BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik jasmani maupun rohani dan merupakan dasar pembentukan

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu sarana dalam pembangunan bangsa, khususnya pembangunan dalam bidang jasmani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga,

2015 PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI DAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu

I. PENDAHULUAN. dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Disusun oleh : Rihandoyo A BAB I PENDAHULAUAN. A. Latar Belakang. Atlet-atlet juara yang mampu memperoleh prestasi tertinggi dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. kejuaraan atletik. Pelaksanaan lompat dalam perlombaan atletik memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat cepat. Manusia dalam berolahraga

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakekat olahraga merupakan kegiatan teknik yang mengandung sifat permainan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak. Harsono (2000:4) mengemukakan bahwa: Apabila kondisi fisik atlet dalam

2016 PENGARUH LATIHAN POWER LENGAN MENGGUNAKAN MODEL LATIHAN PULL OVERPASS DAN PULL OVER TERHADAP HASIL LEMPARAN PADA ATLET LEMPAR LEMBING JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Atletik merupakan kegiatan jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan yang dinamis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pesat, sudah semestinya jika manusia menyadari arti pentingnya hidup sehat.

BAB I PENDAHULUAN. Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Medan (UNIMED). Atletik juga

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : AFIF PRIYATNO ILHAMI NPM

JURNAL HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK TUNGKAI BAWAH DAN KELINCAHAN DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS IX SMP NEGERI 6 KEDIRI 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

2015 PENGARUH LATIHAN BARBELL LUNGES D AN D UMBELL ONE-ARM SHOULD ERS PRESS TERHAD AP HASIL TOLAK PELURU

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses kehidupan manusia selalu membawa anggota tubuhnya kesetiap tempat untuk bergerak sambil

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA MENGGANTUNG PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Melalui olahraga akan dapat ditingkatkan kekuatan keterampilan kerja, kesegaran jasmani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kebugaran seseorang, semakin kuat juga fisik seseorang tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengacu pada. kualitas manusia Indonesia sehingga memiliki tingkat kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lompat, lari, dan. lempar (Eddy Purnomo, 2007:1). Bila dilihat dari arti atau istilah

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah atletik. Menurut Yoyo Bahagia (2000:7) Atletik merupakan cabang

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia pernah memiliki beberapa pelari kenamaan di nomor elite.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam cabang olahraga atletik, nomor lompat merupakan nomor lomba

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berkualitas adalah melalui pendidikan. Pendidikan adalah upaya yang. negara. Pada negara-negara yang baru berkembang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas fisik dan bertujuan untuk meningkatkan penampilan olahraga. Untuk itu

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam

I. PENDAHULUAN. kegiatan olahraga ditempuh melalui tiga pilar, yaitu olahraga pendidikan, olahraga

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi salah satu pertandingan olahraga prestasi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat kualitatif dan kuantitatif juga merupakan hasil dari proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Universitas Nusantara PGRI Kediri. Oleh : ZULFAN CHOLID SULAIMAN NPM

BAB 1 PENDAHULUAN. kerjasama yang baik untuk membentuk suatu tim. Kecerdasan dalam mangatur

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik juga

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sangat digemari oleh masyarakat mulai anak sampai orang dewasa, karena

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Disusun Oleh : NUR AMINSYAH RAMADHAN NPM:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu ke waktu baik tingkat daerah propinsi maupun nasional dan internasional. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan olahraga prestasi ditanah air sehingga dalam berbagai pertandingan dan kejuaraan

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN

1. PENDAHULUAN. Lompat kangkang merupakan unsur keterampilan gerak manipulatif karena,

JURNAL. Oleh: HENGKI SAPUTRA NPM: Dibimbing oleh : 1. BUDIMAN AGUNG PRATAMA, M.Pd 2. YULINGGA NANDA HANIEF, M.Or

I. PENDAHULUAN. proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan kemajuan ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlombakan baik di tingkat regional maupun nasional, karena atletik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB II KAJIAN TEORI. diantaranya dalam kamus olahraga, menurut Syarifudin (1985: 62) lompat

