BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dapat disusun rasio keuangan sesuai dengan kepentingan investor. yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kalah baik dari pelaku usaha pendahulunya. Hal ini mendorong para pelaku

Bab II. Tinjauan Pustaka

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sutrisno (2003: 266) Rasio profitabilitas merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk

RASIO LAPORAN KEUANGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Return investasi dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi. Return

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value)

BAB 1I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati. masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan lebih baik dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh faktor ekonomi makro dan faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jogianto (2003:109), return merupakan hasil yang diperoleh dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu hal yang dapat menunjukkan trend negatif dalam pergerakan saham

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

Menurut Hanafi dan Halim (1996), pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan kedalam lima macam kategori, yaitu:

BAB II TINAJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, keadaan perekonomian semakin tidak stabil.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tiga laporan utama, (1) Neraca, (2) Laporan laba rugi, dan (3) Laporan arus kas

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal merupakan penghubung antara investor (pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. luas sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang dan jasa.

ANALISIS KEUANGAN. o o

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laba menurut beberapa ahli:

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

II. LANDASAN TEORI. badan perseroan terhadap suatu perusahaan.wujud saham adalah selembar kertas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari perusahaan, seorang manajer harus

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Rasio Laporan Keuangan Dari laporan keuangan yang terdiri dari laporan laba rugi dan neraca tersebut dapat disusun rasio keuangan sesuai dengan kepentingan investor. Menurut Harahap (2009:297) rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan. Menurut Samsul (2006:143) Analisis rasio adalah Membandingkan antara unsur-unsur neraca, unsur-unsur laporan laba rugi, unsur-unsur neraca dan laporan laba rugi serta rasio keuangan emiten yang satu dan rasio keuangan emiten yang lain. Analisis rasio dan analisis trend selalu digunakan untuk mengetahui kesehatan keuangan dan kemajuan perusahaan setiap kali laporan keuangan diterbitkan. Sedangkan yang dimaksud dengan rasio keuangan menurut Hanafi (2008:111) adalah rasio yang menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai sebuah standard. Maksud dari pernyataan tersebut adalah dengan melakukan analisa terhadap rasio-rasio keuangan maka akan dapat memberikan pengetahuan mengenai bagaimana keadaan sebenarnya perusahaan yaitu mengetahui bagaimana tingkat kesehatan keuangan perusahaan, masalah-masalah yang sedang

dihadapi dan penyebab-penyebabnya, serta hal-hal lain yang dapat dipengaruhi keadaan perusahaan tersebut. Dengan adanya pengetahuan tersebut maka akan dapat meningkatkan mutu maupun efektifitas manajemen dalam menjalankan perusahaan, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pengarahan, maupun pengendalian. Menurut Wibowo et al. (2010:137) adapun jenis rasio keuangan antara lain sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas (Tabel 2.1) Likuiditas suatu bagan usaha diukur dengan kemampuannya memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat kewajiban tersebut jatuh tempo. Jenis Rasio Likuiditas pcurrent Ratio Quick Ratio Cash Ratio Net Working Capital Tabel 2.1 Jenis-jenis rasio likuiditas Rumus Keterangan Untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang tersedia. Untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang lebih likuid. Untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan surat berharga yang segera dapat diuangkan. Untuk menghitung berapa kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar. 2. Rasio aktivitas (Tabel 2.2) Menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian atau kegiatan lainnya.

Jenis Rasio Aktivitas Average Collection Period Inventory Turnover Fixed Assets Turnover Total Assets Turnover Tabel 2.2 Jenis-jenis rasio aktivitas Rumus Keterangan Untuk menghitung berapa kali dana yang tertanam dalam piutang perusahaan berputar dalam setahun. Untuk mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Untuk mengukur efektifitas penggunaan dana yang tertanam pada aktiva tetap seperti pabrik dan peralatan dalam menghasilkan penjualan. Untuk mengukur efektifitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan. 3. Rasio hutang (Tabel 2.3) Posisi hutang suatu badan usaha menunjukan jumlah uang orang lain yang digunakan dalam upaya memperoleh laba. Secara umum, analisis keuangan sangat perduli dengan utang jangka panjang, oleh karena itu badan usaha sepakat untuk membayar bunga, dan akhirnya membayar pokok pinjaman dalam jangka panjang. Jenis Rasio Hutang Debt Ratio Debt to Equity Ratio Tabel 2.3 Jenis-jenis rasio hutang Rumus Keterangan Untuk mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau modal yang berasal dari kreditur. Perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.

