HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT HIPERTENSI PADA LANSIA DI DUSUN DEPOK AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

KEPATUHAN LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DALAM PEMENUHAN DIET HIPERTENSI

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT RENDAH GARAM PADA PASIEN HIPERTENSI DI KAMPUNG MEKAR SARI KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Disusun Oleh : MIA JIANDITA

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

Jurnal Kesehatan Kartika 7

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PASIEN HIPERTENSI DI RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit diabetes mellitus ditetapkan oleh PBB sebagai penyakit tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan,

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization

PENGARUH JUS TOMAT TERHADAP TEKANAN DARAH LANSIA DI DUSUN NITEN NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT HIPERTENSI PADA LANJUT USIA DI DESA BEGAJAH KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS RANOTANA WERU

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014 dengan memperoleh responden

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

Kata Kunci : Pendidikan kesehatan, kepatuhan, diet DM.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU MAKAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARSARI METRO UTARA TAHUN 2013

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA DALAM PENGATURAN DIIT TERHADAP DERAJAT HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIDOMULYO PANAM

Transkripsi:

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT HIPERTENSI PADA LANSIA DI DUSUN DEPOK AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas Aisyiyah Yogyakarta Disusun oleh: MUHAMMAD ALGISA PERDANA 201310201102 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2017

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI DUSUN DEPOK AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2017¹ Muhammad Algisa Perdana², Suri Salmiyati³ INTISARI Latar Belakang: keluarga merupakan sikap atau tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya yang berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Diit hipertensi merupakan suatu pantangan yang harus dipenuhi oleh penderita hipertensi. Diit hipertensi sangat penting yaitu seperti yang kita ketahui bahwa berat badan yang berlebih dan makan makanan yang salah merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi, untuk itu diit menjadi suatu hal yang tepat bagi mereka yang menderita penyakit ini. Tujuan dan manfaat diit untuk penderita hipertensi yaitu untuk menurunkan tekanan darah, mencegah peningkatan tekanan darah serta membantu menghilangkan penimbunan cairan didalam tubuh. Dalam hal ini dukungan keluarga sangat berpengaruh untuk memberi dukungan kepada lanjut usia agar mematuhi kepatuhan diit hipertensi. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada lansia dengan hipertensi di dusun depok ambarketawang gamping sleman Yogyakarta. Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non eksperimen melalui pendekatan cross sectional. Melibatkan 50 lansia yang berumur 60 tahun di Dusun Depok, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling. Pengumpulan data melalui kuesioner. Uji validitas menggunakan teknik korelasi product moment dari person, uji reliabilitas di Desa Karang Tengah Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta sebanyak 20 lansia. Analisa data menggunakan chi-square. Hasil Penelitian: Sebagian besar dukungan keluarga paling dominan masuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 34 orang (68%) dengan kepatuhan diit pada lansia hipertensi sebagian besar tidak patuh menjalani diit yaitu sebanyak 32 orang (64%). Berdasarkan analisis data diperoleh nilai korelasi (0,001).dengan taraf signifikan p< 0,05. Kesimpulan: Ada hubungan yang bermakna secara statistik antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada lansia dengan hipertensi di dusun depok ambarketawang gamping sleman Yogyakarta. Saran: Hendaknya keluarga lebih memperhatikan lansia dalam kepatuhan diit hipertensi dengan upaya sosialisasi tentang pentingnya dukungan keluarga dalam meningkatkan kepatuhan diit lansia dengan para petugas kesehatan. Kata Kunci : Keluarga, Kepatuhan Diit, Hipertensi, Lansia Kepustakaan : 42 buku (Tahun 2002-2016), 6 Website, 19 Skripsi, 7 Jurnal Jumlah Halaman : xii, 68 halaman, 7 tabel, 2 gambar, 10 lampiran ¹ Judul Skripsi ² Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta ³ Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakart

PENDAHULUAN Lanjut usia adalah seseorang yang sudah memasuki usia 65 tahun keatas, pada usia ini terjadi penurunan kemampuan akal dan fisik. Lansia merupakan suatu tahap lanjutan dari proses kehidupan manusia. Lanjut usia mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit-penyakit degeneratif misalnya penyakit jantung koroner, gout, diabetes melitus, kanker dan salah satu penyakit yang sering dijumpai lansia adalah hipertensi. Tekanan darah sistolik pada lansia akan terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan darah diastolik akan terus meningkat sampai usia 55-60 tahun. Hipertensi yang dialami oleh lansia mengalami peningkatan lebih dari sebagian populasi orang yang berusia 60 tahun ke atas. Faktor utama penyebab penyakit kardiovaskular adalah hipertensi. Hipertensi sendiri merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Hipertensi dikategorikan sebagai the silent disease yaitu penyakit yang disebabkan klien tidak mengetahui atau tidak sadar bahwa dirinya mengalami hipertensi sebelum memeriksa tekanan darahnya. Hipertensi dinegara maju dan berkembang masih menjadi masalah kesehatan yang paling umum terjadi. Seseorang yang tidak pernah memperhatikan gaya hidup sehat akan sangat mudah terkena hipertensi. Gaya hidup modern, seperti kebiasaan merokok, minum akohol, kurang aktifitas dan makan yang tidak sehat itu merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya angka hipertensi. Fenomena perubahan gaya hidup, seperti kurangnya mengkonsumsi sayuran, serat dan semakin mudahnya mendapatkan makan siap saji serts mengkonsumsi garam dan lemak yang berlebihan juga dapat meningkatkan angka kejadian hipertensi. Mengontrol kepatuhan diit pada penderita hipertensi merupakan salah satu cara yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pencegahan kekambuhan hipertensi. Kepatuhan adalah suatu perubahan perilaku seseorang dari tidak mentaati peraturan menjadi perilaku mentaati peraturan. keluarga sangat berpengaruh karena keluarga merupakan suatu kelompok yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencegah, mengadaptasi, dan mengembangkan atau memperbaiki masalah kesehatan dalam keluarga. Jika salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan maka akan mempengaruhi pelaksanaan dan fungsifungsi keluarga tersebut. keluarga terbagi dalam empat bentuk yaitu bentuk dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan penghargaan dan dukungan instrumental. Selain keempat dukungan di atas dukungan sosial juga bisa diberikan kepada anggota keluarga untuk meningkatkan status kesehatan. Saat merawat anggota keluarga yang sakit cara yang dapat diberikan adalah memberi perhatian, penghargaan, rasa nyaman. Tidak hanya halitu saja pertolongan atau memberikan pelayanan dengan sikap yang mampu menerima kondisi keluarga yang sakit tersebut dapat memberikan dukungan terhadap keluarga yang sakit. Pengobatan pada hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu farmakologi dan non farmakologi. Pengobatan farmakologi yaitu dengan cara meminum obat yang sudah diresepkan oleh dokter sedangkan pengobatan non farmakologis yaitu melakukan olah raga, berhenti merokok, berhenti mengkonsumsi alkohol, menurunkan dan mengatasi berat badan serta mengurangi asupan garam. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi peningkatan penyakit degeneratif yang tinggi yiatu dengan membentuk posyandu lansia sebagai upaya yang berfokus pada langkah promotif dan preventif. Pemerintah mempunyai kebijakan dalam penanggulanagn hipertensi yaitu dengan adanya konsensus