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : MINARDI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aditia Bahrul Ilmy, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Olahraga adalah salah satu bentuk dari upaya peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepakbola adalah suatu permainan yang dimainkan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan. yaitu Athlon atau athlum yang berarti lomba atau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan olahraga tertua didunia. Gerakan atletik telah dilakukan oleh manusia sejak jaman purba. Dapat dikatakan bahwa, sejak adanya manusia di muka bumi atletik sudah ada, karena gerakan-gerakan yang terdapat dalam cabang atletik, seperti berjalan, berlari, melompat, dan melempar adalah gerakan yang dilakukan oleh manusia di dalam kehidupan sehari-hari. Cabang olahraga atletik dikenal sejak jaman penjajahan Belanda, namun kurang dikenal oleh masyarakat Indonesia. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan jaman, cabang olahraga atletik mengalami perkembangan yang cukup pesat. Atletik dijadikan induk dari semua cabang olahraga. Dalam proses belajar mengajar, olahraga dipandang sebagai alat pendidikan yang mempunyai peran penting terhadap pencapaian tujuan belajar mengajar secara keseluruhan. Olahraga merupakan salah satu pelajaran yang wajib diajarkan di semua jenjang pendidikan baik di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ataupun di Perguruan Tinggi. Melalui pendidikan jasmani diharapkan dapat merangsang perkembangan dan pertumbuhan jasmani anak didik, merangsang perkembangan sikap, mental, sosial, emosi yang seimbang serta keterampilan geraknya. Lompat tinggi merupakan salah satu nomor yang dilombakan dalam kejuaraan atletik, baik untuk tingkat nasional (yang diselenggarakan oleh PASI) maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu, nomor ini juga menjadi salah satu materi kuliah atletik pada Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sebagai salah satu materi kuliah, lompat tinggi ini wajib ditempuh dan dikuasai oleh mahasiswa jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Perkembangan dan kemajuan zaman menuntut tenaga pendidik dan pelatih memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik. sebagai calon pendidik atau guru olahraga maupun pelatih, mahasiswa JPOK FKIP UNS harus mampu mengajar dan melatih secara profesional, mampu menerapkan metode mengajar atau melatih yang commit to user baik dan tepat agar memperoleh hasil yang maksimal. Banyak kendala yang dihadapi

2 dalam upaya pencapaian prestasi yang optimal salah satu diantaranya yaitu masih banyaknya pelatih atau pembina olahraga dalam memberikan program latihan hanya berdasarkan pengalaman yang didapat pada saat masih menjadi atlet. Hal ini menunjukkan bahwa masih belum maksimalnya pemanfaatan kemajuan ilmu keolahragaan dan teknologi. Pelatihan yang disusun berdasarkan ilmu keolahragaan, memperhatikan segala aspek baik dari kondisi fisik, perkembangan fisik, psikis, adaptasi fisiologis, dan sebagainya akan menciptakan atlet-atlet yang memiliki potensi yang tinggi untuk meraih prestasi yang maksimal. Latihan merupakan faktor yang sangat penting dalam upaya mengasah komponen-komponen tersebut untuk menjadi maksimal, oleh karena itu latihan harus dilakukan dengan intensif dan terprogram. Latihan intesnsif merupakan latihan yang berkesinambungan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pelatihan yang benar sedangkan latihan yang terprogram dengan baik merupakan latihan yang memiliki tujuan yang jelas, materi yang sesuai dengan karakteristik cabang olahraganya, waktu yang tersedia cukup, pembagian waktu yang jelas, serta dengan strategi latihan yang sesuai dengan materi yang diberikan. Penyusunan program latihan yang cermat, sistematis dan mengikuti berbagai macam prinsip dan metode latihan yang akurat bertujuan agar dapat tercapai tujuan yang diharapkan. Prinsip-prinsip latihan menurut Bompa and Haff (2009: 31), antara lain 1) prinsip perkembangan multilateral, 2) prinsip spesialisasi, 3) prinsip individualisasi, 4) prinsip variasi dalam latihan, dan 5) prinsip beban berlebih. Prestasi atletik khususnya nomor lompat tinggi tidak dapat dicapai dengan spekulatif, tetapi pembinaan prestasi harus melalui latihan secara intensif dengan program latihan yang benar, teratur dan terukur. Disamping itu harus memperhatikan faktor-faktor pendukung pencapaian prestasi. Setiap prestasi muncul karena dukungan dari berbagai faktor. Dalam atletik antara lain sebagai berikut: (1) bakat, (2) bentuk gerakan dan latihan, (3) tingkat perkembangan faktor prestasi dan sifat-sifat yang berdaya gerak (tenaga, stamina, kecepatan, kelincahan, dan keterampilan), (4) niat dan kemauan (Benrhart Qunter. 1993 : 10). Dalam pembinaan cabang olahraga atletik sebaiknya faktor-faktor tersebut dimiliki oleh setiap atlet, karena faktor tersebut merupakan dasar utama untuk keberhasilan dalam pembinaan atlet meraih prestasi maksimal. commit to user

