BUPATI WAJO TENTANG. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

dokumen-dokumen yang mirip
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 24

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 4 TAHUN 2015 PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 23 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT Rancangan PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN TENAGA KERJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

WALIKOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT MISKIN

PEMERINTAH KABUPATEN WAJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN / ATAU PENYEDOTAN KAKUS

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 05 TAHUN 2014 T E N T A N G RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR 10 TAHUN 2013

PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENEMPATAN TENAGA KERJA LOKAL

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 09 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

Walikota Tasikmalaya

PERATURAN DAERAH MURUNG RAYA NOMOR : 22 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH YANG ASPIRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C

PERATURAN DAERAH KOTA PAGAR ALAM NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG WAJIB LAPOR LOWONGAN PEKERJAAN DAN IZIN PENEMPATAN TENAGA KERJA DI KOTA PAGAR ALAM

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENERTIBAN PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH NEGARA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2014 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA - UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 13 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGATURAN BUKTI KEPEMILIKAN TERNAK DALAM KABUPATEN BULUKUMBA

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BUPATI SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2002 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2013 T E N T A N G RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

Salinan NO : 1/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDAR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 41 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN WAJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDIDIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2008 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PRAMUWISATA DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR...TAHUN... TENTANG USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA TAHUN 2008 NOMOR 31 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 31 TAHUN 2008 TENTANG

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI BOVEN DIGOEL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

Transkripsi:

BUPATI WAJO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WAJO Menimbang : a. bahwa untuk menyiapkan dan mewujudkan tenaga kerja yang sesuai dengan jenjang kualifikasi jabatan atau pekerjaan serta mengurangi jumlah pengangguran perlu upaya pemberdayaan tenaga kerja; b. bahwa salah satu masalah utama yang dihadapi saat ini yaitu masih tingginya angka pengangguran yang disebabkan oleh adanya ketidak seimbangan antara jumlah pencari kerja dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tidak tersedia; c. bahwa Kabupaten Wajo memiliki potensi yang cukup besar di Bidang Pertanian dan Holtikultura, Perkebunan dan Peternakan, Perikanan, kehutanan, Pariwisata,Perdagangan danindustriuntuk menyerap dan mengatasi masalah Pengangguran dan Penempatan Tenaga Kerja; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di maksud huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pemberdayaan Tenaga Kerja. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822); 3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia; 1

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4279); 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4445); 6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 7. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5871); 8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan transmigrasi Nomor 07/Men/IV/2008 tentang Penempatan Tenaga Kerja; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah ( Lembaran daerah Kabupaten Wajo Tahun 2016 Nomor 6). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN DAERAH KABUPATEN WAJO dan BUPATI WAJO MEMUTUSKAN Menatapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBERDAYAAN TENAGA KERJA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Wajo. 2

2. Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonomi. 4. Bupati adalah Bupati Wajo. 5. Kepala Daerah adalah Bupati. 6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 7. Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat PD adalah Unsur pembantu Bupati dan DPRD dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. 8. Unit Kerja adalah Dinas yang membidangi urusan ketenagakerjaan. 9. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. 10. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuhdan efektif dengan warga Negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. 11. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. 12. Pengusaha adalah : a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri; b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara bersiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; c. orang perseorangan, persektuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perushaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wailayah Indonesia. 13. Pemberdayaan tenaga kerja adalah keseluruhan kegiatan yang dimaksudkan untuk menyediakan informasi pasar kerja, peningkatan kompetensi tenaga kerja, serta penempatan dan pendayagunaan tenaga kerja. 14. Informasi pasar kerja adalah sistem penyediaan data yang mencakup lowongan pekerjaan dan syarat jabatan yang dilekaktkan. 15. Komptensi kerja adalah kemampuan setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai standar yang ditetapkan. 3

16. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. 17. Penempatan tenaga kerja adalah proses pelayanan kepada pencari kerja untuk memperoleh pekerjaan dan pemberi kerja dalam pengisian lowongan kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan. BAB II ASAS, DAN TUJUAN Pasal 2 Pemberdayaan tenaga kerja diselenggarakan atas asas keterpaduan melalui koordinasi antar pemangku kepentingan berdasarkan azasmeliputi : a. asas Pengayoman; b. asas Kemanusiaan; c. asas Kebagsaan; d. asas Kekeluargaan; e. asaskenusantaraan; f. asas Bhineka Tunggal Ika; g. asas Keadilan; h. asas Kesamaan Kedudukan dalam Hukum dan Pemerintahan; i. asas Ketertiban dan Kepastian Hukum; dan j. asas Keseimbangan, keserasian dan keselarasan. Pasal 3 Pemberdayaan tenaga kerja bertujuan : a. menyiapkan tenaga kerja untuk dapat memasuki dunia kerja sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya; b. membekali tenaga kerja agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan; c. mengurangi jumlah pengangguran di Daerah. BAB III RUANG LINGKUP PEMBERDAYAAN TENAGA KERJA Pasal 4 Ruang lingkup pemberdayaan tenaga kerja meliputi kegiatan : a. penyediaan informasi pasar kerja; b. peningkatan kompetensi tenaga kerja; c. penempatan tenaga kerja; dan d. kesempatan kerja. 4

BAB IV TANGGUNGJAWAB PEMERINTAH DAERAH Pasal 5 (1) Pemerintah Daerah menjadi Penanggungjawab dalam Pemberdayaan Tenaga Kerja. (2) Tanggungjawab sebagaimana di maksud pada ayat (1) meliputi : a. informasi pasar kerja; b. peningkatan kompetensi tenaga kerja; c. penempatan dan pemberdayaan tenaga kerja; dan d. pengalokasian dana dalam rangka pemberdayaan tenaga kerja. BAB V KESEMPATAN YANG SAMA Pasal 6 Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan dan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh keterampilan, pekerjaan, dan penghidupan yang layak. BAB VI PENYEDIAAN INFORMASI PASAR KERJA Pasal 7 Penyediaan informasi pasar kerja meliputi : a. pengumpulan data; b. analisa data; dan c. penyajian data. d. informasi Pasar Kerja secara online. Bagian Kesatu Pengumpulan Data Pasal 8 (1) Pengumpulan data sebagaimana di maksud dalam Pasal 7 huruf a dilakukan melalui koordinasi dan partisipasi selruh pemangku kepentingan. (2) Pemangku kepentingan di daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yakni : a. pd terkait dalam lingkup Pemerintah Daerah. b. lembaga swadaya masyarakat; dan c. perusahaan yang beroperasi di Daerah. (3) PD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf adalah : a. unit kerja yang membidangi ketenagakerjaan; b. unit kerja yang membidangi pendidikan; c. unit kerja yang membidangi pekerjaan umum; 5

d. unit kerja yang membidangi pemberdayaan masyarakat; e. unit kerja yang membidangiperdagangan; f. unit kerja yang membidangi pertanian; g. unit kerja yang membidangi penanaman modal; dan h. unit kerja lainnya. (4) Manajemen koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh unit kerja yang membidangi ketenagakerjaan. Pasal 9 Pengumpulan data sebagaimana di maksud dalam Pasal 7 huruf a meliputi : a. informasi pasar kerja lokal, berupa informasi pasar kerja yang tersedia di Daerah; b. informasi pasar kerja Provinsi berupa, informasi pasar kerja yang tersedia di Sulawesi Selatan; c. informasi pasar kerja nasional berupa informasi pasar kerja yang tersedia di seluruh wilayah Indonesia, dan d. informasi pasar kerja internasional, berupa informasi pasar kerja di luar Indonesia. Pasal 10 (1) Setiap pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) wajib memberikan informasi pasar kerja yang terkait dengan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam lingkup tugas dan tanggungjawabnya kepada unit kerja yang membidangi ketenagakerjaan. (2) Unit kerja yang membidangi ketenagakerjaan wajib mengumpulkan, menganalisa, dan menyajikan data yang diberikan oleh setiap pemangku kepentingan. (3) Di samping kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), unit kerja yang membidangi ketenagakerjaan wajib melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota lainnya di Sulawesi Selatan dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Lain, serta Kementerian terkait. Pasal 11 Perusahaan yang beroperasi di Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) huruf c wajib melaporkan setiap lowongan pekerjaan yang tersedia di perusahaan yang bersangkutan sesuai ketentuan perundang-undangan. Bagian Kedua Analisa Data Pasal 12 (1) Unit kerja yang membidangi ketenagakerjaan wajib melakukan analisa terhadap seluruh data informasi pasar kerja. (2) Analisa data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk memperoleh gambaran tentang lowongan pekerjaan yang tersedia, meliputi : a. jenis dan jumlah pekerjaan yang tersedia; b. persyaratan yang diberlakukan; 6