Time Interest Earned Debt Service Coverage Untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga. Untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman (app). 4. Rasio profitabilitas (Tabel 2.4) Rasio yang mengukur efektivitas badan usaha dalam menghasilkan laba. Rasio ini menggambarkan kinerja operasional, risiko dan pengaruh tuas (levegare). Kita akan menlihat dua jenis profitabilitas, yaitu marjin laba (profit margin) yang mengukur kinerja dalam hubunganya dengan penjualan dan rasio hasil (return ratio) yang mengukur kinerja relatif terhadap beberapa ukuran skala investasi. Jenis Rasio Profitabilitas Gross Profit Margin Net Profit Margin Return On Investment Return On Equity Tabel 2.4 Jenis-jenis rasio profitabilitas Rumus Keterangan Untuk mengukur efisiensi pengendalian harga pokok (biaya produksi) mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan. Mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan asset. Untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. 5. Rasio nilai pasar (Tabel 2.5) Rasio ini lebih didasarkan pada informasi yang tidak perlu dimuat dalam laporan keuangan, seperti harga pasar dari saham per lembar. Oleh karena itu, ukuran-ukuran ini hanya dapat dihitung secara langsung oleh badan usaha yang memperdagangkan sahamnya secara umum.

Jenis Rasio Nilai Pasar Price Earning Ratio Earning Yield Market to Book Ratio Tabel 2.5 Jenis-jenis rasio nilai pasar Rumus Keterangan Menunjukan perbandingan antara harga saham di pasar perdana dengan pendapatan yang diterima. Mengukur besarnya laba yang diberikan kepada pemegang saham. Rasio yang menunjukan apakah harga saham (harga pasarnya) diperdagangkan diatas atau dibawah nilai buku. 2.1.1 Pengertian Likuiditas Rasio likuiditas adalah suatu rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek. Semakin tinggi rasio likuiditas, semakin baik kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Warsono, 2004:32). Dalam penganalisaan posisi likuiditas perusahaan dapat menggunakan dua macam rasio, yaitu rasio lancar (Current Ratio) dan rasio cepat (Quick Ratio).: 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Biasanya aktiva lancar terdiri atas kas, surat berharga, piutang dan persedian. Sedangkan kewajiban lancar terdiri atas hutang dagang, hutang bank jangka pendek, hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu

satu tahun, pajak yang harus dibayar dan biaya-biaya lain yang masih harus dibayar (terutama gaji dan upah). 2. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang paling tidak likuid dan unsur aktiva tersebut seringkali merupakan kerugian jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, rasio cepat merupakan ukuran penting untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan penjualan persediaan. Perbandingan jumlah antara aktiva lancar yang telah dikurangi persediaan adalah sama dengan jumlah kewajiban lancar yang dimiliki oleh perusahaan Pengukuran rasio likuiditas adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Aktiva lancar terdiri dari kas, persediaan, piutang dan investasi jangka pendek, sedangkan hutang lancar terdiri dari hutang dagang yang jatuh tempo kurang dari satu tahun. Indikator likuiditas (Munawir, 2008:27) adalah : Aktiva Lancar Current Ratio = Kewajiban Lancar Rasio lancar yang terlalu tinggi menunjukan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya.

2.1.2 Pengertian Profitabilitas Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan (Lukas, 2008: 39). Untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan dengan melakukan berbagai alat analisis, tergantung dari tujuan analisisnya. Analisis profitabilitas memberikan bukti pendukung mengenai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dan sejauh mana efektivitas pengelolaan perusahaan. Alat-alat analisis yang sering digunakan untuk analisis profitabilitas adalah rasio profitabilitas sebagai berikut (Rangkuti, 2010: 187): (1) Return On Investment atau ROI (2) Rasio keuntungan terhadap modal sendiri atau ROE (3) Rasio tingkat pengembalian terhadap aset atau ROA (4) Net Profit Margin (5) Produktivitas aset (6) Gross margin dan Operating Margin (7) Earning Per Share Penelitian ini dalam mengukur profitabilitas menggunakan tiga rasio yaitu Return on Equity (ROE), Return On Investment dan Earning Per Share. 2.1.2.1 Return on Equity (ROE) Harahap (2008:305) mengatakan bahwa rasio ini menunjukan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai ekuitasnya. Menurut Radardjo (2007:120) Return on Equity merupakan salah satu rasio Profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal yang tertanam di dalamnya.

