DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... 1 ABSTRAK... 2 ABSTRACK... 3 DAFTAR ISI... 4 DAFTAR TABEL... 5 DAFTAR GAMBAR... 6 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 8 1.2 Rumusan Masalah... 13 1.3 Tujuan Penelitian... 13 1.4 Manfaat Penelitian... 13 1.5 Sistematika Penulisan... 14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka... 15 2.2 Kerangka Konsep... 17 2.2.1 Kontestasi... 17 2.2.2 Kelian Adat... 19 2.2.3 Pemilukada Serentak... 23 2.3 Landasan Teori... 28 2.3.1 Teori Elit Politik... 28 2.3.2 Strategi Budaya... 31 2.4 Kerangka Pemikiran... 35 BAB III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 36 3.2 Lokasi penelitian... 37 3.3 Waktu Penelitian... 37 3.4 Unit Analisis Penelitian... 38 3.5 Jenis dan Sumber Data... 38 3.5.1 Jenis Data... 38 3.5.2 Sumber Data... 38 3.6 Penentuan informan... 39 3.7 Teknik Pengumpulan Data... 41 3.8 Teknik Analisis Data... 42 3.8.1 Reduksi Data... 42 3.8.2 Penyajian Data... 42 3.8.3 Penarikan Kesimpulan... 43
Daftar Tabel Tabel 3.1 Daftar Informan dalam Penelitian... 33
Daftar Gambar Gambar 3.1 Model Analisa Data... 36
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kelian Adat adalah pemimpin dari organisasi Banjar Adat di Bali. Menurut tugas dan fungsinya Kelian Adat bersama krama Banjar Adat lainya senantiasa bertugas menjaga kesuciaan dan keselarasan serta keserasian kehidupan segenap anggota masyarakat adatnya, guna mewujudkan kesejahteraan, kemakmuran, dan kebahagiaan hidup serta membina hubungan harmonis antar masyarakat Banjar Adat. Kelian Adat pada umumnya dipilih secara musyawarah mufakat dimana pemilihan itu dilaksanakan pada paruman (rapat) banjar yang dihadiri oleh krama Banjar Adat. Namun di setiap Banjar Adat yang ada di Kota Denpasar, pemilihan Kelian Adat dilakukan dengan cara yang bervariasi, seperti dipilih melalui pemilihan langsung atau demokrasi yang dihadiri oleh krama Banjar Adat, dipilih melalui aklamasi dengan cara menunjuk salah satu orang krama Banjar adat sesuai dengan rekomendasi dari tim formatur Banjar Adat tersebut. Pengaruh Kelian Adat di Banjar Adat, mempunyai kekuasaan yang besar dalam mengatur kehidupan warganya. Keseharianya yang sangat dekat dengan menyentuh kehidupan masyarakat Banjar memungkinkan Kelian Adat sering dijumpai. Untuk menjamin seluruh warganya hidup dalam organisasi secara tertib dan tentram ditetapkanya aturan-aturan (awig-awig) Banjar yang mengikat seluruh warganya. Dalam melaksanakan tugasnya, Kelian Adat menjunjung tinggi nilai-nilai agama yang terdapat dalam awig-awig atau peraturan adat dimana
secara garis besar awig awig tersebut mengatur tentang hubungan masyarakat adat dalam keyakinan terhadap Ida Sanghyang Widhi Wasa, hubungan antara sesama manusia atau anggota masyarakat, dan hubungan masyarakat dengan lingkungan disekitarnya. Penerapan awig-awig tersebut terlihat dengan terselenggaranya kehidupan berorganisasi yang bersifat keagamaan, sosial budaya, ekonomi dan hankam, seperti membina dan mengembangkan nilai-nilai agama Hindu melalui memelihara kelestarian Kahyangan Tiga di setiap masing-masing Desa Adat di Bali. Memelihara kelestarian Kahyangan Tiga diekspresikan dalam rasa bakti dengan keanekaragaman upakaranya yang kemudian berpengaruh terhadap pelaksanaan kelangsungan hidup antar masyarakat. Kehidupan warga yang masih kental dengan adanya organisasi bersifat adat menjadikan Kelian Adat sebagai seseorang yang sering dijumpai dalam berbagai acara-acara adat. Tugas dan kewajiban seorang Kelian Adat salah satunya adalah sebagai pengatur jalanya pelaksanaan upacara agama Hindu di sebuah Banjar Adat. Pengaruh kekuasaan Kelian Adat juga terlihat dalam penyelesaian sengketa, kasus atau konflik di ranah Banjar Adat. Kelian Adat dipercaya mampu dengan wibawa dan kharismanya sebagai orang yang dipanuti dan dituakan akan bisa menyelesaikan berbagai konflik baik ditingkat pribadi maupun adat. Dengan kuatnya pengaruh Kelian Adat terhadap lingkungan adat, menyebabkan daya tarik partai politik untuk menggunakan pengaruh Kelian Adat untuk membantu eksistensi partai politiknya.
Berkurangnya kepercayaan masyarakat kepada partai politik menjadikan partai politik bukanlah satu-satunya sebagai alat penyokong kemenangan. Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat, partai politik harus memiliki strategi dalam program yang menyentuh masyarakat secara langsung dan kegiatan tersebut haruslah berkelanjutan. Tujuanya agar masyarakat kembali bisa menilai dan percaya kepada kinerja yang dilakukan partai, tanpa melenceng dari idealisme partai. Kualitas dan rekam jejak menjadi salah satu acuan popularitas tokoh-tokoh yang bersaing dalam kontestasi politik lokal. Popularitas tokoh adat sering kali justru menentukan kemana pilihan dijatuhkan. Seorang tokoh adat di Bali selain memiliki faktor kualitas serta rekam jejak pemimpin, faktor ikatan etnisitas dan kekerabatanya juga masih sangat kental. Faktor-faktor semacam ini secara langsung memberi celah sebagai pengarah opini publik yang potensial di ranah politik. Menurut Dwipayana (2004), melalui Desa Adat medan kekuasaan itu tercipta dalam serangkaian pertarungan kekuasaan (power game) yang melibatkan berbagai macam aktor dan struktur, dari tingkatan lokal mau pun global. Tokoh adat di Bali dipercaya sebagai instrumen politik untuk mengajak masyarakat berpatisipasi dalam penyelenggaraan pemilu. Masyarakat Bali yakin orang yang dituakan adalah orang yang pintar dan berpengalaman. Karena tokoh adat mempunyai kedekatan ikatan emosional dengan masyarakat, maka untuk mengakomodir berbagai gagasan-gagasan untuk kepentingan masyarakat, diperlukan seorang tokoh adat seperti Kelian Adat.
Kelian Adat yang memimpin Banjar Adat mempunyai pengaruh penting dalam memobilisasi massa. Seorang tokoh adat dianggap mampu dalam mewakili harapan dan keinginan masyarakat. Ketokohan seseorang dalam masyarakat merupakan representasi atau perwakilan kepentingan masyarakat itu sendiri, maka dari itu sesuai yang dikemukakan bahwa tokoh adat ialah orang yang dianggap sebagai perwujudan dari masyarakat itu sendiri. Kehidupan sosial budaya masyarakat Bali sehari-hari hampir semuanya dipengaruhi oleh keyakinan mereka kepada agama Hindu Dharma yang mereka anut sejak beberapa abad yang lalu. Pengaruh tokoh adat bersentuhan langsung dengan sistem politik yang terdesentralisir di daerah, sehingga mengindikasikan bahwa beberapa tokoh adat memiliki pengaruh yang sangat penting dalam proses pemilu yang berlangsung. Oleh karena itu tak sedikit partai-partai di Bali yang mengikuti pemilu menggunakan tokoh adat sebagai instrumen politik untuk meraih suara pada setiap wilayah. Penyelenggaraan kegiatan adat dalam bentuk upacara agama, ulang tahun banjar, silahturahmi maupun kegiatan adat lainya menjadi agenda wajib dalam memudahkan calon kandidat untuk mencari dukungan politik. Praktik-praktik untuk mencari dukungan politik yang sering dijumpai dikemas dengan pertemuan-pertemuan kecil dengan masyarakat Banjar Adat dalam kegiatan adat. Keterlibatan Kelian Adat pun di manfaatkan dalam melancarkan kegiatan kampanye dengan mengkoordinir krama Banjar Adat untuk menghadiri pertemuan tersebut. Liddle (2014) mengatakan bahwa tokoh individual memegang pengaruh besar dalam menentukan suara pemilih. Posisi tokoh adat secara totalitas dalam
tata pemerintahan formal di kampung, dengan memposisikan tokoh adat sebagai pimpinan kampung. Komposisi ini memberikan jaminan yang kuat bagi tingginya partisipasi masyarakat dalam mendukung jalannya pemerintahan dan suksesnya kepemimpinan dalam meningkatkan kinerja aparat kampung. Pengaruh tokoh adat sebagai penjaga tradisi, sangat strategis memunculkan pengaruh sebagai tokoh adat yang kuat dalam politik. Peran mereka juga menjadi sangat kuat ketika seorang Kelian Adat menjadi pemimpin keluarga di suatu lingkungan yang mendapatkan kepercayaan penuh oleh warganya. Pengaruh tokoh adat sangat penting dalam sosial kemasyarakatan singkatnya dibidang sosial politik guna mewujudkan demokrasi yang baik, baik diantara elit politik maupun masyarakat. Proses pemilihan kepala daerah 2015 yang diadakan pada 9 Desember 2015 di Bali yang diikuti serentak di 6 kabupaten/kota khususnya Kota Denpasar, membawa serta pengaruh tokoh adat dalam pergulatan politik yang sedang menuju babak baru. Hal ini kemudian menjadi topik penelitian penulis dalam rangka menambah pengetahuan dan pengalaman di dalam bidang ilmu-ilmu sosial dan politik. Pergulatan kekuasaan pada arena politik pemilukada 2015 di Kota Denpasar menjadi fenomena menarik untuk dikaji. Berbagai komponen terlibat secara intens, seperti dilibatkanya tokoh adat yaitu Kelian Adat sebagai salah satu tim penyokong kemenangan kandidat. Pengaruh Kelian Adat itu menjadi sumber kepentingan bagi kekuatan-kekuatan yang berpengaruh untuk saling berinteraksi dan bekerjasama dalam mendapatkan relasi kuasa pada pemilukada Denpasar 2015.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, permasalahan penelitian dirumuskan berupa pertanyaan Bagaimanakah Kontestasi Kelian Adat Dalam Pemilukada Serentak di Kota Denpasar Tahun 2015? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk memperoleh gambaran secara aktual mengenai Kontestasi Kelian Adat Dalam Pemilukada Serentak di Kota Denpasar Tahun 2015. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu : 1. Manfaat Teoritis a. Mengetahui secara teknis mengenai Kontestasi Kelian Adat Dalam Pemilukada Serentak di Kota Denpasar Tahun 2015. b. Diharapkan dapat menjadi referensi/pengetahuan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meniliti dan mengetahui secara teknis mengenai Kontestasi Kelian Adat Dalam Pemilukada Serentak di Kota Denpasar Tahun 2015. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi aktor politik dalam melihat pentingnya Kontestasi Kelian Adat Dalam Pemilukada Serentak di Kota Denpasar Tahun 2015.
b. Diharapkan menghasilkan informasi kepada masyarakat umum mengenai Kontestasi Kelian Adat Dalam Pemilukada Serentak di Kota Denpasar Tahun 2015. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan bab dalam penelitian ini terdiri atas lima bab. Pada BAB I yaitu menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penilitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. BAB II yaitu tinjauan pustaka, menguraikan kajian pustaka berupa karyakarya ilmiah serta teori yang mendukung penelitian ini. BAB III yaitu metodologi penelitian, menguraikan metode penelitian seperti jenis penelitian, sumber data, unit analisis, teknik penentuan informan, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik penyajian data. Dalam bab ini metedologi tersebut penulis gunakan untuk melakukan penulisan. BAB IV yaitu pembahasan yang terbagi menjadi beberapa sub bagian. Bagian A membahas tentang kondisi obyek penelitian yang berisi tentang Gambaran Geografis Kota Denpasar dan Eksistensi Kelian Adat di Kota Denpasar, Bagian B membahas tentang hasil temuan yang berisi gambaran tentang Peran Kelian Adat dalam Pemilukada Serentak di Kota Denpasar Tahun 2015 dan Kontestasi Kelian Adat Dalam Pemilukada Serentak di Kota Denpasar Tahun 2015, serta bagian C membahas analisa hasil dari penelitian. BAB V yaitu penutup yang menguraikan tentang simpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi saran.