BAB I PENDAHULUAN. membahayakan para pekerja. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja ditujukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan. Istilah risiko (risk) memiliki banyak definisi,

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja juga tinggi (Ramli, 2013). terjadi kecelakaan kasus kecelakaan kerja, 9 pekerja meninggal

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang. yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000).

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labour Organization (ILO), bahwa di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis risiko..., Septa Tri Ratnasari, FKMUI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. pesat di segala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti,

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan ditimbulkan akibat aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan seperti kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Melihat perkembangan dunia modern saat ini, kegiatan industri telah menjadi

1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era-globalisasi dengan pesatnya kemajuan di bidang teknologi,

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi industri seperti sekarang ini, persaingan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh industri harus memenuhi standar kualitas yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Asean Free Trade Area (AFTA). Kegiatan industri migas mulai produksi, pengolahan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan total bagi rakyat

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu

BAB 1 PENDAHULUAN. (Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2014) Gambar 1.1 Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, dan Pengangguran di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di dunia industri. Perkembangan teknologi telah mengangkat standar hidup manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mengemudi adalah kegiatan menguasai dan mengendalikan kendaraan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja pada bidang tertentu (Undang-Undang Republik Indonesia, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi kecelakaan di tempat kerja yang mengakibatkan pekerja sementara tidak

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan karyawan yang sehat jasmani dan rohani

PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan K3 juga salah satu penyebab terjadinya kecelakaan.


BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi di segala bidang maka perindustrian di

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organisasi) dan. GATT (General Agremeent on Tariffs and Trade) yang akan berlaku tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan usaha pertambangan mempunyai risiko yang tinggi terhadap

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. jenis polis, salah satunya pada saat sekarang ini yaitu BNI Life Insurance.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja melalui penerapan teknologi pengendalian segala aspek yang berpotensi membahayakan para pekerja. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja ditujukan pada sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat jenis pekerjaan tersebut, upaya pencegahan kecelakaan kerja, penyerasian peralatan kerja atau mesin, dan karakteristik manusia yang menjalankan pekerjaan tersebut ataupun orang-orang yang berada di sekelilingnya (Sholilah, 2011). Dalam suatu kegiatan industri, paparan dan risiko bahaya yang ada di tempat kerja tidak selalu dapat dihindari. Potensi bahaya tersebut bervariasi dari tempat kerja yang satu dengan yang lainnya. Hal ini tergantung pada jenis produksi, jenis teknologi yang digunakan, bahan produksi dan proses produksi yang dilakukan (Budiono, 2009). Keselamatan kerja merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam setiap kegiatan perusahaan. Salah satu usaha untuk mencapai kondisi yang aman adalah menghindari atau menekan terjadinya kecelakaan kerja (Hadipoetro, 2014). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan 1

2 dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 609 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja, definisi kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Dalam Standar OHSAS 18001: 2007 kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dengan keparahannya) kejadian kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian. Pengertian juga digunakan untuk kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau yang berpotensi menyebabkan merusak lingkungan. Usaha-usaha pencegahan kecelakaan atau kerugian akibat kerja harus direncanakan, diorganisir, diarahkan dan diawasi secara terpadu dalam kegiatan produksi. Usaha ini, selain dapat meningkatkan mutu keselamatan dan kesehatan kerja, juga akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan sehingga terhindar dari kecelakaan kerja maupun kerugian-kerugian lainnya (Budiono, 2009). Ditinjau dari sudut mikro (perusahaan), penyebab kecelakaan kerja terletak pada ketimpangan yang ada dalam unsur lingkungan fisik, manusia dan terutama sistem manajemen perusahaan. Sedangkan ditinjau dari sudut makro, bahwa peranan pemerintah, teknologi, dan ekonomi juga sangat menentukan. Unsur-unsur ini

3 memengaruhi besarnya usaha keselamatan dan kesehatan kerja pada suatu perusahaan. Oleh karena itu usaha keselamatan dan kesehatan kerja harus diarahkan untuk mengawasi dan memperbaiki ketimpangan-ketimpangan yang ada pada unsurunsur tersebut sebelum terjadi kecelakaan kerja dan insiden. Pemerintah juga harus mampu mengatur unsur-unsur tersebut agar dapat memberikan pengaruh positif terhadap penerapan keselamatan dan kesehatan kerja maupun keadaan tempat kerja (Budiono, 2009). Setiap kecelakaan baik cedera pada manusia, kebakaran dan kerusakan material dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan sehingga berakibat fatal terhadap kelangsungan kegiatan produksi. Kerugian akibat kecelakaan dikategorikan atas kerugian langsung (direct cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost). Kerugian langsung misalnya cedera pada tenaga kerja dan kerusakan pada sarana produksi. Kerugian tidak langsung adalah kerugian yang tidak terlihat sehingga sering disebut juga sebagai kerugian tersembunyi misalnya kerugian akibat terhentinya proses produksi, penurunan produksi, klaim atau ganti rugi, dampak sosial, citra dan kepercayaan konsumen (Ramli, 2010). Di Indonesia angka kecelakaan kerja masih tergolong tinggi. Data yang didapat dari Jamsostek, angka kecelakaan kerja tahun 2011 mencapai 99.491 kasus. Setiap tahun kasus kecelakaan kerja tersebut terus bertambah seiring dengan berkembangnya dunia industri di Indonesia. Hal ini terbukti dari data Jamsostek pada tahun 2012, kecelakaan kerja menembus angka 103.000 kasus dengan rata-rata