penanggulangan hipertensi dimulai apabila tekanan darah sistoliknya 160 mmhg atau TD sistoliknya 140. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Dusun Depok Ambarketawang, Gamping Sleman Yogyakarta pada tanggal 13 Februari 2017 yang dilakukan dengan mewawancarai kader kesehatan, terdapat 50 lansia yang menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi. Menurut hasil wawancara dengan kader kesehatan yang ada di Dusun Depok upaya yang dilakukan untuk mengatasi tekanan darah diantaranya yaitu, melakukan sosialisai pada keluarga tentang makanan yang baik dikonsumsi para penderita hipertensi. Dari wawancara yang dilakukan pada 5 orang lansia dan keluarga, keluarga mengatakan sudah sering melarang lansia untuk tidak menkonsumsi makanan yang menjadi pantangan akan tetapi sering kali lansia masih melanggar makanan yang dilarang. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperiment yang bersifat kuantitatif dengan desain korelasi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang merupakan variabel bebas dan variabel terikat. Rancangan pada penelitian ini menggunakan pendekatan waktu crosssectional. Penelitian ini menghubungkan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diit hipertensi pada lansia di dusun depok ambarketawang gamping sleman Yogyakarta. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu dukungan keluarga sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan diit hipertensi pada lansia di Dusun Depok, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Populasi pada penelitian ini sebanyak 50 lansia yang berumur 60 tahun di dusun Depok, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 50 lansia dengan kriteria mengalami hipertensi, lansia usia 60 tahun, dan yang tinggal dengan keluarga. Pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu menggunakan total sampling. Pada penelitian ini alat dan metode pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner yang diukur dengan menggunakan kuesioner berbentuk skala likert like, bentuk pertanyaan tertutup, sehingga responden hanya memilih jawaban yang sudah ada. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal di Dusun Depok, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Hubungan Keluarga dengan Kepatuhan Diit Hipertensi pada Lansia Di Dusun Depok, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Responden pada penelitian ini sebanyak 50 responden. Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Lansia Berdasarkan Umur,Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Pekerjaan di Dusun Depok Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta Karakteristik Umur 60-74 tahun 75-90 tahun Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Pekerjaan Petani Freku ensi 46 4 26 24 8 22 12 8 Perse ntase (%) 92,0 8,0 52 48 16,0 44,0 24,0 16,0 Pedagang 34 16 68,0 32,0 Jumlah 50 100 Tabel 4.1 menunjukkan sebagian besar lansia berumur 60-74 tahun sebanyak 46 orang (92%), berjenis kelamin perempuan sebanyak 26 orang (52%), berpendidikan SD sebanyak 22

orang (44%), dan bekerja sebagai petani sebanyak 34 orang (68%). Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Dimensi Keluarga Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi di Dusun Depok Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta keluarga Instrumental Rendah Sedang Tinggi Informasional Frekuensi 8 26 16 Persentas e (%) 16,0 52,0 32,0 emosional yang diterima lansia sebagian besar kategori sedang sebanyak 30 orang (60%). harga diri yang diterima lansia sebagian besar kategori sedang sebanyak 32 orang (64%). Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Keluarga Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi di Dusun Depok Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta keluarga Rendah Sedang Tinggi Frekuensi - 34 16 Persentase (%) 0 68,0 32,0 Jumlah 50 100 Rendah Sedang Tinggi Emosional Rendah Sedang Tinggi Harga diri 8 24 18 5 30 15 16,0 48,0 36,0 10,0 60,0 30,0 Tabel 4.3 menunjukkan dukungan yang diberikan keluarga kepada lansia yang mengalami hipertensi di Dusun Depok Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta kategori sedang yaitu sebanyak 34 orang (68%). Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Diit pada Lansia yang Mengalami Hipertensi di Dusun Depok Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta Kepatuhan diit Tidak patuh Frekuensi 32 Persentase (%) 64,0 Rendah 4 8,0 Patuh 18 36,0 Sedang 32 64,0 Jumlah 50 100 Tinggi 14 28,0 Jumlah 50 100 Tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar lansia mendapat dukungan instrumental kategori sedang dari keluarga sebanyak 26 orang (52%). informasional yang diperoleh lansia sebagian besar kategori sedang sebanyak 24 orang (48%). Tabel 4.4 menunjukkan sebagian besar lansia lansia yang mengalami hipertensi di Dusun Depok Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta tidak patuh menjalani diit sebanyak 32 orang (64%).

