BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daging. Menurut Suprijatna et al. (2005), ayam pedaging dipelihara dengan tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

VII. ANALISIS FINANSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk akhir ayam ras (Sudaryani dan Santoso, 2002). Ayam petelur dibagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat mengeram lagi (Sudarmono, 2003). Ayam tipe petelur memiliki karakteristik

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler

VII. ANALISIS PENDAPATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHA PEMOTONGAN SAPI POTONG DI PERUSAHAAN DAERAH ANEKA WIRAUSAHA KABUPATEN DEMAK. Imelda Oct Utami, Harini TA 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure Line atau ayam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disisi lain biaya dari faktor-faktor produksi usaha ayam pedaging ini relatif tinggi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

Wajib menjaga kelestarian lingkungan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ayam buras merupakan keturunan ayam hutan (Gallus - gallus) yang

I Peternakan Ayam Broiler

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

S O A L PRAKTEK Bidang Lomba: LIVESTOCK AGRIBISNIS PRODUKSI TERNAK LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Simon Candra, Hari Dwi Utami and Budi Hartono Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya (Sudaryani dan Santosa, 2000). Menurut Suharno (2012)

JIIP Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, h

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Steak berasal dari beef steak yang artinya adalah sepotong daging. Daging yang

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

ANALISIS PROFIT DAN TITIK IMPAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN TAPA KABUPATAN BONE BOLANGO.

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

D Praditia, W. Sarengat dan M. Handayani* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan PertanianUniversitas Diponegoro Semarang

TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain :

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kambing merupakan ternak kecil pemakan rumput yang dapat dibedakan. menjadi tiga yaitu : potong, perah dan penghasil bulu.

Rinto., dkk. Analisis Komputasi Pendapatan...

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB III MATERI DAN METODE. sangat baik, karena produk yang dihasilkan mempunyai nilai gizi yang tinggi yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

TINJAUAN PUSTAKA. ini akan dinilai apakah pantas atau layak dilaksanakan didasarkan kepada

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

[Pemanenan Ternak Unggas]

II. TINJAUAN PUSTAKA. daging yang baik dan banyak. Ciri khasdaging broilerdibanding daging jenis

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

Analisis Profitabilitas Perusahaan Ayam Petelur PT Suni Tama Perdana Desa Kertosari Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RENTABILITAS USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING SISTEM PROBIOTIK

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

Transkripsi:

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Menurut Fadilah (2005), ayam pedaging adalah jenis ayam yang efisien dalam menghasilkan daging atau dapat dikatakan sebagai ayam yang berpotensi besar untuk tumbuh secara cepat dan efisien dalam mengubah pakan menjadi daging. Menurut Suprijatna et al. (2005), ayam pedaging dipelihara dengan tujuan untuk memproduksi daging dengan menunjukkan kemampuan pertumbuhan yang baik dan dapat mencapai bobot pasar dengan cepat. Kemampuan pertumbuhan yang baik tersebut dihasilkan dari pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tinggi. Menurut Suci dan Hermana (2012), ayam pedaging atau yang sering disebut ayam broiler mempunyai tingkat pertumbuhan yang cepat, efisiensi pakan dan produktivitasnya tinggi dan waktu pemeliharaannya relatif lebih singkat yaitu 25-42 hari. Ada beberapa jenis strain ayam broiler. Jenis strain ayam broiler yang populer di Indonesia diantaranya Cobb, Ross, Lohman Meat, Hubbard, Hybro PG+, dan AA Plus (Santoso dan Sudaryani, 2009). 2.2. Sistem Pemeliharaan Menurut pendapat Murtidjo (1987) yang menyatakan bahwa pertama kali yang harus kita lakukan setelah DOC datang adalah pemberian air minum yang dicampur dengan air gula 1-2% dan obat anti stress. Pencampuran air gula tersebut dimaksudkan untuk menggantikan cairan tubuh dan energi yang hilang

4 selama dalam perjalanan. Pemeliharaan ayam pedaging bisa dilakukan dengan dua cara yaitu pemeliharaan pada kandang berpindah dan kandang tetap (all in all out)yaitu ayam dipelihara dalam kandang pada umur yang sama dan dijual pada umur yang sama (Abidin, 2002). 2.2.1. Bibit Menurut Murtidjo (1987), bibit merupakan faktor genetik yang tidak bisa diabaikan. Faktor bibit hanya menduduki 30% dan 70% berasal dari pengaruh lingkungan seperti misalnya suhu lingkungan, makanan, pemeliharaan, dan lain sebagainya, semuanya tadi sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan broiler karena apabila bibit itu jelek, walaupun telah dilakukan tatalaksana yang baik. Ciri-ciri bibit yang baik harus bermutu, baik kesehatannya maupun keadaan tubuhnya, mempunyai daya produksi yang tinggi sehingga tingkat kematian dan tingkat serangan penyakit rendah. Menurut pendapat Peni (2000) yang menyatakan bahwa salah satu kriteria DOC ayam pedaging yang baik adalah memiliki bobot badan 37-45 gram. 2.2.2. Pakan Pemberian pakan dalam permeliharaan ayam pedaging tidak dibatasi atau harus selalu tersedia (Rasyaf, 2006). Williamson dan Payne (1993) yang menyatakan bahwa apabila ayam pedaging diberi pakan dalam jumlah yang tidak terbatas akan makan terus, karena ayam pedaging senang makan dan ini akan

5 mengakibatkan timbunan lemak tubuh yang berlebih dan biaya produksi meningkat. 2.2.3. Perkandangan Perkandangan merupakan kumpulan seluruh kandang yang memenuhi suatu aturan sanitasi dan tatalaksana pemeliharaan (Rasyaf, 2006). Menurut Priyatno (2002) menyatakan bahwa, kandang yang baik akan memberikan perlindungan kepada ayam terhadap iklim (panas, hujan, suhu dingin) dan gangguan dari luar (binatang buas) selain itu, kandang yang baik juga memudahkan tatalaksana dan pengontrolan penyakit. 2.2.4. Pencegahan Penyakit Pencegahan penyakit pada pemeliharaan ternak ayam lebih utama dibandingkan pengobatan sebab biaya untuk pencegahan relatif murah dibandingkan pengobatan (Suprijatna, 2005). Pencegahan maupun pengendalian penyakit dimaksudkan untuk menjauhkan dan membebaskan ternak dari penyakit. Sarana produksi peternakan (Sapronak) yang biasa digunakan yaitu vaksinasi dan obat-obatan (Rahardi et al., 1993). 2.2.5. Pemanenan Pemanenan di Indonesia dilakukan pada ayam pedaging umur 5 minggu dengan bobot badan sekitar 1,5-2 kg. Perlakuan pada waktu pemanenan meliputi penangkapan, penimbangan dan packing. Penangkapan dilakukan dengan hati-hati untuk mengurangi memar pada karkas. Dianjurkan untuk penangkapan ayam tidak

6 pada bagian sayap karena mudah rusak. Penimbangan dilakukan secara berkelompok dalam jumlah agak banyak, misalnya 10 ekor dengan menggunakan keranjang (Tri, 2008) 2.2.6. Pemasaran Produk atau Hasil Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan pada usaha untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran (Kotler, 2002). Pemasaran produk dari telur yaitu pada skala usaha kecil langsung dipasarkan di kandang, sedangkan untuk skala usaha besar pemasarannya melalui jalur tataniaga, yaitu produsen-pengumpul-pedagang besar-pengecer-konsumen. Jalur ini bisa dipangkas bila pelaku agribisnis mempunyai akses ke supermarket atau industri pengolahan (Suharno, 2002). 2.3. Modal Usaha Modal usaha produksi adalah kepemilikan beberapa barang atau uang sebagian hasil produksi yang disisihkan untuk dipergunakan dalam produksi selanjutnya dan modal tersebut dibagi menjadi modal lancar dan modal tetap (Riyanto, 2001). Modal tetap adalah sejumlah dana yang selalu ada di dalam perusahaan untuk jangka waktu panjang. Biasanya berasal dari perusahaan sendiri atau dari kredit jangka panjang, misal bangunan, kendaraan, perlengkapan, dan tanah. Modal lancar adalah dana yang diserahkan kedalam perusahaan oleh pemiliknya untuk jangka waktu terbatas yaitu satu tahun atau kurang misalnya piutang, uang kontan sendiri, surat berharga, dan rekening bank (Wasis, 1992).