4 pekerja meninggal setiap hari sebanyak 9 orang. Kecelakaan kerja telah membuat kerugian bagi negara hingga Rp 280 Triliun. Sama halnya dengan tahun 2013, berdasarkan data dari Jamsostek tercatat setiap hari sembilan orang meninggal akibat kecelakaan kerja. Jumlah itu meningkat 50 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencatat enam orang meninggal akibat kecelakaan kerja. Data International Labour Organization (ILO) juga menyebutkan tahun 2013, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Adapun pada tahun 2014, menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan tercacat 105.383 kasus kecelakaan kerja. Demikian pula di tahun 2015 tercatat 50.08 kasus kecelakaan kerja pada semester I. Tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia antara lain disebabkan oleh rendahnya penerapan perilaku selamat di perusahaan dan masyarakat serta penerapan pemeriksaan uji keselamatan dan kesehatan kerja yang juga masih sangat minim. Selain itu, kualitas dan kuantitas pegawai pengawas juga tidak maksimal, khususnya dalam mengawasi keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Salah satu upaya agar dapat menghindari atau menekan terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan menjadikan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai kewajiban yang nantinya akan menguntungkan bagi perusahaan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mendefinisikan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3

5 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan yang terintegrasi salah satunya dalam rangka menciptakan nihil kecelakaan pada tempat kerja. Dalam menciptakan sebuah tempat kerja yang bebas dari kecelakaan kerja, diperlukan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja berupa kepemimpinan dan komitmen yang komprehensif yang dilaksanakan oleh semua elemen dalam perusahaan mulai dari lapisan atas sampai ke lapisan bawah. Penghargaan nihil kecelakaan kerja diberikan dalam bentuk piagam dan plakat yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia kepada perusahaan yang telah berhasil mencegah terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja tanpa menghilangkan waktu kerja. PT. Expro dibentuk tahun 1973 dan memiliki kantor pusat di UK, Aberdeen dan kantor pusat regional di Aberdeen, Accra (Ghanan), Dubai, Hosuton, Kuala Lumpur dan Rio de Janeiro. PT. Expro Indonesia termasuk di dalam regional Asia, terdiri dari tiga kota yakni Jakarta, Balikpapan dan Batam. Kantor pusat berlokasi di Jakarta sedangkan Balikpapan dan Batam merupakan cabang dari PT. Expro Indonesia. Seiring dengan perkembangan perusahaan yang cukup pesat, saat ini PT. Expro memiliki 5000 karyawan yang beroperasi di 50 negara termasuk Indonesia. PT. Expro Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri minyak dan gas yang berpedoman pada ISO 9001, memfasilitasi perusahaan minyak

6 dalam mengeksplorasi kandungan minyak yang berada di dasar laut bumi (pengeboran minyak). Perusahaan tersebut memfasilitasi perusahaan minyak dan gas dengan menyewakan barang-barang maupun alat-alat perminyakan baik di darat maupun di laut seperti separator, tanki bergelombang, dan sebagainya (well test). Kemudian setelah jangka waktu yang disepakati antara pihak yang menyewakan dengan klien telah habis maka barang-barang maupun alat-alat tersebut diservis kembali untuk kemudian dijual kepada klien yang membutuhkan. Operasi pengeboran minyak lepas pantai merupakan operasi dengan risiko yang sangat tinggi dimana terdapat sumber bahaya, misalnya tanki yang sudah siap dioperasikan dari laut, harus dilakukan servis ulang dengan cara dibersihkan terlebih dahulu oleh pekerja sehingga diperlukan alat pendeteksi gas untuk memastikan apakah terdapat gas berbahaya di dalamnya. Setelah dipastikan pada tanki yang akan diservis ulang tidak terdapat gas berbahaya, baru kemudian pekerja diizinkan untuk membersihkannya sehingga selama pembersihan tanki tersebut tidak menimbulkan bahaya. Potensi bahaya lainnya diantaranya minyak atau gas di bawah tekanan, operasi pengangkatan, partikel atau percikan bunga api, bahan yang mudah terbakar, mesin bergerak, bahan beracun, permukaan panas, api, bahan peledak, genangan air dan pematang, listrik AC/DC, dan sebagainya. Selain itu, kerasnya angin dan cuaca lingkungan laut juga turut memengaruhi operasi pengeboran minyak dan gas tersebut. PT. Expro Indonesia mampu mencapai nihil kecelakaan kerja, dimana tidak terjadi kecelakaan di tempat kerja yang dapat mengakibatkan pekerja tidak dapat melaksanakan proses produksi dengan lancar selama 2x24 jam dan hal ini mampu