3 Demikian pula halnya dalam cabang atletik nomor lompat tinggi. Dalam melakukan lompat tinggi tujuannya adalah agar dapat mencapai lompatan yang setinggitinggnya. Seperti halnya dengan nomor lompat lainnya dimana lompat tinggi juga mempunyai tahapan-tahapan dalam melaksanakannya. Teknik yang dimaksudkan adalah teknik dasar dalam olahraga lompat tinggi yaitu tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan oleh pelompat dengan berkesinambungan dan terus menerus, antara lain 1). Tahap awalan (lari) 2). tumpuan 3). Tahap saat diatas mistar 4). Tahap mendarat. Jadi bisa dikatakan bahwa teknik melompat dalam olahraga lompat tinggi sangat dipengaruhi oleh kualitas otot tungkai dari atlet, atau untuk dapat melakukan teknik melompat dengan baik diperlukan unsur kekuatan dan kecepatan (eksplosif power) dari sekelompok otot yang mendukung gerakan tersebut. Kekuatan maksimum tergantung pada tiga faktor utama ; potensi otot, penggunaan potensi otot dan teknik ( Bompa and Haff, 2009 : 237 ). Sekelompok otot yang paling dominan mendukung terhadap gerakan melompat dalam olahraga lompat tinggi. Menurut O.T. Lukman (1993:131) Secara anatomis kelompok yang paling banyak terlibat pada waktu menolak adalah otot panggul, lutut dan ekstensor pergelangan kaki dari tungkai kaki yang menolak. Oleh karena itu pemberian latihan yang diterapkan kepada atlet lompat tinggi sangat tepat kalau mengutamakan pada otot tungkai, dengan tidak mengesampingkan otot-otot yang lain. Pengembangan fakto-faktor lain yang mendukung dalam pelatihan, misalnya faktor kondisi fisik, teknik, taktik, mental dan kematangan juara juga ditunjang adanya faktor anatomis tubuh. Agar kondisi fisik selalu stabil, atlet harus sadar dan disiplin dalam melakukan latihan serta menjalankan program yang telah ditetapkan pelatih. Dukungan anatomis maupun antropometris tubuh yang baik akan meningkatkan prestasi seseorang atlet bila program yang diberikan sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan. Latihan yang dilakukan tersebut tentunya harus bersifat khusus mengembangkan komponen-komponen yang diperlukan dalam suatu cabang olahraga atletik, dalam penelitian ini khususnya nomor lompat tinggi. Selain itu untuk mencapai prestasi dalam cabang olahraga atletik, khususnya nomor lompat tinggi diperlukan berbagai pertimbangan dan perhitungan serta analisis yang cermat mengenai faktor-faktor yang menentukan dan menunjang prestasi lompat tinggi. Faktor-faktor penunjang dalam commit prestasi to user lompat tinggi tersebut di antaranya

