BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada lahan persawahan di UPT Balai Benih Induk

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. ketinggian tempat 41 m di atas permukaan laut pada titik koordinat LU

BAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

III. BAHAN DAN METODE

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan

III. MATERI DAN METODE

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

III. MATERI DAN METODE. Genetika) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Mei. Baru Panam, Kecamatan Tampan, Kotamadya Pekanbaru.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

ABSTRAK. Kata Kunci: Padi, Varietas Inpari 13, Pupuk, Jajar Legowo

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

I. MATERI DAN METODE. OT1 = Tanpa Olah Tanah OT2 =Olah Tanah Maksimum Faktor kedua :Mulsa (M)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

BAB III METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

BAHAN DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Kelurahan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

III. MATERI DAN METODE

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Efektivitas Aplikasi Beauveria bassiana sebagai Upaya

III. BAHAN DAN MATODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

Transkripsi:

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lahan persawahan di UPT Balai Benih Induk Padi Murni Tanjung Morawa Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian + 20 meter di atas permukaan laut, mulai bulan November 2016 sampai dengan Maret 2017. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit padi varietas (Mekongga, Situ Bagendit, Inpari 32, Inpari 30) sebagai bahan tanam, pupuk NPK, SS, Urea sebagai bahan penambah unsur hara pada tanah, pestisida sebagai bahan pengendali hama, aquades untuk perlakuan perendaman benih. Alat yang digunakan dalam penelitian ini traktor digunakan untuk mengolah tanah dan membersihkan lahan penelitian, tali plastik digunakan sebagai pembatas setiap plot percobaan, meteran untuk mengukur luas lahan yang digunakan dalam penelitian, timbangan analitik untuk menimbang bahan pendukung penelitian, spidol/pensil sebagai alat tulis, kamera sebagai alat dokumentasi, dan sejumlah alat-alat yang digunakan dalam membantu proses penelitian. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu : Faktor I : Sistem Tanam Jajar Legowo yang terdiri atas 3 taraf, yaitu : L 0 = Kontrol (10 x 25 cm) L1 = 2:1 (10 x 25 cm)

L 2 = 4:1 (10 x 25 cm) Faktor II : Varietas Padi yang terdiri atas 4 jenis, yaitu : V 1 V V V 2 3 4 = Varietas Mekongga = Varietas Situ Bagendit = Varietas Inpari 32 = Varietas Inpari 30 Jumlah ulangan (Blok) Jumlah plot : 3 ulangan : 36 plot Jumlah tanaman/plot L 0 L L 1 2 : 20 tanaman : 20 tanaman : 44 tanaman Jumlah sampel/plot Jumlah sampel seluruhnya Jumlah tanaman seluruhnya Ukuran plot : 5 tanaman : 180 tanaman : 1.008 tanaman : 40 cm x 75 cm 70 cm x 75 cm 110 cm x 75 cm Jarak antar plot Jarak antar blok : 50 cm : 50 cm Model Linear Adatif dari Rancangan di atas adalah: Y ij = μ + ρ i + α j + β k + (αβ) jk + ε i= 1,2,3 j= 1,2,3 k= 1,2,3,4 ijk

Keterangan: Y ijk : Nilai pengamatan pengaruh blok ke-i, sistem tanam legowo ke-j dan varietas padi sawah ke-k μ ρ i : Nilai tengah : Pengaruh blok ke-i α j : Pengaruh sistem tanam legowo ke-j β k (αβ) jk : Pengaruh varietas padi sawah ke-k : Pengaruh interaksi sistem tanam legowo pada taraf ke-j dan varietas padi sawah ke-k ε ijk : Pengaruh galat pada blok ke-i, sistem tanam legowo pada taraf ke-j dan varietas padi sawah pada taraf ke-k Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%