Tabel 4.5. Hasil Uji Chi Square Hubungan Keluarga dengan Kepatuhan Diit pada Lansia yang Mengalami Hipertensi di Dusun Depok Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta Kepatuhan diit p- Cont. Keluarga Tidak patuh Patuh Total Value Coeff. F % f % f % Sedang 27 54,0 7 14,0 34 68,0 0,001 0,42 4 Tinggi 5 10,0 11 22,0 16 32,0 Total 32 64,0 28 36,0 50 100 Tabel 4.5 menunjukkan lansia dengan dukungan keluarga sedang sebagian besar tidak patuh menjalani diit sebanyak 27 orang (54%). Lansia dengan dukungan keluarga tinggi sebagian besar patuh menjalani diit sebanyak 11 orang (22%).

Pembahasan Umur responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah antara 60-74 tahun sebanyak 46 orang (92%). Pada lanjut usia, tekanan darah akan naik secara bertahap. Elastisitas Jantung pada orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50% dibanding orang berusia 20 tahun, maka dari itu tekanan darah wanita dan pria tua itu relative tinggi. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Sari (2013) yang menunjukkan adanya hubungan usia dengan kejadian hipertensi pada lansia di Propinsi Sulawesi Selatan. Jenis kelamin lansia dalam penelitian ini mayoritas perempuan (51,2%). Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause. Kebiasaan lansia perempuan sebagai ibu rumah tangga selama proses memasak yang tidak disadari menjadikan ketidakpatuhan diit hipertensi adalah mencicipi hasil masakan. Penelitian Anggina (2010) mengenai kepatuhan diit pada pasien diabetes mellitus diketahui kebiasaan mencicipi makanan akan mempengaruhi kepatuhan terhadap program diet pasien dilihat dari jumlah kalorinya sudah tidak patuh, ataupun jadwal makannya dan apabila kebiasaannya tidak dapat dikontrol hal ini dapat mempengaruhi kadar glukosa darah pasien. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan lansia melakukan penatalaksanaan hipertensi. Tingkat pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang tentang kesehatan. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan, sehingga orang dapat bersikap, berperilaku, dan patuh dalam pelaksanaan diit hipertensi. Pendidikan yang baik pada lansia dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bahwa pendidikan tertsebut merupakan pendidikan yang positif. Lansia yang masih bekerja cenderung tidak memiliki waktu untuk melakukan penatalaksanaan hipertensi dibandingkan dengan lansia yang sudah tidak bekerja. Hal ini sesuai dengan bahwa jarak dan waktu dapat mempengaruhi kepatuhan lansia. Menurut teori Friedman bahwa keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan kongkrit dalam bentuk materi, tenaga dan sarana. Berisi tentang pemberian perhatian dan layanan dari orang lain. Manfaat dari dukungan ini adalah untuk mendukung lansia mengikuti kegiatan posyandu lansia agar semangatnya tidak menurun. kelompok lansia yang berperilaku sehat mungkin disebabkan karena keluarga mampu dan mau menyediakan sarana yang dibutuhkan lansia, serta perilaku keluarga juga dapat dijadikan sebagai referensi lansia dalam berperilaku sehat maupun berperilaku tidak sehat. instrumental yang paling banyak diberikan adalah keluarga menyediakan semua kebutuhan sandang dan pangan. Sedangkan dukungan keluarga yang paling sedikit diberikan adalah keluarga selalu mengantar lansia untuk mengikuti posyandu lansia. informasional keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disminator (penyebar informasi). Informasi dapat berupa saran, nasehat atau petunjuk yang dapat digunakan suatu masalah kesehatan dalam anggota keluarga. emosional berupa ungkapan empati, cinta, kejujuran, dan perawatan serta memiliki kekuatan yang hubungan konsisten sekali dengan status kesehatan. emosional keluarga merupakan tempat berlindung untuk beristirahat dan untuk penyembuhan serta berperan penting dalam penguasaan emosi. Bentuk dukungan harga diri pada penilaian ini berupa penghargaan positif kepada lansia, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat lansia, perbandingan yang