c. lokasi pekerjaan yang tersedia; dan d. pihak yang membuka lowongan pekerjaan. Bagian Ketiga Penyajian Data Pasal 13 Unit kerja yang membidangi ketenagakerjaan sebagaimana di maksud dalam Pasal 12 wajib menyajikan hasil analisa data. Pasal 14 Penyajian data sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 dilakukan melalui teknologi informasi agar mudah diakses oleh setiap orang, tanpa biaya, dan bersifat terkini. Pasal 15 (1) Dalam rangka memaksimalkan penyediaan informasi pasar kerja, diselenggarakan rapat koordinasi oleh pemangku kepentingan. (2) Pemangku jabatan sebagaimana di maksud pada ayat (1) bertanggungjawab menyelanggarakan rapat koordinasi. BAB VII PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KERJA Pasal 16 Setiap tenaga kerja berhak memperoleh peningkatan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Pasal 17 Peningkatan kompetensi tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 dilakukan melalui kegiatan pelatihan kerja yang dimaksudkan untuk mengisi lowongan pekerjaan yang tersedia dan/atau untuk mendukung pengembangan potensi daerah Pasal 18 (1) Pelatihan kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 diselenggarakan dengan mengacu kepada informasi pasar kerja. (2) Disamping didasarkan pada informasi pasar kerja yang tersedia, pelatihan kerja juga diselenggarakan guna mendukung potensi daerah yang akan dikembangkan. (3) Potensi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) potensi daerah yang mungkin dikembangkan, berupa : a. potensi pertanian dan holtikultura; b. potensi kehutanan; 7

c. potensi perikanan; d. potensi kepariwisataan; dan e. potensi lainnya. (4) Pelatihan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diselenggarakan oleh : a. pemerintah daerah; b. lembaga pelatihan kerja swasta; dan c. perusahaan yang bukan merupakan lembaga pelatihan kerja. Pasal 19 (1) Setiap PD dalam lingkup Pemerintah Daerah wajib meyediakan data dan informasi potensi daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (3), serta rencana penggunaan tenaga kerja dan keahlian yang dibutuhkan. (2) Data dan informasi potensi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan kepada unit kerja yang membidangi ketenagakerjaan untuk dianalisa. (3) Hasil analisa Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disajikan sebagai bahan dalam penyelenggaraan pelatihan kerja. Pasal 20 Penyelenggaraan latihan kerja wajib memenuhi persyaratan : a. tersedianya tenaga pelatihan; b. adanya kurikulum yang sesuai dengan tingkat pelatihan; c. tersedianya sarana dan prasarana pelatihan kerja; dan d. tersedianya anggaran bagi kelangsungan kegiatan penyelenggaraan pelatihan. Pasal 21 (1) Penyelenggaraan pelatihan kerja oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (4) huruf a diselenggarakan oleh unit kerja yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan. (2) Penyelenggaraan pelatihan kerja oleh unit yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan dlakukan melalui lembaga Balai Latihan Kerja Indonesia dan/atau Lembaga Latihan Kerja. (3) Ketersediaan anggaran untuk menjamin kelangsungan penyelenggaraan pelatihan dibebankan pada Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah. (4) Di samping anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Unit kerja yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan dapat menjalin kerjasama dengan pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. (5) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (4) antara lain dapat dilakukan dengan : a. pemerintah pusat; b. pemerintah provinsi; c. lembaga swadaya masyarakat, nasional maupun internasional; 8