4 adalah motode latihan, kondisi fisik (biomotorik), dan ukuran anthropometris, panjang telapak kaki dan tinggi badan. Menentukan metode latihan yang sesuai dengan tujuan latihan dalam program latihan yang konstruktif dan sistimatik bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, banyak hal yang perlu dipertimbangkan oleh seorang pelatih. Setiap program latihan yang dibuat harus selalu mencakup faktor kondisi fisik, teknik, taktik, psikis dan persiapan teori (Bompa Tudor O., 1990:51). Pemilihan metode atau bentuk latihan pada unit latihan harus sesuai dengan kondisi atlet dan efek latihan yang diinginkan. Analisis dengan cermat yang dimaksudkan, karena setiap cabang olahraga mempunyai ciri dan sifat yang khas, sehingga analisis terhadap karakteristik cabang olahraga dari berbagai pendekatan sangat diperlukan pada penentuan metode latihan dalam menyusun suatu program latihan. Analisis tersebut bisa dilakukan melalui sifatsifat fisiologis dari cabang olahraga tersebut untuk melihat kapasitas daya tahan aerobic dan anaerobiknya. Melalui pendekatan anatomi, misalnya penggunaan otot-otot dalam suatu gerak olahraga, melalui pendekatan biomekanik untuk mengetahui efisiensi keterampilan, pengaruh tenaga, kecepatan, akselerasi dan sebagainya, atau dapat juga ditinjau dari segi penggunaan sistim energi seperti pendapat Fox E.L, Mathew, DK (1998:171) bahwa: Latihan harus bersifat khusus ditujukan terhadap sistem energi yang digunakan dan khusus terhadap pola gerak yang sesuai dengan keterampilan olahraga tertentu. Oleh karena itu dengan analisa beberapa hal diatas serta mempertimbangkan faktor-faktor penentu dan penunjang diharapkan pelatih dapat lebih terarah untuk menentukan metode latihan dalam menyusun program latihan. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kondisi fisik seorang atlet, dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa metode latihan yang berbeda, sebagai upaya untuk memberikan berbagai variasi latihan dan untuk menghindari kejenuhan atlet. Metode latihan merupakan suatu cara yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan seorang atlet, seperti yang dikemukakan Nossek (1982: 15) yang menyatakan bahwa metode latihan merupakan prosedur dan cara-cara pemilihan jenisjenis latihan dan penataannya menurut kadar kesulitan, kompleksitas dan beratnya beban. Dengan metode latihan yang baik dan bervariasi, seorang atlet diharapkan dapat mencapai prestasi yang maksial. commit to user

5 Prestasi tidak dapat dicapai secara maksimal apabila hanya menekankan pada program latihan tetapi harus pula ditujang salah satunya faktor ukuran anthropometris. Ukuran anthropometris merupakan salah satu faktor penentu dan penunjang untuk mencapai prestasi yang optimal. Dalam olahraga atletik yaitu di nomer lompat tinggi panjang telapak kaki merupakan salah satu komponen dari ukuran anthropometris yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam pencapaian prestasi maksimal. Gerakan lompat tinggi meliputi teknik gerakan awalan, tumpuan, saat diatas mistar dan pendaratan. Dengan ukuran panjang telapak kaki dan tinggi badan yang memadai serta ditunjang power tungkai yang bagus maka akan diperoleh keuntungan-keuntungan yang dapat prestasi lompatan yang lebih baik. Ukuran anthropometris perlu dipertimbangkan dalam setiap pemilihan calon atlet. Dalam nomor lompat tinggi, maka ukuran panjang telapak kaki dan tinggi badan menjadi salah satu kondisi yang layak untuk dipertimbangkan, sesuai dengan karakteristik gerakan lompat tinggi. Selain itu, kondisi fisik (biomotor) seperti power tungkai menjadi salah satu faktor penentu prestasi lompat tinggi. Power tungkai dapat ditingkat melalui latihan, terutama latihan berbeban. Faktor utama dalam latihan untuk meningkatkan daya ledak (explosive power) adalah mula-mula memusatkan pada pembentukan kekuatan kemudian beralih pada beban lebih ringan dan gerakan lebih cepat. Jenis latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan power otot tungkai diantaranya adalah latihan berbeban. Berkaitan dengan latihan berbeban Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 109) mengemukakan bahwa Latihan beban kalau dilaksanakan dengan benar, kecuali dapat mempertinggi kesehatan fisik secara keseluruhan, akan dapat mengembangkan kecepatan, daya ledak otot, kekuatan dan keuletan, yang merupakan faktor-faktor penting bagi setiap atlet, sedangkan Harsono (1988 : 37) menyatakan bahwa Latihan berbeban adalah latihan yang sistematis dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai tujuan tertentu. Faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi lompat tinggi yaitu proporsi tubuh (rasio antrhopometrik) dari atlet baik itu tinggi badan, berat badan, panjang tungkai, panjang telapak kaki ataupun faktor antropometrik yang lain. Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996:60) mengatakan bahwa karakteristik dari anak yang akan dijadikan atlet bibit unggul adalah salah satunya memiliki bentuk tubuh proporsional yang ideal yang sesuai dengan olahraga yang diminatinya. commit to Ukuran user anthropometrik adalah ukuran