positif dengan individu lain penilaian dan penghargaan yang paling banyak diberikan adalah keluarga tidak masa bodoh ketika lansia pulang mengikuti posyandu lansia. keluarga merupakan dukungan yang diberikan keluarga kepada lansia, dimana dukungan ini sangat dibutuhkan lansia selama menjalani kehidupannya sehingga lansia merasa diperhatikan dan dihargai. yang diberikan oleh keluarga sangat mungkin untuk memberikan sumbangan terhadap kestabilan psikologis seorang lansia dalam menghadapi kehidupannya. Kurangnya dukungan dari keluarga terhadap responden dapat dipengaruhi oleh faktor kesibukan anggota keluarga sendiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti bekerja, lamanya pasien menderita hipertensi. Menurut Notoatmodjo (2007) seseorang patuh melakukan diit apabila berperilaku baik dalam menggunakan obat, bisa mengikuti diet sesuai dengan tatalaksana terapi atau mengubah gaya hidup menjadi sehat. Sehingga seseorang dapat dikatakan tidak patuh apabila berperilaku tidak baik dalam menggunakan obat, tidak mengikuti diet sesuai dengan tatalaksana terapi atau tidak mengubah gaya hidup menjadi sehat. Ketidakpatuhan responden dalam diit hipertensi sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2007) yang menyatakan ada faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku salah satunya adalah faktor keterbatasan pengetahuan, kesibukan dan faktor lingkungan dapat mempengaruhi seseorang dalam bertindak termasuk dalam melakukan diit hipertensi bagi responden. Hasil tabulasi silang menunjukan lansia dengan dukungan keluarga sedang sebagian besar tidak patuh menjalani diit sebanyak 27 orang (54%). Lansia dengan dukungan keluarga tinggi sebagian besar patuh menjalani diit sebanyak 11 orang (22%). Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada lansia yang mengalami hipertensi di Dusun Depok Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta. Nilai koefisien korelasi yang positif menunjukkan semakin tinggi dukungan keluarga maka lansia akan semakin patuh menjalankan diit hipertensi. Peran keluarga sangat penting dalam tahap-tahap perawatan kesehatan, mulai dari tahap peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan sampai rehabilitasi. sosial sangat diperlukan oleh setiap individu di dalam setiap siklus kehidupannya. sosial akan semakin dibutuhkan pada saat seseorang sedang mengalami masalah atau sakit, disinilah peran anggota keluarga diperlukan untuk menjalani masa-masa sulit dengan cepat Adanya dukungan keluarga terhadap lansia dapat menyebabkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri lansia. Selain itu dengan adanya dukungan keluarga berdampak pada kemudahan lansia untuk melakukan diit hipertensi. Keluarga juga mempunyai peran utama dalam memberi dorongan kepada lansia sebelum pihak lain turut memberi dorongan. Peran keluarga dalam melakukan diet, keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam program pengobatan tekanan darah dan diet. Bimbingan penyuluhan dan dorongan secara terus-menerus sangat diperlukan agar penderita hipertensi mampu melaksanakan rencana yang dapat diterima untuk bertahan hidup dengan hipertensi dan mematuhi aturan terapinya. Keeratan hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada lansia yang mengalami hipertensi di Dusun Depok Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta adalah sedang. Keeratan hubungan yang sedang antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada lansia yang mengalami hipertensi disebabkan masih banyak faktor lain yang turut memengaruhi kepatuhan diit. Faktor yang mempengaruhi