d. perusahaan; dan e. pihak lainnya. Pasal 22 Lembaga pelatihan kerja swasta sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (4) huruf b merupakan lembaga pelatihan kerja swasta yang telah memperoleh izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 23 (1) Lembaga pelatihan kerja swasta dalam menyelenggarakan pelatihan kerja wajib membuat rencana kerja pelatihan kerja yang dilaporkan kepada unit kerja yang membidangi ketenagakerjaan. (2) Rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain didasarkan pada informasi pasar kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 9. Pasal 24 Lembaga pelatihan kerja swasta dalam 1 (satu) tahun wajib memberikan pelatihan kepada sekurang-kurangnya 1 (satu) orang penyandang disabilitas atau setiap melakukan pelatihan terhadap 100 (seratus) orang tenaga kerja tanpa dikenakan biaya pelatihan. Pasal 25 Perusahaan yang bukan merupakan lembaga pelatihan kerja, dapat menyelenggarakan pelatihan wajib menyelenggarakan pelatihan bagi pekerja/buruhnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Pasal 26 Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Perusahaan yeng tergolong ke dalam Perusahaan Penanama Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri wajib memberikan kesempatan kepada pelajar dan mahasiswa yang ada di Daerah untuk mengikuti praktek kerja lapangan di tempat kerjanya tanpa memungut biaya. Pasal 27 Praktek kerja lapangan sebagaiaman dimaksud pada pasal 26 didasarkan kepada kesepakatan bersama antara Perusahaan yang bukan merupakan lembaga pelatihan kerja yang bersangkutan dengan sekurang-kurangnya 1 (satu) lembaga pendidikan yang ada di Daerah dengan disaksikan oleh unit kerja yang membidangi ketenagakerjaan. Pasal 28 Dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 25, perusahaan yang bukan merupakan lembaga pelatihan kerjawajib memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta moral 9

kepada pelajar dan mahasiswa yang mengikuti pelatihan kerja di tempat kerjanya. BAB VIII PENEMPATAN DAN PENDAYAGUNAAN TENAGA KERJA Pasal 29 Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak. Bagian Kesatu Penempatan Tenaga Kerja Pasal 30 Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka, bebas, obyektif, serta adil dan setara tanpa diskriminasi. Pasal 31 Penempatan tenaga kerja diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja pada jabatan yang tepat sesuai keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan dengan memperhatikan harkat, martabat, hak asasi, dan perlindungan hukum dengan memperhatikan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja. Penempatan tenaga kerja terdiri dari : Pasal 32 a. penempatan tenaga kerja lokal; b. penempatan tenaga kerja antar kabupaten; c. penempatan tenaga kerja antar provinsi; dan d. penempatan tenaga kerja ke luar negeri. Pasal 33 Penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 didasarkan pada informasi pasar kerja. Pasal 34 (1) Penempatan tenaga kerja dilakukan oleh : a. unit kerja yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan; dan b. lembaga penempatan tenaga kerja swasta berbadan hukum. (2) Persayaratan dan tata cara penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai ketentuan perundang-undangan. (3) Di samping penyelenggara penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penempatan juga dapat dilakukan oleh lembaga penempatan pemerintah. 10