6 eksternal bagian-bagian tubuh (verduci, 1980:215). Pengukuran anthropometrik mencakup dua tipe pengukuran. Pertama, yaitu yang berkenaan dengan dimensi-dimensi tubuh. Kedua, yaitu yang berkenaan dengan komposisi tubuh. Pengukuran dimensi tubuh berupa pengukuran panjang atau besarnya bagian-bagian. Sedangkan pengukuran komposisi tubuh berupa pengukuran mengenai kandungan lemak tubuh atau unsurunsur pembentukan berat badan lainnya. Ukuran panjang bagian-bagian tubuh menentukan keserasian bentuk tubuh secara keseluruhan. Dalam struktur tubuh, panjang tungkai atau tinggi badan terbentuk dari panjang kaki dan panjang togok terdapat variasi antara individu. Ada individu yang cendrung panjang kakinya, ada yang lebih panjang togoknya, dan ada yang seimbang. Panjang kaki ditentukan oleh panjang tungkai atas, tungkai bawah, dan telapak kaki. Perbandingan antara ketiga bagian pembentuk panjang kaki inipun terdapat variasi. Perbandingan ukuran bagian-bagian tubuh dengan tinggi badan setiap individu atau secara singkat disebut rasio ukuran antropometrik, dapat memberikan nilai relatif bagi setiap individu yang dapat dibandingkan dengan individu yang lain. Panjang bagianbagian tubuh banyak yang dapat dibandingkan. Perbandingan telapak kaki, tungkai bawah, tungkai atas dengan tinggi badan merupakan rasio ukuran anthropometrik yang secara biomekanika diduga dapat menjadi variabel atributif bagi prestasi lompat tinggi. Karena dalam lompat tinggi bagian-bagian tersebut secara langsung terlibat menghasilkan gerak. Lompat tinggi terdiri dari serangkaian gerak yaitu: awalan, tumpuan, diatas mistar dan pendaratan yang dilakukan secara otomatis dimana salah satu komponen dasarnya adalah kekuatan dan kecepatan yang akan menghasilkan exsplosive power pada saat tumpuan. Selain itu kekuatan didefinisikan sebagai kemampuan sistem neorumuscular menghasilkan gaya melawan tahanan eksternal ( Bompa and Haff, 2009 : 261 ). Rangkain gerak pada saat tumpuan untuk mencapai ketinggian yang maksimal dihasilkan oleh kerja dari simtem pengungkit yang melibatkan sendi, tulang dan otototot sebagai tenaga penggeraknya. Perbandingan antara rasio anthropometrik untuk mencapai ketinggian yang maksimal pada saat tumpuan dalam lompat tinggi adalah panjang telapak kaki dan tinggi badan. Perbandingan panjang telapak kaki dan tinggi badan secara biomekanika dapat mempengaruhi tolakan kaki seseorang ketika melompat. Telapak kaki yang panjang commit sebagai to pengungkit user pada saat lari awalan dan