Sedangkan Sutrisno (2006:266) mengatakan bahwa Return on Equity juga sering disebut rentabilitas ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua ekuitasa yang dimiliki oleh perusahaan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa ROE merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya (ekuitas) yang dimiliki untuk mencapai laba bersih. Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan profitabilitasnya. Jika perusahaan berhasil meningkatkan profitabilitasnya, dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien sehingga mampu menghasilkan laba yang tinggi. Sebaliknya, sebuah perusahaan memiliki profitabilitas rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik, sehingga tidak mampu menghasilkan laba tinggi. Rumus Return on Equity (ROE) menurut Sutrisno (2006:266) dapat diformulasikan sebagai berikut : Return On Equity = EAT Total Ekuitas Keterangan : - EAT (Earning After Tax) adalah laba bersih setelah dipotong bunga dan pajak.

- Total aktiva adalah jumlah aset yang dimiliki perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. 2.1.2.2. Return on Investment (ROI) Radardjo (2007:120) mengatakan Return on Investment merupakan salah satu rasio Profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal yang tertanam di dalamnya. Sedangkan Sutrisno (2008:266) mengatakan bahwa Return on Investment juga sering disebut rentabilitas ekonomis merupaklan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa ROI merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola assetaset yang dimiliki untuk mencapai laba bersih. Rumus Return on Investment (ROI) menurut Sutrisno (2000:266) dapat diformulasikan sebagai berikut : Return on Investment = Laba Bersih Total Assets Keterangan : - ROI adalah tingkat pengembalian dari investment (Return on investment) - Laba Bersih adalah laba bersih setelah dipotong bunga dan pajak.

- Total investment adalah jumlah aset yang dimiliki perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. 2.1.2.3. Earning Per Share (EPS) Komponen pertama yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah adalah laba per lembar saham (EPS). Informasi Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Sutrisno (2010:267) mengatakan bahwa Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Harahap (2008:306) mengatakan bahwa Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba. Darmaji (2001:139) mengatakan bahwa Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (laba) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar sahamnya. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa Earning Per Share (EPS) merupakan kemampuan perusahaan menggunakan setiap lembar saham dalam menghasilkan laba bersih. Earning Per Share merupakan ukuran untuk menentukan

berapa besar laba bersih yang dihgasilkanperusahaan dari setiap lembar saham yang digunakan. Penilaian rasio Earning Per Share menurut Harahap (2008:306) dapat dirumuskan sebagai berikut : Keterangan : EPS = Laba bersih Harga Pasar Saham - EPS adalah laba per lembar saham (Earning Per Share). - Laba bersih adalah jumlah laba bersih yang dihasilkan perusahaan. - Harga pasar saham adalah harga pasar yang berlaku pada setiap lembar saham. 2.1.3 Pengertian Inventory Turn Over (ITO) Inventory Turn Over (ITO) adalah rasio keuangan yang mengukur bagaimana perusahaan secara efektif mengelola persediaan perusahaan. Semakin tinggi rasio aktivitas, semakin efektif perusahaan dalam menjual seluruh persediaan yang tersedia (Warsono,2004:33). ITO = Penjualan Persediaan Keterangan : - Penjualan adalah jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam menjual produknya. - Persediaan adalah jumlah barang yang tersediaa untuk dijual.

2.1.4. Harga Saham Saham (stock) merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Anoraga dan Pakarti (2003:112) mengatakan Saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas. Hartono (2006:369) mengatakan harga saham didefenisikan sebagai harga keseimbangan yang mencerminkan konsensus bersama antar semua partisipan pasar. Husnan (2005:79) mengatakan Saham merupakan bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. Sedangkan Sundjaja dan Barlian (2007:348) mengatakan ditinjau dari sisi perusahaan yang menerbitkan saham, saham dapat diterbitkan dengan nilai nominal maupun tanpa nilai nominal. Secara garis besar, saham suatu perusahaan dapat dibedakan berdasarkan hak tagih atau klaim, berdasarkan peralihan hak, dan berdasarkan kinerja saham itu sendiri. Berdasarkan hak tagih atau klaim dibagi menjadi (Husnan, 2005:78) : 1. Saham Biasa. Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh dividen sepanjang perseroan memperoleh keuntungan. Pemilik saham mempunyai hak suara pada RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), sesuai dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya (one man one