7 bertahan selama jangka waktu tertentu. Kriteria penilaian nihil kecelakaan kerja yang merujuk pada peraturan pemerintah yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja juga sudah mewakili kondisi nyata yang ada di perusahaan tersebut. PT. Expro Indonesia diberikan penghargaan kecelakaan nihil oleh pemerintah atas prestasinya melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja sehingga mencapai satu juta jam kerja orang tanpa kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan pekerja sementara tidak mampu bekerja selama 2x24 jam, terhitung sejak tanggal 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Juli 2011. Selain itu, pada tanggal 24 Agustus 2015 yang lalu, PT. Expro Indonesia merayakan I Champion Safety yang artinya Saya Bersedia Mengikuti K3, dimana perusahaan tersebut berhasil melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja sehingga mencapai tiga juta jam kerja orang tanpa kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan pekerja sementara tidak mampu bekerja selama 2x24 jam terhitung sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2015. Dan pada tahun 2016, manajemen PT. Expro Indonesia memiliki target untuk mewujudkan empat juta jam kerja orang tanpa kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan pekerja sementara tidak mampu bekerja selama 2x24 jam. Berdasarkan survei pendahuluan dan wawancara yang telah dilakukan pada PT. Expro Indonesia, bahwa keselamatan dan kesehatan kerja sudah diterapkan secara optimal. Setiap pekerja wajib memiliki kartu Expro House Rules atau peraturan ketatarumahtanggaan Expro yang berlaku seterusnya. Koordinator Health,

8 Safety and Environment Quality (HSEQ) menyampaikan toolbox talk selama 15-20 menit kepada pekerja sebelum memulai pekerjaan dengan topik yang berbeda-beda setiap harinya. Selain itu, setiap bulan dilakukan safety meeting dengan target setiap tanggal 24. Setiap tahun perusahaan juga memberikan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja berkualitas kepada pekerja dimana setiap melakukan pelatihan ada perkenalan dan materi yang disampaikan pun sesuai dengan kebutuhan. Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dibagi dalam tiga aspek yaitu mandatory, job specific, dan non mandatory. Selain itu pelaporan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dapat diketahui secara global melalui prosedur gawat darurat oleh pemimpin, mandor, pengawas maupun koordinator HSEQ. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan kerja pada PT. Expro Indonesia di Kota Batam. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan kerja pada PT. Expro Indonesia di Kota Batam. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan kerja pada PT. Expro Indonesia di Kota Batam.

9 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui faktor komitmen perusahaan dalam pencapaian nihil kecelakaan kerja pada PT. Expro Indonesia di Kota Batam. 2. Untuk mengetahui faktor kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pencapaian nihil kecelakaan kerja pada PT. Expro Indonesia di Kota Batam. 3. Untuk mengetahui faktor komunikasi dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pencapaian nihil kecelakaan kerja pada PT. Expro Indonesia di Kota Batam. 4. Untuk mengetahui faktor inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja serta penyelidikan kecelakaan dalam pencapaian nihil kecelakaan kerja pada PT. Expro Indonesia di Kota Batam. 5. Untuk mengetahui faktor evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja dalam pencapaian nihil kecelakaan kerja pada PT. Expro Indonesia di Kota Batam. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat bagi peneliti, sebagai penerapan secara nyata bagi penulis atas ilmu yang didapat selama berada di bangku perkuliahan serta menambah wawasan dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan kerja PT. Expro Indonesia di Kota Batam. 2. Manfaat bagi perusahaan tempat penelitian, sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen PT. Expro Indonesia guna mempertahankan atau bahkan

10 lebih meningkatkan lagi kualitas tenaga kerja dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang baik dan benar. 3. Manfaat bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat, sebagai tambahan informasi bagi penelitian berikutnya khususnya mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan kerja. 4. Manfaat bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan bagi program pemerintah guna menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja pada tenaga kerja, pengusaha, pemerintah dan masyarakat, khususnya dalam hal pencapaian nihil kecelakaan kerja.