7 pada saat tumpuan memungkinkan bisa mencapai ketinggian yang maksimal, sehingga hal ini akan mempengaruhi kecepatan lari dan tumpuan yang dilakukan. Berbeda halnya dengan seorang atlet yang memiliki telapak kaki pendek akan memiliki jangkauan dan tolakan kaki yang pendek juga, sehingga hasil lompatanya tidak maksimal dibandingkan dengan pelari yang memiliki telapak kaki panjang. Maka seorang pelompat harus mampu memanfaatkan rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan yang dimilikinya untuk menghasilkan tumpuan yang maksimal untuk meningkatkan lompatannya. Banyak metode latihan untuk meningkatkan kondisi fisik atlet lompat tinggi, diantaranya melalui program latihan plyometrik, berbeban dan latihan power lainnya. Dalam penelitian ini penulis memilih salah satu jenis metode latihan untuk meningkatkan prestasi lompat tinggi melalui metode latihan berbeban. Latihan berbeban adalah suatu cara menerapkan prosedur tertentu secara sistematis pada berbagai otot tubuh. Pada program latihan berbeban ini dalam pelaksanaannya menggunakan alat-alat berupa barbell atau beban yang telah dikombinasikan menjadi alat khusus untuk latihan berbeban. Dalam metode latihan berbeban untuk meningkatkan kemampuan saat menumpu pada lompat tinggi. Peningkatan power otot tungkai diperlukan karena pada saat tumpuan melompat diperlukan kecepatan dan kekuatan yang akan menghasilkan efek lompatan maksimal. Aplikasi dari teori pelatihan sesuai dengan pendapat-pendapat diatas akan dicobakan pada penelitian ini. Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar Mata Kuliah Atletik, banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan untuk mencapai prestasi maksimal. Keterbatasan waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran juga menjadi permasalahan tersendiri. Dari pengalaman selama ini, dalam lingkup mahasiswa ataupun nasional, mahasiswa JPOK FKIP UNS Surakarta yang lulus hanya bisa melewati ketinggian dibatas kelulusan yang sudah ditentukan saja, masih banyak yang belum bisa mencapai prestasi maksimal dan belum mampu bersaing ditingkat nasional. Melihat dari hasil ujian lompat tinggi gaya straddle di akhir semester tersebut maka dipandang perlu untuk diupayakan pemberian model latihan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sehingga mahasiswa bisa mencapai target kelulusan dan bisa bersaing ditingkat nasional. Berdasar permasalhan yang telah dikemukakan diatas, peneliti akan mengkaji dan meneliti pengaruh metode latihan commit berbeban to user barbell step ups, squats, dan barbell

8 heel raises, dengan kriteria rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan besar, sedang dan kecil. Berdasarkan hal tersebut muncul masalah yaitu, adakah perbedaan pengaruh latihan berbeban Barbell Step Ups, Squats, dan Barbell Heel Raise dan apakah besar, sedang, kecilnya rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan akan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap prestasi lompat tinggi gaya straddle? Permasalahan yang telah dikemukakan diatas merupakan dasar yang dapat melatarbelakangi judul penenlitian Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Berbeban Barbell Step Ups, Squats, dan Barbell Heel Raise Terhadap Prestasi lompat tinggi gaya straddle Ditinjau Dari Rasio Panjang Telapak Kaki dan Tinggi Badan Pada Mahasiswa Putra Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan pengaruh latihan berbeban Barbell Step Ups, Squats, dan Barbell Heel Raise terhadap prestasi lompat tinggi gaya straddle? 2. Adakah perbedaan prestasi lompat tinggi gaya straddle antara mahasiswa yang memiliki rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan yang berbeda (antara rasio besar, sedang, dan kecil). 3. Adakah pengaruh interaksi antara latihan berbeban dan rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan terhadap prestasi lompat tinggi gaya straddle? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan berbeban Barbell Step Ups, Squats, dan Barbell Heel Raise terhadap prestasi lompat tinggi gaya straddle. 2. Untuk mengetahui perbedaan prestasi lompat tinggi gaya straddle antara mahasiswa yang memiliki rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan, besar, sedang dan kecil. 3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara latihan berbeban dan rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan terhadap commit prestasi to user lompat tinggi gaya straddle.

9 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis bagi para pelatih olahraga pada umumnya, dan khususnya cabang olahraga atletik nomor lompat tinggi gaya straddle. 1. Manfaat Teoritis Dari sisi teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bidang keolahragaan, khususnya cabang olahraga atletik. Di samping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan untuk penelitian sejenis di masa mendatang. 2. Manfaat Praktis a. Dari sisi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berguna bagi para pelatih atletik, khususnya nomor lompat tinggi dalam melaksanakan kegiatan latihan. b. Hasil temuan penelitian yang berkaitan dengan latihan berbeban Barbell Step Ups, Squats, dan Barbell Heel Raise dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menyusun program latihan lompat tinggi. Untuk selanjutnya dapat dipilih model latihan berbeban manakah yang lebih cocok untuk diterapkan dalam latihan. c. Hasil temuan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh ukuran tungkai terhadap prestasi belajar gerak lompat tinggi dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam seleksi atlet lompat tinggi, dan layak tidaknya ukuran athropometris ini dipertimbangkan dalam penilaian lompat tinggi pada mahasiswa. d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan olahraga khususnya teori dan metodologi latihan serta menambah pemahaman mengenai peran latihan fisik yang terkait dengan prestasi dalam olalahraga atletik khususnya nomor lompat tinggi. commit to user