vote). Pada likuidasi perseroan, pemilik perusahaan memiliki hak memperoleh sebagian dari kekayaan setelah semua dilunasi. 2. Saham preferen. Saham Preferen merupakan saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan dividen dan atau bagian kekayaan lebih dahulu pada saat perusahan dilikuidasi daripada saham biasa. Disamping itu saham preferen mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi/komisaris. Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Weston dan Brigham (2010:26-27) adalah proyeksi laba per lembar saham, saat diperoleh laba, tingkat resiko dari proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian deviden. Faktor lainnya yang dapat mempengarahi pergerakan harga saham adalah kendala eksternal seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa saham. Fahmi (2011: 87) mengatakan beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham adalah : 1) Kondisi mikro dan makro ekonomi. 2) Kebijakan perusahaan dalam memutuskan ekspansi (perluasan), seperti membuka kantor cabang (brand office), kantor cabang pembantu (sub brand office) baik yang dibuka di domestik maupun luar negeri. 3) Kinerja keuangan perusahaan seperti kinerja profitabilitas yang terus mengalami penurunan akan dapat menurunkan harga saham, sebaliknya jika meningkat akan dapat meningkatkan harga saham. 4) Pencapaian nilai ekonomis perusahaan (economic value added) yang positif akan dapat meningkatkan harga saham. 5) Resiko sistematis, yaitu suatu bentuk resiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat.

Menurut Arifin (2004, hal 323) mengatakan faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja emiten, semakin baik kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham, begitu pula sebaliknya. Untuk memastikan apakah kondisi emiten dalam posisi baik atau buruk kita bisa melakukan pendekatan analisis rasio keuangan. 1. Faktor Fundamental Beberapa faktor fundamental yang menggerakkan harga saham adalah: a. Faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan. Tingkat suku bunga yang tinggi, inflasi, tingkat produktifitas nasional, politik dan lain sebagainya dapat memiliki dampak penting apda potensi keuntungan perusahaan hingga pada akhirnya juga akan mempengaruhi harga sahamnya. b. Faktor mikro adalah faktor-faktor yang berdampak secara langsung pada perusahaan itu sendiri. Perubahan manajemen, harga dan ketersediaan bahan mentah, produktivitas pekerja dan lain sebagainya yang akan dapat mempengaruhi kinerja keuntungan perusahaan secara individual.

2. Faktor teknis Beberapa faktor teknis yang menggerakkan harga saham adalah: a. Adanya demand dan supply Harga saham akan cenderung naik apabila terdapat lebih banyak pembeli daripada penjual, begitu juga sebaliknya. b. Antisipasi investor Antisipasi hasil kinerja suatu emiten, baik itu per tahun, per semester, maupun per triwulan akan mendorong investor untuk memburu saham emiten tersebut atau bahkan akan melepasnya. c. Corporate action Merupakan langkah strategis yang diambil perusahaan, seperti pengumuman dividend atau bonus, right issue, stock split, hasil RUPS dan lain-lain. d. Berita dikoran atau rekomendasi saham Harga saham sering bergerak atas dasar berita di koran atau rekmendasi saham yang ditulis oleh wartawan atau analisis saham. e. Intervensi pemerintah Walaupun jarang terjadi, namun pemerintah terkadang melakukan intervensi secara diam-diam melalui lembaga tertentu untuk membeli/menjual saham sebagai upaya untuk mengembalikan kepercayaan pasar.

f. Koreksi teknis Pergerakan saham jarang yang terus menerus bergerak naik atau selalu turun. Sesudah periode kenaikan atau penuruan yang cukup lama, biasanya akan dijumpai koreksi teknis. g. Sentimen pasar Berita atau issue dari bidang politik, ekonomi dan lain lain akan mampu mempengaruhi aktivitas ekonomi, termasuk harga-harga saham di bursa. Salah satu pengaruh kuat dan konsisten pada pasar modal Indonesia adalah kinerja harga saham di bursa-bursa luar negeri yang sering terefleksi pada harga saham di Indonesia. a. Penelitian Terdahulu Tiga penelitian terdahulu menjadi referensi penelitian ini tercantum pada tabel 2.6 Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Variabel Independen Variabel Dependen Hasil 1 Pengaruh earning per Harga Hasil penelitiannya earning per share, dan saham. membuktikan Hadianto (2005) share dan price Earning ratio terhadap harga price Earning ratio. bahwa earning per share dan price Earning ratio saham berpengaruh terhadap harga

pada perusahaan ritel di BEI. 2 Pengaruh ROI, DAR, Kinerja dan PER Keuangan Terhadap Santoso (2003) 3 Trisnawati (2003) Harga Saham Perusahaan manufaktur Yang Listing di BEI tahun 2003 2006 Pengaruh Debt Debt to to Investment Asset Ratio, Ratio dan dan Dividen kebijakan Payout dividen Ratio. terhadap harga saham perusahaan media elektronik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Sumber : Data yang diolah penulis, 2014 Harga saham Harga saham saham baik secara parsial maupun simultan. Temuannya membuktikan bahwa variabel ROI, DAR dan PER berpengaruh terhadap harga saham Hasil temuanya membuktikan bahwa Debt to Asset Ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham sedangkan kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividen payout ratio berdampak positif terhadap harga saham

2.3. Kerangka Konseptual Secara umum kinerja keuangan perusahaan ditunjukan dalam laporan keuangan yang dipublikasikan yang kemudian dianalisis menggunakan rasio keuangan. Dalam penelitian ini rasio keuangan yang dipakai adalah Current Ratio, Return On Equity, Return On Investment, Earning Per Share, dan Inventory Turnover. Kerangka konseptual hubungan dan pengaruh Current Ratio, Return On Equity, Return On Investment, Earning Per Share, dan Inventory Turnover terhadap harga saham tercantum pada gambar 2.1. Current Ratio (X1) H 1 Return On Equity (X2) H 2 Return On Investmen (X3) H 3 Harga Saham (Y) Earning Per Share (X4) H 4 Inventory Turn Over (X5) H 5 H 6 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber : Diolah penulis, 2014 Current Ratio digunakan untuk menilai likuiditas suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik kemampuan likuiditas perusahaan yang

bersangkutan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi baik akan semakin besar. Apabila hal tersebut terjadi maka hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya keuntungan perusahaan. Dengan keuntungan yang tinggi maka tingkat pengembalian (return) saham juga tinggi. Profitabilitas diproxikan oleh ROE, ROI, dan EPS. Return on equity (ROE) adalah rasio yang menggambarkan hasil pencapaian perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penggunaan modal sendiri (ekuitas). Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi efektifitas penggunaan modal oleh perusahaan dalam menghasilkan laba. Beberapa bukti empiris menunjukkan bahwa ROE yang semakin meningkat dapat meningkatkan harga saham. Return on Investment (ROI) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak atau net income after tax (NIAT) terhadap total assets. Jika kemampuan untuk menghasilkan laba meningkat, harga saham meningkat, dengan kata lain ROI mempengaruhi harga saham, jika ROI naik maka harga saham akan naik sebaliknya ROI turun maka harga saham akan turun. Earning Per Share (EPS) yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan kemakmuran para investor, dan dari hal tersebut akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Hal itu akan mengakibatkan kenaikan laba yang pada akhirnya ada kecenderungan kenaikan harga saham, begitu juga sebaliknya.

Inventori turnover yang artinya semakin tinggi persentasenya semakin baik yang artinya semakin cepat persediaan jadi kas. Semakin tinggi inventory turnover (ITO), maka semakin efisien perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan dan laba perusahaan juga dapat meningkat yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga saham. 2.4. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konseptual yang ada, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H1 : Likuiditas (Current Ratio) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan Tekstil dan Garmen yang terdaftar di BEI. H2 : Profitabilitas (Retrun On Equity) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan Tekstil dan Garmen yang terdaftar di BEI. H3 : Retrun On Investment secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan Tekstil dan Garmen yang terdaftar di BEI. H4 : Earning Per Share secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan Tekstil dan Garmen yang terdaftar di BEI. H5 : Inventory Turnover secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan Tekstil dan Garmen yang terdaftar di BEI.

H6 : Likuiditas (Current Ratio), Profitabilitas (Retrun On Equity, Retrun On Investment, Earning Per Share) dan Inventory Turnover secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan Tekstil dan Garmen yang terdaftar di BEI.