BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu secara global (Depkes R.I, 2006). American Society of Hypertension (ASH) mendefinisikan hipertensi sebagai sindrom kardiovaskuler yang progresif sebagai akibat kondisi lain yang komplek dan saling berhubungan. Penyakit ini merupakan suatu jenis penyakit yang mematikan di dunia, karena sebanyak satu milliyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini dan telah membunuh 9,4 juta warga dunia tiap tahunnya. Pada tahun 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi (Whelton dkk., 2005). Data dari International Diabetes Federation (2012) dan Riset Kesehatan Dasar Dinkes RI (2007) menyatakan prevalensi nasional diabetes melitus (berdasarkan hasil pengukuran gula darah pada penduduk usia > 15 tahun bertempat tinggal di perkotaan) adalah 5,7 % (Depkes, 2008a). Diabetes melitus merupakan faktor resiko sebagian besar penyakit kardiovaskuler dan biasanya paling banyak menyebabkan gagal ginjal, sehingga mortalitas dan mordibitas penyakit kardiovaskuler semakin meningkat (Depkes R.I, 2007). Menurut data RISKESDA (2007) prevalensi faktor resiko penyakit tidak menular, dalam hal ini termasuk faktor resiko yang dapat meningkatkan tekanan darah meliputi : kurangnya konsumsi sayur 93%, kurangnya olahraga 57,6%, kebisaan merokok 26,6%, konsumsi makanan asin 23%, dan konsumsi makanan 14,8% (Depkes, 2008). Faktor penyebab hipertensi adalah genetik, usia, jenis 1
kelamin, asupan natrium, lingkungan, dan hiperaktifitas saraf simpatis. (Rahmawati, 2010). Penerapan perubahan gaya hidup sehat merupakan cara pencegahan utama yang dilakukan untuk menghindari hipertensi meliputi penurunan berat badan jika obese dan overweight, membatasi konsumsi alkohol, meningkatkan olahraga, dan menerapkan pola makan yang baik. Hipertensi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat (public health problem) dan akan menjadi masalah yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini (Depkes R.I, 2007). Penelitian Ibrahim dkk, (2010) di Malaysia pada 998 pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi menunjukkan 872 pasien menerima obat antihipertensi angiotensin-converting enzyme inhibitor sebagai obat tunggal maupun kombinasi dengan antihipertensi lainnya. Sejumlah 601 pasien mencapai target tekanan darah 130/80 mmhg. Ada juga sejumlah pasien yang tidak bisa mencapai target tekanan darah karena kurangnya edukasi kepada pasien dari tenaga medis akan pentingnya pencapaian target tekanan darah pada pasien diabetes sehingga dapat menurunkan mordibilitas dan mortalitas (Ibrahim dkk., 2010). Kepatuhan pengobatan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya pengelolaan yang diderita oleh pasien. Terlebih lagi untuk pasien-pasien penderita penyakit kronis yang memerlukan terapi rutin seperti hipertensi, diabetes, dan kardiovaskular (Swandari, 2014). Pemilihan obat antihipertensi ditentukan oleh keadaan klinis pasien, derajat hipertensinya, dan sifat obat hipertensi tersebut. Faktor yang perlu diperhatikan pada pemberian obat antihipertensi dari segi klinis 2
pasien adalah kegawatan atau bukan kegawatan, usia pasien, derajat hipertensi, insufiensi ginjal, gangguan fungsi hati, penyakit penyerta, dan penggunaan obat yang rasional (Dipiro dkk., 2011). Joint National Committee VIII (JNC) memberikan rekomendasi antihipertensi pada pasien diabetes melitus ras non kulit hitam menggunakan antihipertensi diuretika-thiazid, calcium kanal bloker (CCB), angiotensinconverting enzyme inhibitor (ACEI), atau angiotensin II receptor blocker (ARB). American Diabetes Association 2014 menyebutkan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2 yang direkomendasikan adalah antihipertensi penghambat renin angiotensin yaitu golongan angiotensinconverting enzyme inhibitor (ACEI) dan golongan angiotensin II receptor blokers (ARB) (American Diabetes Association, 2014). Target tekanan darah untuk pasien hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2 yaitu tekanan darah sistolik < 130 mmhg dan tekanan darah diastolik <80 mmhg (Saseen, dkk., 2008). Sedangkan target penurunan tekanan darah pada JNC VIII adalah < 140/90 mmhg. Jika tidak tercapai target tekanan darah dengan standart dosis monoterapi maka diberikan kombinasi terapi menggunakan obat dua atau tiga antihipertensi tetap dengan monitoring yang ketat. Monitoring pengobatan diperlukan untuk menghindari resiko peningkatan gejala hipotensi (Makowsky dkk., 2012). Penyebab tidak tercapainya target tekanan darah antara lain minum obat tidak teratur (53,2%), tidak mampu membeli obat (28,4%), serta alasan lainya seperti tidak patuh perintah dokter, tidak kontrol kembali (Rohman dkk., 2011). 3