7 2.4. Biaya Produksi Biaya produksi dapat didefinisikan semua pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan atau menghasilkan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut (Sukirno, 2002). Biaya produksi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu biaya tetap dan biaya variable (Soekartawi, 1993). Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan ada atau tidaknya ayam di kandang tidak peduli ayamnya di kandang.contoh dari biaya tetap adalah gaji pegawai, penyusutan, bunga atas modal, pajak bumi, dan bangunan, biaya listrik dan biaya telepon (Rasyaf, 1996). Biaya tidak tetap atau biaya variabel sering disebut juga operasional, artinya manajer selalu mengatur, mengeluarkan sepanjang waktu produksi (Prawirokusumo, 1989). Contoh dari biaya variabel adalah biaya pakan, biaya pemeliharaan, biaya pembelian bibit, biaya obat- obatan dan biaya operasional. 2.4.1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah merupakan biaya yang harus dikeluarkan ada atau tidaknya ayam di kandang tidak perduli banyaknya ayam di kandang, biaya ini harus tetap dikeluarkan dan biaya tetap merupakan biaya tidak langsung berkaitan dengan jumlah ayam yang dipelihara atau dengan kata lain komponen-komponen biaya tetap tidak berubah dengan perubahan-perubahan output dan tidak mempunyai pengaruh terhadap keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kenaikan atau penurunan produksi (Rasyaf, 1999). Wasis (1992) menyatakan

8 bahwa biaya tetap merupakan biaya yang sampai batas tertentu tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume hasil perusahaan sampai pada tingkat tertentu saja sehingga disebut time cost. Sedangkan contoh dari biaya tetap adalah gaji pegawai, penyusutan, bunga atas modal, pajak bumi dan bangunan, biaya listrik dan biaya telepon (Rasyaf, 1999). 2.4.2. Biaya Tidak Tetap Biaya tidak tetap atau biaya variable sering disebut juga biaya operasional, artinya manajer selalu mengatur, mengeluarkan sepanjang waktu produksi (Prawirokusumo,1989). Wasis (1992) berpendapat bahwa biaya variable selalu berubah-ubah sesuai kesibukan perusahaan, biaya akan nol jika tidak ada kesibukan dan naik secara proporsional jika ada kesibukan sehingga disebut activity cost. Contoh dari biaya variable adalah biaya untuk makanan, biaya pemeliharaan, biaya pembelian bibit, biaya obat-obatan dan biaya operasional. Biaya tidak tetap ini disebut juga biaya operasi artinya selalu dikeluarkan sepanjang waktu produksi diantaranya biaya pakan, biaya obat, biaya tenaga kerja, biaya listrik, air dan pembelian peralatan kandang (Syamsudin, 2009). Pada kegiatan usaha peternakan biaya pakan hijauan merupakan komponen terbesar yang berkontribusi dalam jumlah biaya produksi. 2.5. Penerimaan Penerimaan merupakan hasil berupa uang atau hasil material lainya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atas jasa- jasa manusia. Penerimaan merupakan