kepatuha yaitu motivasi klien untuk sembuh, tingkat perubahan gaya hidup, warisan budaya yang membuat kepatuhan menjadi sulit dilakukan, seluruh biaya terapi yang telah diprogramkan, tingkat kepuasan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. Simpulan dan Saran Simpulan 1. yang diberikan keluarga kepada lansia yang mengalami hipertensi di Dusun Depok Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta kategori sedang yaitu sebanyak 34 orang. 2. Lansia yang mengalami hipertensi di Dusun Depok Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta sebagian besar tidak patuh menjalani diit sebanyak 32 orang. 3. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada lansia yang mengalami hipertensi di Dusun Depok Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta, ditunjukkan dengan hasil uji chi square diperoleh nilai p (0,001)<0,05. 4. Keeratan hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada lansia yang mengalami hipertensi di Dusun Depok Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta kategori sedang ditunjukkan dengan nilai koefisien kontingensi sebesar 0,424 terletak pada rentang 0,400-0,599. Saran 1. Bagi pasien Pasien hipertensi hendaknya dapat menyesuaikan dengan perubahan kondisi kesehatannya dan memanfaatkan sumber-sumber dukungan yang ada dari keluarga sehingga dapat meningkatkan kepatuhan dalam menjalani diit hipertensi. 2. Bagi Keperawatan Komunitas Keperawatan komunitas lebih memperhatikan lansia dengan upaya sosialisasi tentang pentingnya dukungan keluarga dalam meningkatkan kepatuhan diit lansia. Ditunjukkan melalui pemberian brosur, leaflet dan media yang mudah diakses keluarga untuk memberikan pengetahuan kepada lansia dan keluarga. 3. Bagi Lansia Lansia hendaknya dapat menyesuaikan dengan perubahan fisik dan kesehatan yang terjadi dan memanfaatkan sumber-sumber dukungan yang ada dari keluarga sehingga dapat meningkatkan kepatuhan diit hipertensi. 4. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti yang akan datang hendaknya menyempurnakan hasil penelitian ini dengan menambahkan instrumen observasi dalam pengumpulan data dukungan keluarga dan kepatuhan diit. Daftar Pustaka Effendy, F & Makhfudli. (2009), Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba medika. Darmojo B. (2010). Penyakit Kardiovaskuler Pada Lanjut Usia, Dalam Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 242-262. Palmer A and William, B. (2007). Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Alih bahasa dr Elizabeth Yasmine. Editor Rina Atiskawati, Amalia Safitri. Jakarta: Erlangga. Tumenggung, I (2013). Hubungan Sosial Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pasien Hipertensi di RSUD Toto Kabila Kabupaten

Bone Balango.http://ejurnal.ung.ac.id/ind ex.php/jhs/article/view/1085. Agrina, Rini S. S., dan Hairitama R. (2011). Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi Dalam Pemenuhan Diet Hipertensi Di Kelurahan Sidomulyo Barat Tampan Kota Pekanbaru. Jurnal Keperawatan Universitas Riau, Vol 6, No. 1, April 2011: 46-53. Martha, Karina, (2012), Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi, Yogyakarta: Araska. Yoga P.U. (2009). Evaluasi Kepatuhan Penggunaan Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Skripsi. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu. Palmer A and William, B. (2007). Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Alih bahasa dr Elizabeth Yasmine. Editor Rina Atiskawati, Amalia Safitri. Jakarta: Erlangga. Purnawan. (2008). Suami dan Keluarga. Jakarta: Slemba Medika. Badan Penelitian dan Pengembangan KesehatanDepkes RI, (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)2013.Jakarta.http://w ww.depkes.go.id/resources/downlo ad/general/hasil%20riskesda%202 013.pdf. Mangku. (2007). Dokter Spesialis Hipertensi Buat Konsesus. http//www.suarakarya-online.com. Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Kozier. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta: EGC. Niven, N. (2002). Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC.