itu sendiri. Sedangkan pada usaha penggemukan, bakalan yang digunakan sebagian besar dari hasil pembibitan yang dilakukan oleh masyarakat setempat kecuali pada perayaan hari-hari besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Pada umumnya sapi bakalan yang digemukkan berasal hasil perkawinan alam dan sistem Inseminasi Buatan (IB). Jenis ternak sapi yang dipelihara adalah sapi peranakan Simental dan Limousin. Peternak cenderung menggunakan sapi hasil persilangan dibanding sapi lokal karena sapi hasil persilanngan menunjukkan produksi yang lebih baik, terlihat dari pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibanding sapi lokal Disamping faktor bibit, keberhasilan usaha penggemukan juga ditentukan oleh pakan. Secara garis besar pakan ternak sapi terbagi atas pakan utama yaitu hijauan dan pakan penguat (konsentrat) dan pakan tambahan (Feed suplement). Pakan yang diberikan pada ternak sapi di daerah penelitian umumnya berupa pakan hijauan. Hijauan yang diberikan pada ternak sapi umumnya berasal dari rumput yang diperoleh dari lahan kebun yang dimiliki oleh masyarakat dan lahan marginal lainnya. Disamping pakan hijauan peternak juga memberikan bahan konsentrat seperti ampas tahu yang cukup mudah diperoleh di lokasi penelitian dengan harga Rp.700 per kg. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 08.00 WIB dan sore hari pukul 17.00 WIB. Pemberian konsentrat dilakukan sebelum pemberian hijauan. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2009) yaitu pemberian konsentrat yang dilakukan 2 jam sebelum pemberian hijauan akan meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik karena konsentrat yang relatif banyak mengandung pati sebagian besar sudah dicerna oleh mikroorganisme rumen pada saat hijauan mulai masuk ke dalam rumen.

Penggemukan adalah suatu usaha pemeliharaan sapi yang bertujuan untuk mendapatkan produksi daging dengan peningkatan bobot badan yang tinggi melalui pemberian makanan yang berkualitas dan dengan waktu yang sesingkat mungkin. Dari hasil wawancara dengan responden penelitian, rata-rata berat badan awal bakalan yang akan digemukkan adalah 250 kg. Setelah dipelihara ratarata selama 6 bulan, sapi dijual dengan bobot rata-rata 400 kg, jadi rata-rata pertambahan bobot sapi yang digemukkan hanya 0,833 kg per hari. Standarnya pertambahan bobot badan sapi jenis Simental bisa mencapai 1,80 kg per hari. Tenaga kerja yang digunakan adalah mayoritas tenaga kerja dari keluarga. Input tenaga kerja keluarga yang dimaksud adalah curahan tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga sendiri dalam usaha penggemukan dan pembibitan sapi potong. Curahan kerja yang dilakukan dalam pengelolaan usaha peternakan sapi potong adalah mencari hijauan, memberi pakan dan membersihkan kandang. Penggunaan tenaga kerja secara rata-rata adalah 3-4 jam per hari dan sebagian besar terkonsentrasi pada kegiatan mencari hijuan. Pengobatan yang dilakukan peternak pada ternak sapi yang dipelihara meliputi pemberian vitamin, obat cacing, antibiotik, dan pemberian obat lainnya. obat-obatan berupa vitamin biasanya diberikan pada awal masa pemeliharaan, dan selanjutnya enam bulan berikutnya, namun belum semua peternak memberikan secara teratur. Pemberian obat cacing rutin dilakukan setiap 6 bulan sekali. Pemberian obat antibiotik lainnya hanya dilakukan pada saat dibutuhkan, dengan bantuan petugas dari UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) dinas peternakan maupun dari dokter hewan yang ada di daerah penelitian. 4.3. Karakteristik Responden Karakteristik rumahtangga berhubungan dengan keputusan produksi, dalam hal ini keputusan dalam mengusahakan penggemukan maupun pembibitan sapi. Karakteristik rumahtangga responden meliputi umur peternak, pendidikan peternak, pengalaman.