9 perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual atau penerimaan dapat dimaksudkan sebagai pendapatan kotor usaha, sebab belum dikurangi dengan keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung (Wasis, 1992). Penerimaan dibagi menjadi dua yaitu penerimaan riil dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan riil adalah jumlah hasil yang diterima dari penjualan produk sedangkan penerimaan perhitungan adalah nilai produk berupa hasil ikutan ternak tersebut antara lain ayam pedaging afkir, telur ayam, kotoran, ternak dan hasil ikutan lainya (Soekartawi, 2002). 2.6. Pendapatan Pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi (Soekartawi, 2002). Menurut Suryana (2013) analisis pendapatan dari suatu usaha dapat dihitung berdasarkan selisih antara total penerimaan dengan total biaya. Menurut Gusasi dan Saade (2006), semakin besar skala usaha peternakan ayam broiler yang dilakukan, maka semakin besar pendapatan yang diperoleh dan semakin besar pula efisiensi usahanya. Hasil penelitian Fitriza et al. (2012) juga menunjukkan bahwa jumlah ternak yang dipelihara akan mempengaruhi besarnya pendapatan yang diperoleh oleh peternak, semakin banyak ayam yang dipelihara, maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh peternak. Pendapatan dibagi menjadi pendapatan bersih dan pendapatan kotor. Menurut Hadisapoetra (1973), pendapatan bersih adalah bagian dari pendapatan kotor yang dianggap sebagai bunga dari seluruh modal yang

10 diperlukan dalam usahanya. Pendapatan bersih dihitung dari mengurangi pendapatan kotor dengan biaya atau pengeluaran produk. Pendapatan kotor merupakan selisih pendapatan yang diterima dari semua cabang dan sumber di dalam usaha tani selama satu tahun, yang didapat dari penjualan atau pertukaran. 2.7. Rentabilitas Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut, dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Munawir, 2002). Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila rentabilitas usaha yang didapat lebih bagus dari tingkat bunga bank yang berlaku pada waktu itu. Ada 2 cara untuk menilai Rentabilitas yaitu Rentabilitas Ekonomi (RE) dan rentabilitas modal sendiri (RMS). Rentabillitas ekonomi adalah kemampuan untuk menghasilkan laba dari keseluruhan modal, baik modal asing (pinjaman) maupun modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase (Riyanto, 2001). Modal pada rentabilitas terbagi menjadi modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam di perusahaan untuk waktu yang tidak tentu, sementara modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali (Riyanto, 2008). Setiawan (2001) berpendapat bahwa nilai RMS suatu usaha akan berbeda setiap tahunnya hal ini

11 disebabkan biaya produksi atau modal yang dikeluarkan selama proses produksi dan jumlah pendapatan. RMS dipengaruhi oleh nilai laba usaha dan modal sendiri. Salah satu faktor yang mempengaruhi rentabilitas pada industri perunggasan nasional adalah jumlah kepemilikan ternak, sehingga semakin bertambahnya ternak yang dipelihara maka akan semakin besar keuntungan yang diperoleh dan meningkatkan rentabilitas usaha yang dijalankan (Kuncoro et al., 2002 dan Pambudi et al., 2013). Parasdya et al. (2013) melaporkan bahwa peternakan ayam petelur di Kabupate memiliki rentabilitas sebesar 17,77% dengan kepemilikan 2500-5000 ayam petelur. Pambudi et al. (2013) melaporkan bahwa nilai rentabilitas peternnak kemitraan di Kabupaten Kebumen mencapai 26%. 2.8. Investasi Investasi adalah modal yang digunakan untuk pembelian aktiva pada awal pendirian suatu proyek. Investasi dikeluarkan pada saat usaha yang dijalankan belum mulai berproduksi (Reeve et al., 2009). Menurut Tamalluddin (2014), investasi yang dikeluarkan oleh seorang peternak ayam broiler untuk menjalankan usahanya meliputi pembuatan kandang dan peralatan yang akan digunakan seperti tempat pakan, tempat minum, pemanas, pompa air, penampung air, instalasi listrik, dan lain sebagainya. Modal investasi adalah modal yang dipakai untuk membiayai pendirian suatu perusahaan, untuk memperluas volume perusahaan, atau untuk mengganti peralatan seperti mesin, bangunan dan barang modal lainnya (Kadarsan,1995).