BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia relatif tinggi dibandingkan dengan negara lain di ASEAN. Direktur Women Research Institute, Purnami (2008) mengatakan Angka Kematian Ibu (AKI) saat melahirkan dari 307/100.000 menjadi 420/100.000 ibu melahirkan. Berdasarkan data penelitian World Bank tahun 2008 hal ini salah satunya dikarenakan minimnya anggaran untuk penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan keengganan ibu untuk melakukan Antenatal Care (ANC) secara rutin. Adapun penyebab tidak langsung kesakitan dan kematian ibu adalah kejadian anemia pada ibu hamil sekitar 51% dan ibu nifas 49%, serta karena kurang protein (Depkes, 2003). Penyebab tidak langsung dari kematian ibu adalah status kesehatan atau gizi kurang anemia pada ibu hamil adalah 50 %, hamil dengan 4 terlalu (terlalu banyak anak, terlalu muda melahirkan, terlalu tua melahirkan, terlalu dekat jarak anak yang dilahirkan), 65 % dengan 3 terlambat mendeteksi risiko
tinggi, merujuk, dan mendapat pertolongan di tempat pelayanan kesehatan (Depkes, 2001). Seorang wanita hamil yang memiliki kadar Hb kurang dari 10 gr% disebut menderita anemia dalam kehamilan. Anemia pada kehamilan atau kekurangan kadar hemoglobin dalam darah dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius bagi ibu dalam kehamilan, persalinan dan nifas yaitu dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi intra partum maupun post partum. Anemia berat dengan Hb kurang dari 4 gr% dapat mengakibatkan dekompensatio cordis, sedangkan komplikasi dapat terjadi pada hasil konsepsi yaitu kematian mudigah, kematian perinatal, prematuritas, cacat bawaan dan cadangan zat besi kurang (Prawirohardjo, 2007). Anemia kadang-kadang diakibatkan oleh perdarahan berlebihan karena operasi atau keguguran. Namun penyebab anemia yang paling umum adalah rendahnya asupan zat besi, yaitu mineral yang membantu tubuh membuat Hemoglobin. Sebagai wanita yang sedang hamil secara alami memerlukan lebih banyak zat besi dibandingkan orang lain, karena wanita hamil perlu ekstra sel darah merah untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat selama kehamilan (Sherry, 2000). Akan tetapi dalam kenyataan tidak semua ibu hamil yang mendapat tablet zat besi meminumnya secara rutin, hal ini bisa disebabkan karena faktor ketidaktahuan dan informasi pentingnya tablet zat besi untuk kehamilannya. Dampak yang diakibatkan minum tablet zat besi dan penyerapan/respon tubuh terhadap tablet besi kurang baik, sehingga tidak terjadi peningkatan kadar Hb sesuai dengan yang diharapkan. Faktor lain yang berhubungan dengan anemia adalah adanya penyakit
infeksi bakteri, parasit usus, seperti cacing tambang, malaria. Faktor sosial ekonomi yang rendah juga memegang peranan penting kaitannya dengan asupan gizi ibu selama hamil. Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia gizi besi, hal ini disebabkan kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau perdarahan. Frekuensi anemia dalam kehamilan di dunia cukup tinggi berkisar antara 10% dan 20% (Prawirohardjo, 2007). Angka anemia pada ibu hamil di Indonesia cukup tinggi sekitar 67% dari semua ibu hamil dan variasi tergantung pada daerah masing-masing sekitar 10-15 % tergolong anemia berat yang sudah tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang janin dalam rahim (Manuaba, 2002 ). Defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia Di Indonesia. Studi terakhir yang pernah dilakukan di Indonesia melaporkan bahwa anemia defisiensi zat besi ditemukan 65,5% pada wanita hamil. Sejak tahun 1985 hingga 2002 prevalensi anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil berkurang sekitar 10-15% (Purnamasari, 2006). AKI Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 yaitu sebesar 117 per 100.000 kelahiran hidup. Bekerjasama dengan kantor Kanwil Provinsi Jawa Tengah, prevalensi anemia pada tahun 2005 yaitu 54,3 %. Berdasarkan data statistik ibu hamil anemia pada tahun 2004 Dinas Kesehatan Kota Semarang jumlah ibu yang diperiksa tingkat derajat anemia sebanyak 6202 orang dari jumlah tersebut terdapat 1558 atau (25,12%) ibu hamil yang anemia.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pandanaran Kota Semarang pada bulan Mei 2002 cukup tinggi, yaitu 74,34% dan yang terbanyak terjadi pada ibu hamil trimester III (84%). Dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 didapatkan : anemia defisiensi besi 25-30%, populasi (50-70 juta jiwa) dengan 40% dialami oleh perempuan hamil. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan Yayasan Komunikasi Bersama (YKB) pada periode 2006-2007 bekerjasama dengan International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) di Jakarta, Bekasi, dan Sumedang, pada periode 2006-2007, ditemukan prevalensi anemia atau penyakit kekurangan darah pada balita 32,6%, ibu hamil 48,3%, ibu menyusui 39,7%, dan kader Posyandu sebesar 21,9%. Pelayanan adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter / bidan). Seorang ibu hamil minimal harus melaksanakan pemeriksaan kehamilan sebanyak 4 kali yaitu trimester 1 sebanyak 1 kali, trimester II sebanyak 1 kali dan trimester III sebanyak 2 kali. Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%, sedangkan di Amerika hanya 6%. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap ibu hamil merupakan predisposisi anemia defisiensi ibu hamil di Indonesia (Saefudin, 2006). Upaya pemerintah menggunakan program penanggulangan anemia ibu hamil antara lain pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas. Pemberian tablet Zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, pemeriksaan Hb dilakukan pada Trimester 1 dan III (Depkes, 2000).
Menurut Ikatan Bidan Indonesia (2000) untuk deteksi anemia pada kehamilan maka pemeriksaan kadar Hb, ibu hamil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. Bila kadar Hb < 11 gr/dl pada kehamilan, dinyatakan termasuk anemia dan harus diberi suplemen zat besi yang berisi 60 mg zat besi dan 0,5 mg asam folat, diminum secara teratur 1 zat/ hari selama 90 hari berturut-turut, Bila kadar Hb masih < 11 gr/dl pemberian zat Fe dilanjutkan (Depkes,2003) Data yang didapatkan di Puskesmas Mangkang Kota Semarang pada bulan Maret tahun 2009 terdapat ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC adalah sebanyak 124 wanita hamil. Didapatkan pula data bahwa ibu hamil yang mengalami anemia adalah 25 (20,2%) wanita hamil dari seluruh ibu hamil. Jumlah ibu hamil trimester III yang melakukan pemeriksaan ANC pada bulan Maret tahun 2009 sebanyak 66 wanita hamil, ibu yang mengalami anemia adalah 19 (28,8%) wanita hamil dari seluruh ibu hamil trimester III yang melakukan ANC pada bulan Maret 2009. Berdasarkan data diatas peneliti ingin mengetahui Hubungan frekuensi ANC dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2009. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut Adakah hubungan antara frekuensi ANC dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2009?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk Mengetahui hubungan antara frekuensi ANC dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2009. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui frekuensi kunjungan ANC pada ibu hamil trimester III yang mengalami anemia di Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2009. b. Untuk mengetahui kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2009. c. Menganalisis hubungan antara frekuensi ANC dengan kejadian anemia di Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2009. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi peneliti Sebagai masukan dan tambahan pengetahuan peneliti atau dapat dijadikan dasar untuk peneliti selanjutnya. 2. Manfaat bagi pemerintah atau DKK Kota Semarang Sebagai bahan laporan dan informasi serta bahan masukan untuk perencanaan tindak lanjut dalam program-program dalam upaya pencegahan anemia pada ibu hamil. 3. Manfaat bagi organisasi Profesi / IBI
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan anemia sedini mungkin serta penurunan prevalensi kejadian anemia. 4. Manfaaat bagi masyarakat Dapat menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai pentingnya kunjungan ANC untuk secara dini mengenali tanda dan gejala.