PELAKSANAAN PENELITIAN Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan menggunakan alat hand traktor dengan kedalaman 20 cm, untuk mengubah tekstur tanah sampai berlumpur dengan alat bajak dan garu. Saluran air masuk dan air keluar diatur sedemikian rupa sehingga sistem pengairan berjalan baik dan lancar. Saat penggaruan tanah usahakan kondisi lahan dalam keadaan tergenang agar memudahkan pembentukan tanah yang berlumpur dan permukaan tanah yang merata. Pembibitan Benih direndam dengan air, tiriskan, benih padi yang mengambang dibuang. Selanjutnya diperam di dalam goni selama 1 malam hingga benih berkecambah serentak. Lahan untuk tempat pembibitan terlebih dahulu diolah dengan cara mencangkul hingga tanah menjadi lumpur halus dan tidak terdapat lagi bongkahan batu. Kemudian dibuat petak pembibitan dengan ukuran 1,6 m x 0,4 m (± 10% dari total luas lahan yang akan ditanam). Benih yang sudah diperam kemudian disebar merata pada tempat pembibitan yang telah dipersiapkan dengan keadaan merata dan tidak terlalu rapat. Penanaman Penanaman dilakukan ketika umur benih 2 minggu setelah semai untuk cara tanam tegel dan legowo. Pencabutan bibit dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak merusak akar. Bibit yang dicabut dengan persemaian langsung ditanam ke lubang tanam dengan jumlah bibit yang ditanam sebanyak 1 tanaman per lubang pertanaman. Tujuan pemindahan bibit dengan umur yang muda agar bibit yang akan cepat kembali pulih dan beradaptasi, akar lebih kuat dan dalam,

tanaman akan menghasilkan., anakan yang lebih banyak, anakan yang lebih banyak akan lebih tahan rebah dan tanaman akan lebih tahan kekeringan. Pemeliharaan Tanaman Pemberian air irigasi Penggenangan air dilakukan setelah kodisi lahan sudah tampak mengering saat tanaman berumur 3 HST dan hari berikutnya tidak diari kembali sampai lahan kembali menjadi kering. Penggenangan ini juga dilakukan pada fase anakan maksimal, pada fase pembentukan dan pengisian malai dengan kedalaman air 10 cm dan dilakukan 10 hari sebelum panen. Penyulaman Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan pada tanaman padi yang tidak tumbuh normal atau mati. Penyiangan Penyiangan dilakukan setiap minggu secara manual yaitu mencabut gulma dengan tangan, ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perebutan unsur hara dari dalam tanah. Penyiangan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Pemupukan Pemberian pupuk dilakukan sebanyak 2 kali yakni pemupukan awal diberikan pada umur padi 14 HST yaitu urea (40 cm x 75 cm = 9 g, 70 cm x 75 cm = 15,75 g, 110 cm x 75 cm = 24,75 g) ; NPK ( 40 cm x 75 cm = 6 g, 70 cm x 75 cm = 10,5 g, 110 cm x 75 cm = 16,5 g) ; SS ( 40 cm x 75 cm = 2,25 g ; 70 cm x 75 cm = 3,93 g ; 110 cm x 75 cm = 6,18 g) ; Furadan = 1 kg. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 27 HST dengan pupuk dan dosis yang sama tanpa menggunakan furadan.

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan insektisida dan fungisida. Insektisida yang digunakan adalah Bestox 50 EC dan Hamasid 25 EC sebanyak 250 ml untuk tanaman padi. Fungisida yang digunakan yaitu Victory Mix 8/64 WP sebanyak 400 g dan Fitokarb 50 WP sebanyak 250 g. Penyemprotan insektisida dan fungisida dilakukan 10 hari sekali atau melihat gejala yang timbul akibat serangan hama dan penyakit dilapangan. Panen Pemanenan dilakukan pada saat 85% bulir telah menguning atau setelah tanaman berumur 116-125 hari (33-36 hari setelah berbunga) bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau. Peubah Amatan Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan tinggi tanaman diukur mulai tanaman berumur 2 MST dan diambil sampai akhir masa vegetatif, dengan interval waktu 1 minggu. Tanaman diukur mulai pangkal batang (permukaan tanah) hingga ujung daun tertinggi setelah diluruskan, diukur dengan menggunakan meteran. Pada setiap pengambilan tinggi tanaman diberi tanda pada pacak sampel. Jumlah anakan per rumpun (anakan) Jumlah anakan dihitung dengan menghitung jumlah seluruh batang tanaman sampel. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST sampai akhir masa vegetatif dengan interval waktu 1 minggu.