4.3.1. Umur Peternak Responden Umur merupakan salah satu komponen yang menggambarkan karakteristik peternak. Umur peternak sapi di Kabupaten Indragiri Hulu berkisar antara 30-60 tahun. Untuk lebih jelasnya karateristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Sebaran Umur Peternak Responden di Kabupaten Indragiri Hulu Sebaran Umur Peternak (tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 21 30 2 10,00 31-40 10 50,00 41 50 5 25,00 51 60 2 10,00 >60 1 05,00 Jumlah 20 100,00 Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar peternak berumur antara 31-40 tahun yaitu sebesar 50 persen, diikuti oleh peternak yang berumur antara 41-50 tahun yaitu sebesar 25 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa peternak di Kabupaten Indragiri Hulu sebagian besar masih dalam usia produktif. 4.3.2. Tingkat Pendidikan Peternak Responden Tingkat pendidikan merupakan faktor penting dalam usaha penggemukan maupun pembibitan sapi potong. Hal ini karena dibutuhkan kecakapan, keterampilan dan kemampuan untuk menerima informasi terutama dalam mengadopsi tekonologi untuk pengembangan usaha peternakan tersebut. Tabel 10. Sebaran Tingkat Pendidikan Peternak Responden Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) SD 4 20,00 SMP 10 50,00 SMA 6 30,00 Jumlah 20 100,00 Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa menunjukkan bahwa tingkat pendidikan peternak cukup bervariasi. Sebesar 20 persen peternak responden adalah tamatan SD (Sekolah Dasar) yaitu sebanyak 4 orang. Sedangkan yang tamat SMP terbanyak yaitu sebesar 50 persen dan SMA sebanyak 6 orang (30 persen).

4.3.3. Pengalaman Peternak Responden Tingkat pengalaman responden menunjukkan lamanya peternak melaksanakan usahanya. Pengalaman dapat mempengaruhi hasil produksi ternak. Tabel 11. Pengalaman Peternak Responden di Kabupaten Indragiri Hulu Pengalaman Jumlah Responden Persentase (%) (Tahun) 5 0 0,00 6 10 4 20,00 11-15 6 30,00 > 15 10 50,00 Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar peternak sapi di Kabupaten Indragiri Hulu telah berpengalaman dalam memelihara sapi. Mayoritas pengalaman beternak sapi potong peternak responden telah lebih dari 15 tahun yaitu sebesar 50 persen. Disusul oleh 30 persen responden yang mempunyai pengalaman antara 11-15 tahun. Berdasarkan wawancara di tempat penelitian, sebagian besar peternak mengungkapkan bahwa mereka telah mewarisi usaha ternak sapi potong secara turun temurun dari keluarga. 4.4. Keadaan Usaha Budidaya Ikan Patin di Kabupaten Indragiri Hulu Usaha budidaya ikan patin (akuakultur) merupakan usaha yang baru digeluti oleh masyarakat di Kabupaten Indragiri Hulu. Produksi ikan patin selama ini berasal dari kegiatan penangkapan di sungai. Beberapa tahun terakhir produksi ikan patin hasil dari penangkapan di sungai terus mengalami penurunan, hal ini terjadi karena kegiatan penangkapan ikan telah melewati ambang batas yang diperbolehkan untuk ditangkap. Disamping itu juga terkait dengan semakin meningkatnya pencemaran di sepanjang aliran sungai akibat penambangan liar. Untuk memenuhi kebutuhan ikan patin di daerah ini maka masyarakat perlahanlahan mulai melirik usaha budidaya ikan patin di kolam maupun di keramba di danau maupun di anak sungai. Usaha budidaya yang dibahas dalam penelitian ini adalah usaha budidaya ikan patin di kolam. Luas kolam per unit milik pembudidaya cukup bervariasi antara 100-10.000 m 2. Kegiatan budidaya komersial masih pada level medium. Untuk meningkatkan produksi budidaya ikan patin pemerintah Kabupaten

Indragiri Hulu telah melakukan berbagai kebijakan diantaranya perluasan areal kolam dengan dengan cara membangun kolam baru dan menambah saluran irigasi untuk meningkatkan ketersediaan air. Luas rataan kolam responden pembudidaya ikan patin dapat dilihat pada Tabel 12 Tabel 12. Luas Kolam Responden Pembudidaya Ikan Patin di Kabupaten Indragiri Hulu Luas Kolam (m 2 ) Jumlah Responden Persentase (%) 250 500 13 65,00 500 1.000 4 20,00 >1.000 3 15,00 Jumlah 20 100,00 Luas kolam responden pembudidaya ikan patin berkisar antara 250-1.400 m 2. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar luas kolam budidaya ikan patin di Kabupaten Indragiri Hulu berkisar antara 250-500 m 2 (65 persen). Selanjutnya diikuti oleh 20 persen luas kolam berkisar antara 500-1.000 m 2. Usaha budidaya dilakukan dalam jangka waktu antara 6-10 bulan. Semakin lama waktu pembesaran maka biaya produksi semakin meningkat, terutama biaya input pakan. Sebagian besar pembudidaya menggunakan modal sendiri sehingga hal ini sangat menyulitkan bagi petani pembudidaya. Biaya produksi selama satu kali periode budidaya sebesar 70 persen terkonsentrasi pada biaya pakan. Pakan ikan patin berupa pelet harganya berkisar antara Rp.7.500 sampai Rp.9.000 per kg di lokasi penelitian. Untuk mengatasi tingginya biaya pakan, sebagian pembudidaya menyiasati dengan membuat pakan sendiri dengan menggunakan bahan baku diperoleh dari lingkungan mereka. Diantara pakan alternatif yang lazim digunakan oleh pembudidaya adalah limbah pasar berupa usus ayam, selain itu ada yang membuat pakan dengan campuran keong dan daun pepaya. Pakan pabrik (pelet) digunakan selama 3 bulan pertama periode pembesaran, selanjutnya sampai ikan patin bisa dipanen digunakan pakan alternatif. Dengan menggunakan pakan alternatif, biaya pakan bisa dihemat sampai 70 persen.