Pasien hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2 di rumah sakit wilayah Kediri cukup banyak dan mendapatkan terapi pengobatan antihipertensi. Atas dasar penelitian pada latar belakang diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul faktor faktor yang mempengaruhi capaian target tekanan darah pada pasien hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukaan diatas perlu dilakukan penelitian untuk menjawab permasalahan : 1. Seperti apakah pola pengobatan antihipertensi yang digunakan pada pasien hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2? 2. Berapa persentase pasien hipertensi dengan DM tipe 2 yang dapat mencapai target terapi tekanan darah? 3. Apakah ada hubungan antara pola pengobatan antihipertensi terhadap capaian target tekanan darah pasien hipertensi dengan DM tipe 2? 4. Apakah ada hubungan antara kepatuhan, kadar gula darah puasa, obesitas,olahraga, kebiasaan merokok, dan diet garam terhadap tercapai target tekanan darah? \ 4
C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pola pengobatan antihipertensi pada pasien hipertensi dengan DM tipe 2. Mengetahui persentase pasien hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2 yang dapat mencapai target tekanan darah 3. Melihat hubungan pola pengobatan antihipertensi terhadap tercapainya tekanan darah pada pasien hipertensi dengan DM tipe 2 4. Melihat hubungan antara kepatuhan, kadar gula darah, obesitas, olahraga, kebiasaan merokok, dan diet garam terhadap tercapai target tekanan darah pada pasien hipertensi dengan DM tipe 2 D. Manfaat Penelitian Secara umum penelitian ini bisa memberikan informasi mengenai terapi obat antihipertensi yang sering digunakan dalam mengontrol tekanan darah pada pasien hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2 terutama rawat jalan, sehingga dapat membantu dalam mencapai target tekanan darah. Penelitian ini memberikan informasi tentang penyebab tidak tercapainya target tekanan terkait dengan gaya hidup seperti obesitas, olahraga, perokok, dan kepatuhan obat antihipertensi. Bagi farmasis khususnya farmasi klinik diharapkan dapat memantau penggunaan obat antihipertensi dan memberikan informasi tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi capaian target tekanan darah pada pasien hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2 instalasi rawat jalan poliklinik penyakit dalam rumah sakit di Kediri. 5
E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian mengenai pola pengobatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi capaian tekanan darah pasien hipertensi dengan diabetes melitus dapat dilihat di tabel 1. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada subjek penelitian yaitu pasien hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2, tempat, waktu, metode penelitian yang digunakan case control, dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Variabel terikat adalah target tekanan darah. Variabel bebas adalah pola pengobatan antihipertensi, kepatuhan, kadar gula darah puasa, usia, jenis kelamin, obesitas, olahraga, kebiasaan merokok dan diet garam. 6
Tabel 1. Keaslian Penelitian Nama Peneliti (Johnson dan Singh, 2005) Judul penelitian Patterns of antihypertension therapy among patients with diabetes Metode penelitian Retrospektif kohort Subjek penelitian Pasien hipertensi dengan diabetes melitus sebanyak 9975 pasien Hasil penelitian Lebih dari 60% pasien menerima monoterapi ACEI atau ARB dan 70 % pasien menerima kombinasi ACEI atau ARB dengan beta bloker (Ikawati dkk., 2008) (Ibrahim dkk., 2010) (Permana, 2014) Kajian keamanan pemakaian obat hipertensi di poliklinik usia lanjut instalasi rawat jalan dr Sardjito Yogyakarta Prevanlence and control hypertension amor diabetes melitus in hospital university Malaysia Rasionalitas penggunaan obat antihipertensi dan outcomes terapi pasien hipertensi di poliklinik penyakit dalam RSU dr Moewardi Surakarta Prospektif Pasien usia lanjut sebanyak 80 pasien Prospektif Pasien hipertensi deskriptif dengan diabetes melitus tipe 2 sebanyak 1077 pasien Prospektif Pasien hipertensi sebanyak 67 pasien 27,5 % pasien menerima obat antihipertensi tidak menguntungkan terhadap kondisi klinik. 41,3 % pasien menerima kombinasi obat yang potensi terjadi interaksi 8,7 % 92,7% pasien diabetes melitus dengan hipertensi, 87,4% pasien mendapat terapi antihipertensi kombinasi, 55% pasien dapat mencapai target tekanan darah Lebih 80 % pola pengobatan antihipertensi pada pasien hipertensi sudah rasional sesuai guideline terapi 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi ketika tekanan darah meningkat 140/90 mmhg atau lebih (> 140/90 mmhg) menurut Joint National Committee VII, 2003. Hipertensi merupakan faktor resiko imfark miokard dan CVA (cerebrovasculer accident). Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan diastolic (angka bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah (Moser, 2008). Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik atau keduanya. Diagnosis klinik hipertensi berdasarkan pada ratarata dua atau lebih pembacaan tekanan darah pada tiap dua kali kunjungan atau lebih secara teratur (Dipiro dkk., 2011). 2. Klasifikasi Joint National Committee VII(2003) mengklasifikasikan tekanan darah pada orang dewasa ( usia > 18 tahun ) yang meliputi tekanan darah normal, prehipertensi, hipertensi tingkat 1, dan hipertensi tingkat 2 (Tabel 2). 8