Jumlah malai per rumpun (tangkai) Jumlah malai per rumpun dapat dihitung pada saat tanaman mengeluarkan malai secara keseluruhan pada anakan. Penghitungan malai dilakukan pada saat malai telah keluar penuh pada saat pemanenan. Jumlah gabah bernas per plot (bulir) Jumlah biji bernas per plot dihitung pada saat panen dengan cara menghitung jumlah biji bernas tiap malai dalam satu rumpun setiap tanaman sampel. Persentase gabah hampa per rumpun (%) Dihitung persentase gabah hampa per rumpun dengan rumus : % gabah hampa per rumpun = Jumlah gabah hampa per rumpun Bobot per 1000 gabah kering (g) Jumlah gabah total per rumpun x 100% Bobot per 1000 gabah kering dihitung dengan cara menimbang 1000 gabah bernas yang dikeringkan selama satu hari dari setiap rumpun tanaman sampel. Bobot gabah bruto kering per sampel (g) Bobot gabah bruto kering dihitung dengan cara menimbang hasil gabah bernas yang dikeringkan selama satu hari dari setiap rumpun tanaman sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tinggi tanaman Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam pada umur 7 MST dan 8 MST berpengaruh nyata tetapi tidak berpengaruh nyata pada umur 2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST dan 6 MST. Pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata pada semua umur pengamatan (MST). Pada tabel 1 dari uji hasil uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap tinggi tanaman (cm) umur 7 MST dan 8 MST. Pada 7 MST dapat dilihat bahwa perlakuan L 2 (4:1) berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 1 (2:1) sedangkan pada umur 8 MST, L 2 (4:1) berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 1 (2:1). Tabel 1 menunjukkan tinggi tanaman (cm) padi tertinggi diperoleh pada sistem tanam legowo 4:1 (L2) pada umur 7 MST (88,9 cm) & 8 MST (92,95 cm) sedangkan terendah pada sistem tanam kontrol (L 0 ) pada umur 7 MST (75,37 cm) & 8 MST (77,92 cm). Tinggi tanaman padi umur 2-8 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman padi (cm) umur 2-8 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas Umur Sistem Varietas Rataan (MST) Tanam V1 V2 V3 V4 --------------------------------cm-------------------------------- 2 L 0 (Kontrol) 19,33 19,39 18,67 19,89 19,32 L 1 (2:1) 18,06 19,80 20,33 19,74 19,48 L 2 (4:1) 17,13 20,87 22,83 20,29 20,28 Rataan 18,18 20,02 20,61 19,97 3 L 0 (Kontrol) 44,18 48,41 48,61 47,21 47,10 L 1 (2:1) 48,74 48,53 43,53 49,41 47,55 L 2 (4:1) 50,30 47,43 43,17 52,33 48,31 Rataan 47,74 48,12 45,10 49,65 4 L 0 (Kontrol) 56,07 64,35 60,91 60,51 60,46 L 1 (2:1) 63,66 60,69 55,17 63,51 60,76 L 2 (4:1) 64,56 61,27 57,13 65,79 62,19 Rataan 61,43 62,10 57,74 63,27 5 L 0 (Kontrol) 64,40 60,00 63,13 63,67 62,80 L 1 (2:1) 61,30 66,53 62,87 62,93 63,41 L 2 (4:1) 63,07 64,47 63,13 68,13 64,70 Rataan 62,92 63,67 63,04 64,91 6 L 0 (Kontrol) 68,40 70,33 70,00 71,47 70,05 L 1 (2:1) 77,40 79,33 75,87 72,80 76,35 L 2 (4:1) 72,93 77,40 77,07 83,13 77,63 Rataan 72,91 75,69 74,31 75,80 7 L 0 (Kontrol) 71,20 76,00 74,33 79,93 75,37b L 1 (2:1) 89,73 88,20 83,33 80,33 85,4ab L 2 (4:1) 83,27 90,00 86,87 95,47 88,9a Rataan 81,40 84,73 81,51 85,24 8 L 0 (Kontrol) 74,13 79,20 77,47 80,87 77,92b L 1 (2:1) 92,93 90,13 87,47 84,00 88,63a L 2 (4:1) 87,80 93,20 88,73 102,07 92,95a Rataan 84,96 87,51 84,56 88,98 Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) berdasarkan uji jarak Duncan. Jumlah anakan Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam pada umur 6 MST, 7 MST dan 8 MST berpengaruh nyata tetapi tidak berpengaruh nyata pada umur 2 MST, 3 MST, 4 MST dan 5 MST. Pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata pada semua umur pengamatan (MST).

Jumlah anakan padi umur 2-8 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah anakan padi (anakan) umur 2-8 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas Umur Varietas (MST) Sistem Rataan V1 V2 V3 V4 Tanam ----------------------------anakan----------------------------- 2 L 0 (Kontrol) 4,40 4,20 8,07 5,87 5,63 L 1 (2:1) 4,20 5,13 6,07 4,27 4,92 L 2 (4:1) 5,27 5,87 7,20 6,33 6,17 Rataan 4,62 5,07 7,11 5,49 3 L 0 (Kontrol) 12,60 13,13 15,87 14,40 14,00 L 1 (2:1) 16,93 14,93 13,67 14,20 14,93 L 2 (4:1) 13,47 14,20 15,07 15,80 14,63 Rataan 14,33 14,09 14,87 14,80 4 L 0 (Kontrol) 15,00 16,00 19,53 18,27 17,20 L 1 (2:1) 19,80 21,47 16,80 19,27 19,33 L 2 (4:1) 16,67 17,87 20,67 18,40 18,40 Rataan 17,16 18,44 19,00 18,64 5 L 0 (Kontrol) 16,13 16,47 20,07 18,73 17,85 L 1 (2:1) 20,53 21,80 17,13 19,73 19,80 L 2 (4:1) 17,00 18,33 21,07 19,07 18,87 Rataan 17,89 18,87 19,42 19,18 6 L 0 (Kontrol) 18,80 17,73 21,53 22,33 20,10b L 1 (2:1) 22,67 28,33 21,67 23,67 24,08a L 2 (4:1) 19,67 21,93 24,87 22,00 22,12ab Rataan 20,38 22,67 22,69 22,67 7 L 0 (Kontrol) 17,47 18,40 21,53 20,07 19,37b L 1 (2:1) 27,20 24,87 23,13 22,53 24,43a L 2 (4:1) 20,07 23,53 24,07 25,47 23,28a Rataan 21,58 22,27 22,91 22,69 8 L 0 (Kontrol) 17,47 18,40 21,53 20,07 19,37b L 1 (2:1) 27,20 24,87 23,13 22,53 24,43a L 2 (4:1) 20,07 23,53 24,07 25,47 23,28a Rataan 21,58 22,27 22,91 22,69 Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) berdasarkan uji jarak Duncan. Pada tabel 2 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap jumlah anakan (anakan) umur 6 MST, 7 MST dan 8 MST. Pada umur 6 MST dapat dilihat bahwa perlakuan L 1

(2:1) berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 2 (4:1) sedangkan pada umur 7 MST dapat dilihat bahwa pada perlakuan L 1 (2:1) berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 2 (4:1) dan pada umur 8 MST dapat dilihat bahwa L 1 (2:1) berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 2 (4:1). Tabel 2 menunjukkan anakan padi (anakan) terbanyak diperoleh pada sistem tanam legowo 2:1 (L1) pada umur 6 MST (24 anakan), 7 MST (24 anakan) & 8 MST (24 anakan) sedangkan terendah pada sistem tanam kontrol (L 0 ) pada umur 6 MST (20 anakan), 7 MST (19 anakan) dan 8 MST (19 anakan). Jumlah malai per rumpun Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam pada umur 17 MST berpengaruh nyata sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Pada tabel 3 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap jumlah malai per rumpun (tangkai) umur 17 MST. Pada umur 17 MST dapat dilihat bahwa perlakuan L 1 (2:1) berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 2 (4:1). Tabel 3. Jumlah malai per rumpun padi umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas Sistem Varietas Rataan Tanam V1 V2 V3 V4 -------------------------------------tangkai----------------------------------- L 0 (Kontrol) 5,33 5,00 5,00 5,00 5,08b L 1 (2:1) 8,00 7,00 6,67 6,33 7,00a L 2 (4:1) 6,33 6,67 6,67 7,67 6,83a Rataan 6,56 6,22 6,11 6,33