Pasal 35 (1) Pemberi kerja yang memerlukan tenaga kerja dapat merekrut sendiri tenaga kerja yang dibutuhkan atau melalui lembaga penempatan tenaga kerja. (2) Pemberi kerja yang bermaksud merekrut tenaga kerja wajib melaporkan setiap lowongan pekerjaan kepada unit kerja yang mebidangi ketenagakerjaan. Pasal 36 (1) Pemberi kerja yang akan merekrut tenaga kerja wajib memperhatikan ketersediaan tenaga kerja yang tercatat pada unit kerja yang membidangi ketenagakerjaan. (2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan adalah dengan memberikan prioritas dengan memperhatikan kompetensi tenaga kerja yang tercatat dengan lowongan jabatan yang tersedia. Bagian Kedua Pendayagunaan Tenaga Kerja Pasal 37 Selain penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 31, penempatan tenaga kerja juga dapat dilakukan kegiatan pendayagunaan tenaga kerja melalui kegiatan padat karya, teknologi tepat guna;, dan kegiatan sejenis lainnya. Pasal 38 (1) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 dapat dilakukan oleh : a. pd dalam lingkup pemerintah daerah; dan b. lembaga lainnya. (2) Penyelenggara kegiatan sebagaimana tersebut pada ayat (1) wajib melaporkan pelaksanaannya kepada unit kerja yang membidangi ketenagakerjaan. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain meliputi jenis kegiatan, jumlah tenaga kerja yang terlibat, waktu pelaksanaan kegiatan, dan sebagainya. BAB IX PEMBINAAN Pasal 39 (1) Bupati melakukan pembinaan terhadap unsur-unsur dan kegiatan yang berhubungan dengan pemberdayaan tenaga kerja di Daerah. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengikutsertakan orgnisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, dan organisasi profesi. (3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2) dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. 11

Pasal 40 (1) Pelaksanaan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 39 dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama Internasional di bidang ketenagakerjaan dengan lembaga internasional sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Kerjasama Internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dilakukan oleh selain Pemerintah Daerah pelaksanaannya wajib dilaporkan dan mendapat persetujuan Bupati. BAB X PENGAWASAN Pasal 41 Pengendalian administratif atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Unit Kerja yang membidangi ketenagakerjaan. Pasal 42 (1) Dalam hal diperlukan pemeriksaan ke tempat kerja dan upaya penindakan atas pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini, unit kerja yang membidangi ketenagakerjaan meminta bantuan pengawas ketenagakerjaan kepada unit kerja yang membidangi ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Selatan. (2) Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pemeriksaan dan penindakan sesuai peraturan perundangundangan. BAB XI Sanksi Administratif Pasal 43 (1) Setiap Perusahaan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11, Pasal 13, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 35 ayat (2), Pasal 36 ayat (1), Pasal 38 ayat (2), Pasal 40 ayat (2) dikenakan sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa : a. penutupan sementara tempat usaha; b. larangan pengoperasian usaha sesuai dengan kewenangan yang dimiliki Pemerintah Daerah; atau c. rekomendasi pencabutan izin usaha kepada instansi pemberi izin. (3) Sebelum melaksanakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi wajib melakukan pembinaan berupa teguran, peringatan tertulis, dan usaha pembinaan lainnya kepada orang atau Perusahaan yang bersangkutan. 12

BAB XII PENYIDIKAN KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 44 (1) Dalam melaksanakan tugas penyidikan,penyidik pegawai negeri sipil,berwenang: a. menerima,mencari,mengumpulkan,dan meneliti keterangan atau laporan dari seseorang,berkenaan dengan adanya tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menerima keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana; d. melakukan penggeledahan untuk mendapat bahan bukti pembukuan,pencatatan,dan dokumen serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; e. meminta bantuan tenaga ahli dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; f. menyuruh berhenti,melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf d; g. memanggil orang untuk didengar keteranggannya dan diperiksa sebagai saksi atau tersangka; h. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik kepolisian Republik Indonesia (Polri),bahwa tidak terdapat cukup bukti,atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum,tersangka atau keluarganya;dan/atau i. melakukantindakan lain yang menurut hukum dapat dipertanggungjawabkan. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui penyidik kepolisian Republik Indonesia,sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum acara pidana. 13

BABXIII KETENTUAN PIDANA Pasal 45 (1) Setiap orang/atau badan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (2) Selain ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula dikenakan pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) merupakan pelanggaran. BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 46 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan daerah ini dengan Penempatannyadalam Lembaran daerah Kabupaten Wajo. Ditetapkan di Sengkang Pada Tanggal 30 Desember 2017 BUPATI WAJO ANDI BURHANUDDIN UNRU Diundangkan di Sengkang Pada tanggal, 30 Desember 2017 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN WAJO ANDI TENRI LIWENG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAJO TAHUN 2017 NOMOR 17 NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KAB.WAJO PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR B.HK.HAM.17. 266. 17 14