Berdasarkan kondisi di atas maka perhitungan usaha tani usaha budidaya patin pada penelitian dibagi menjadi 2 yaitu usaha yang menggunakan sebagian besar pakan pabrik (pelet) dan usaha yang menggunakan sebagian besar pakan alternatif. Usaha budidaya yang menggunakan sebagian besar pakan alternatif dilakukan sedikit lebih lama dibanding usaha yang menggunakan sebagian besar pakan pelet. Dimana usaha budidaya yang menggunakan pakan pelet dilakukan rata-rata selama 8 bulan sedangkan budidaya yang menggunakan pakan alternatif dilakukan selama 9 bulan. Disamping pemberian pakan yang tepat, produksi ikan patin juga dipengaruhi oleh penggunaan bibit. Bibit ikan patin yang digunakan oleh pembudidaya di lokasi penelitian pada umumnya berasal dari Jawa Barat. Penggunaan bibit ikan patin dari Jawa Barat disebabkan karena usaha pembibitan ikan patin di Kabupaten Indragiri Hulu belum maksimal. Benih patin yang biasa digunakan dengan panjang sekitar 10 cm atau dengan padat tebar rata- rata 7 ekor per m 2. 4.5. Karakteristik Responden Pembudidaya Ikan Patin Karakteristik rumahtangga berhubungan dengan keputusan budidaya ikan patin. Karakteristik rumahtangga responden meliputi umur dan pendidikan petani pembudidaya ikan patin. Pengalaman tidak dicantumkan karena sebagian besar responden memiliki pengalaman di bawah 5 tahun. 4.5.1. Umur Responden Umur petani pembudidaya ikan patin di Kabupaten Indragiri Hulu berkisar antara 30-60 tahun. Untuk lebih jelasnya karateristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Sebaran Umur Responden Pembudidaya Ikan Patin di Kabupaten Indragiri Hulu Sebaran Pembudidaya (tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 31-40 7 35,00 41 50 8 40,00 51 60 4 20,00 >60 1 05,00 Jumlah 20 100,00

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa sebagian besar pembudidaya ikan patin berumur antara 41-50 tahun yaitu sebesar 40 persen, selanjutnya petani pembudidaya dengan berumur antara 31-40 tahun yaitu sebesar 35 persen. Hal ini menunjukkan bahwa petani pembudidaya pembudidaya ikan patin di Kabupaten Indragiri Hulu sebagian besar masih dalam usia produktif. Pembudidaya dengan umur di atas 60 tahun pada umumnya adalah pensiunan pegawai negeri. 4.3.2. Tingkat Pendidikan Responden Pembudidaya Tingkat pendidikan merupakan faktor penting dalam usaha budidaya ikan patin. Hal ini karena dibutuhkan kecakapan, keterampilan dan kemampuan untuk menerima informasi dan inovasi berupa tekonologi untuk pengembangan budidaya ikan patin tersebut Tabel 14. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden Pembudidaya Ikan Patin Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) SD 5 25,00 SMP 7 35,00 SMA 5 25,00 Diploma/PT 3 15,00 Jumlah 20 100,00 Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani pembudidaya ikan patin cukup bervariasi. Sebesar 25 persen peternak responden adalah tamatan SD (Sekolah Dasar) yaitu sebanyak 5 orang. Sedangkan yang tamat SMP terbanyak yaitu sebesar 30 persen dan SMA sebanyak 5 orang (20 persen) serta Diploma/PT sebanyak 15 persen.