Tabel 3 menunjukkan jumlah malai per rumpun (tangkai) terbanyak diperoleh pada sistem tanam jajar legowo 2:1 (L 1 ) sebanyak 7 tangkai malai sedangkan terendah pada sistem tanam kontrol (L 0 ) sebanyak 5 tangkai malai. Jumlah gabah bernas per plot Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam pada umur 17 MST berpengaruh nyata sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Pada tabel 4 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap jumlah gabah bernas per plot (bulir) umur 17 MST. Pada umur 17 MST dapat dilihat bahwa pada perlakuan L 2 (4:1) berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 1 (2:1). Jumlah gabah bernas per plot umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah gabah bernas per plot umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas Sistem Varietas Rataan Tanam V1 V2 V3 V4 ---------------------------------------bulir------------------------------------ L 0 (Kontrol) 114,20 110,53 106,53 118,67 112,48b L 1 (2:1) 138,20 127,47 130,13 119,33 128,78a L 2 (4:1) 119,60 135,87 126,33 145,47 131,82a Rataan 124,00 124,62 121,00 127,82 Tabel 4 menunjukkan jumlah gabah bernas per plot (bulir) terbanyak diperoleh pada sistem tanam jajar legowo 4:1 (L 2 ) sebanyak 132 bulir sedangkan terendah pada sistem tanam kontrol (L 0 ) sebanyak 112 bulir.

Persentase gabah hampa per sampel Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pada perlakuan sistem tanam, varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Pada tabel 5 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam, varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap persentase gabah bernas per plot (%). Persentase gabah hampa per sampel umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Persentase gabah hampa per sampel umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas Sistem Varietas Rataan Tanam V1 V2 V3 V4 ---------------------------------%--------------------------------------------- L 0 (Kontrol) 0,08 0,10 0,11 0,11 0,10 L 1 (2:1) 0,10 0,11 0,13 0,07 0,10 L 2 (4:1) 0,10 0,12 0,16 0,12 0,13 Rataan 0,09 0,11 0,13 0,10 Bobot per 1000 gabah kering Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pada perlakuan sistem tanam, varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas berpengaruh nyata. Pada tabel 6 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam, varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap bobot per 1000 gabah kering (g). Bobot per 1000 gabah kering umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot per 1000 gabah kering umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas Sistem Varietas Rataan Tanam V1 V2 V3 V4 ----------------------------------------g--------------------------------------- L 0 (Kontrol) 16,72 15,42 15,24 16,22 15,90 L 1 (2:1) 18,07 17,53 18,24 15,39 17,31 L 2 (4:1) 16,08 18,63 18,45 19,38 18,14 Rataan 16,96 17,19 17,31 17,00 Bobot gabah bruto kering per sampel Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam pada umur 17 MST berpengaruh nyata sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Pada tabel 7 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap bobot gabah bruto kering per sampel (g) umur 17 MST. Pada umur 17 MST dapat dilihat bahwa pada perlakuan L 2 (4:1) berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 1 (2:1). Bobot gabah bruto kering per sampel umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Bobot gabah bruto kering per sampel umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas Sistem Varietas Tanam V1 V2 V3 V4 Rataan ---------------------------------------g---------------------------------------- L 0 (Kontrol) 114,00 120,67 140,00 123,00 124,42b L 1 (2:1) 177,33 161,33 153,33 176,00 167,00a L 2 (4:1) 206,47 198,00 213,73 230,00 212,05a Rataan 165,93 160,00 169,02 176,33 Tabel 7 menunjukkan bobot gabah bruto kering per sampel (g) terbanyak diperoleh pada sistem tanam jajar legowo 4:1 (L 2 ) sebanyak 212,05 g sedangkan terendah pada sistem tanam kontrol (L 0 ) sebanyak 124,42 g.

Pembahasan Dari penelitian diperoleh bahwa sistem tanam nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai per sampel, jumlah gabah bernas per plot, bobot gabah netto kering per sampel, bobot gabah netto kering per plot Hal ini dikarenakan sistem tanam yang digunakan berpengaruh terhadap kualitas padi dikarenakan seluruh barisan padi berada di pinggir maka penyinaran akan optimal, mudah dalam pemeliharaan tanaman padi. Sedangkan pada sistem tanam legowo berpengaruh untuk menghasilkan produktifitas gabah yang sejalan dengan pertumbuhan tinggi tanaman padi menyebabkan tanaman mempunyai potensi untuk berproduksi lebih tinggi dan sistem tanam legowo memudahkan dalam pengaturan air, menghemat penggunaan pupuk. Meskipun penyerapan hara oleh tanaman lebih banyak, tetapi karena tanaman lebih kokoh sehingga mampu meminimalkan resiko kerebahan. Hal ini sesuai dengan literatur itu Departemen Pertanian (2014) yang menyatakan sistem tanam legowo memanipulasi lokasi tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman pinggir) lebih banyak. Seperti yang diketahui tanaman padi yang berada dipinggir akan menghasilkan produksi lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik hal ini disebabkan karena tanaman tepi akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak. Dari penelitian diperoleh bahwa perlakuan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah bernas per plot, persentase gabah hampa per rumpun, bobot per 1000 gabah kering, bobot gabah netto kering per sampel, bobot gabah netto kering per plot. Padi yang mudah terserang hama dan penyakit

tanaman (HPT) salah satunya hama wereng batang coklat dengan menimbulkan gejala daun terpuntir, batang tanaman berwarna kuning, gabah hampa, anakan bercabang banyak dan kerdil. Hal ini didukung dengan iklim dan tanah yang mendukung untuk pertumbuhan hama wereng batang coklat. Hal ini sesuai dengan literatur Balai Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian (2009) yang menyatakan penggerek batang yang rentan kerusakan dari pembibitan sampai pembentukan malai dan gejala kerusakan yang ditimbulkannya mengakibatkan anakan coati yang disebut sundep pada tanaman stadia vegetatif, beluk (malai hampa) pada tanaman stadia generatif, penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campesti-is pv oryzae dengan gejala penyakit berupa bercak berwarna kuning sampai putih berawal dari terbentuknya garis lebam berair pada bagian tepi daun Dari penelitian yang telah dilaksanakan, perlakuan interaksi sistem tanam legowo dan varietas padi sawah tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah bernas per plot, persentase gabah hampa per rumpun, bobot per 1000 gabah kering, bobot gabah netto kering per sampel, bobot gabah netto kering per plot. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abbas (2015) yang menyatakan bahwa dengan kata lain, pengaruh sistem tanam konsisten pada semua varietas yang dicobakan. Demikian pula sebaliknya, pengaruh varietas juga konsisten pada semua sistem tanam yang dicobakan. Dari penelitian yang telah dilaksanakan, Pada tabel 1 dari uji hasil uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap tinggi tanaman (cm) umur 7 MST dan 8 MST tetapi tidak

berpengaruh nyata pada umur 2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST dan 6 MST. Pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata pada semua umur pengamatan (MST). Hal ini sesuai dengan literatur Saeroji (2013) menyatakan bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo akan memberikan hasil maksimal dengan memperhatikan arah barisan tanaman dan arah datangnya sinar matahari. Lajur barisan tanaman dibuat menghadap ke arah matahari terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar matahari yang optimum. Dari penelitian yang telah dilaksanakan, pada tabel 2 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap jumlah anakan (anakan) umur 6 MST, 7 MST dan 8 MST tetapi tidak berpengaruh nyata pada umur 2 MST, 3 MST, 4 MST dan 5 MST. Pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata pada semua umur pengamatan (MST). Hal ini diduga karena jarak tanam menunjukkan perbedaan, jika jarak tanam yang dipakai semakin rapat, maka akan menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan literatur Husna (2010) yang menyatakan bahwa jumlah anakan akan maksimal apabila tanaman memiliki sifat genetik yang baik ditambah dengan keadaan lingkungan yang menguntungkan atau sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, jumlah anakan maksimum juga ditentukan oleh jarak tanam, sebab jarak tanam menentukan radiasi matahari, hara mineral serta budidaya tanaman itu sendiri. Jarak tanam yang lebar persaingan sinar matahari dan unsur hara sangat sedikit dibanding dengan jarak tanam yang rapat. Dengan kerapatan yang tinggi

akan terjadi persaingan terhadap penyerapan nutrisi dan cahaya matahari sehingga daun-daun tidak mengembang tetapi ruas-ruas batang beberapa kali lebih panjang. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam pada umur 17 MST berpengaruh nyata sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Pada tabel 3 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap jumlah malai per rumpun (tangkai) umur 17 MST. Pada umur 17 MST dapat dilihat bahwa perlakuan L 1 (2:1) berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 2 (4:1). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aribawa (2012) yang menyatakan bahwa sistem tanam legowo 2:1 akan menjadikan semua rumpun tanaman berada pada bagian pinggir, dengan kata lain seolah-olah semua rumpun tanaman berada di pinggir galengan sehingga semua tanaman mendapat efek samping dimana tanaman yang mendapat efek samping panjang malainya lebih panjang dari tanaman yang tidak mendapat efek samping. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sistem tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah anakan produktif. Hal ini terlihat dari masing-masing perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata. Anakan produktif yang dihasilkan merupakan gambaran dari jumlah anakan maksimum yang dihasilkan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan literatur Kuswara dan Alik (2003) yang menyatakan bahwa jumlah anakan maksimum akan berpengaruh terhadap jumlah anakan produktif yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil produksi. Anakan produktif merupakan anakan yang berkembang lebih lanjut dan menghasilkan malai. Pada tanaman padi potensi

pembentukan anakan produktif terlihat dari jumlah anakan, tetapi tidak selamanya demikian karena pembentukan anakan dipengaruhi oleh lingkungannya. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pada tabel 4 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap jumlah gabah bernas per plot (bulir) umur 17 MST sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan pada masa awal penanaman sampai fase pertumbuhan banyak tanaman yang hidup sehingga kompetisi antar tanaman baik dalam unsur hara maupun kondisi suhu lapangan yang sangat tinggi sehingga menyebabkan proses fotosintesis meningkat. yang menyebabkan pembagian hasil fotosintesis untuk pengisian bulirmalai menjadi lebih efisien. Hal ini sesuai dengan literatur Husna (2010) yang menyatakan bahwa perlakuan sistem tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase biji berisi, karena pada proses fase generatif tanaman pengisian biji tidak mengalami hambatan. Hal ini disebabkan karena hama penyakit yang mengganggu tanaman sedikit, pengaruh pemeliharaan yang intensif. Selain itu penanaman dilakukan pada musim tanam besar. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pada tabel 7 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap bobot gabah bruto kering per sampel (g) umur 17 MST sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan pada masa awal penanaman sampai fase pertumbuhan banyak tanaman yang hidup sehingga kompetisi antar tanaman baik dalam unsur hara maupun cahaya tidak terlalu tinggi yang menyebabkan

pembagian hasil fotosintesis untuk pengisian bulir malai menjadi lebih efisien. Hal ini sesuai dengan literatur Diraatmaja (2002) yang menyatakan bahwa dengan prinsip dasar menjadikan semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir dan diantara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan menyebabkan sinar matahari lebih banyak masuk ke petakan sawah dan membuka peluang terjadinya pengaruh samping (border effect) yang sama besar untuk setiap tanaman, sehingga tanaman tumbuh lebih baik, bulir yang dihasilkan lebih berisi (bernas) yang pada akhirnya hasilnya pun lebih tinggi. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pada tabel 8 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap bobot gabah bruto kering per plot (g) umur 17 MST sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Hal ini sesuai dengan literatur Saeroji (2013) yang menyatakan bahwa lajur barisan tanaman dibuat menghadap ke arah matahari terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar matahari yang optimum, dengan demikian tidak ada barisan tanaman terutama tanaman pinggir yang terhalangi oleh tanaman lain dalam mendapatkan sinar matahari untuk dapat melakukan proses fotosintesis. Berdasarkan perlakuan sistem tanam legowo, varietas padi sawah dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata pada parameter persentase gabah hampa per rumpun dan bobot per 1000 gabah kering. Hal ini dikarenakan pada gabah hampa yang sudah terserang hama penggerek batang dengan memutihnya gabah hampa dan batangnya sudah kering. Sedangkan pada parameter bobot per

1000 gabah kering, gabah kering tersebut tidak mencapai 1000 gabah kering. Hal ini dikarenakan kondisi iklim yang mendukung untuk berkembangbiaknya hama penggerek batang, didukung dengan jarak tanam pada barisan pinggir yang kurang lebar dan seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar matahari yang optimum. Hal ini sesuai dengan literatur Saeroji (2013) yang menyatakan bahwa lajur barisan tanaman dibuat menghadap ke arah matahari terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar matahari yang optimum, dengan demikian tidak ada barisan tanaman terutama tanaman pinggir yang terhalangi oleh tanaman lain dalam mendapatkan sinar matahari untuk dapat melakukan proses fotosintesis.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Perlakuan sistem tanam nyata meningkatkan produktivitas padi sawah dimana pada sistem tanam jajar legowo 4:1 (L2) lebih tinggi dibandingkan sistem tanam jajar legowo 2:1 (L 1 ) dan sistem tanam kontrol (L 0 ). 2. Pada perlakuan varietas berpengaruh tidak nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi sawah. 3. Interaksi sistem tanam dan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah. Saran Untuk mendapatkan produksi padi sawah (Oryza sativa L.) yang optimal dianjurkan mengenali varietas yang akan digunakan dan sistem tanam.