Jurnal Teknologi Vol. 7, No. 1, April 2017, Hal E- ISSN : ISSN : Copyright 2017 by LPPM UPI YPTK Padang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasar AASHTO 2001 dalam Khisty and Kent, persimpangan jalan dapat didefinisikan sebagai daerah umum di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persimpangan Sistem jaringan jalan terdiri dari 2 (dua) komponen utama yaitu ruas (link) dan persimpangan (node).

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM 14 tahun 2006,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan adalah simpul jalan raya yang terbentuk dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan satu dengan kendaraan lainnya ataupun dengan pejalan kaki.

PENDAHULUAN. Traffic light merupakan sebuah teknologi yang mana kegunaannya adalah untuk mengatasi antrian dan dapat mempelancar arus lalu lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

OPTIMASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL BERHIMPIT (STUDI KASUS SIMPANG DR. RAJIMAN LAWEYAN, SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu menuju daerah lainnya. Dalam ketentuan yang diberlakukan dalam UU 22 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Konversi Satuan Mobil Penumpang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Transportasi merupakan bagian terpenting dari kehidupan sehari-hari, namun masih mengalami berbagai

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Rekayasa Lalu Lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

M.Nurhadi,MM,MT PERSIMPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan pesat teknologi yang terjadi saat ini telah. memberi banyak kenyamanan dan kemudahan bagi kehidupan.

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaatnya (

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang ada. Hal tersebut merupakan persoalan utama di banyak kota.

Gambar 2.1 Rambu yield

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan dengan pejalan kaki (Abubakar I, 1995).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

PERILAKU PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI JALAN LAKSDA ADISUCIPTO, YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Persimpangan. Persimpangan adalah simpul jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan

DAFTAR ISI. Judul. Pengesahan. Persetujuan. Motto dan Persembahan ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Bangak di Kabupaten Boyolali)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abubakar, I. dkk, (1995), yang dimaksud pertemuan jalan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENGENDALIAN LALU LINTAS PADA PERTEMUAN JALAN SEBIDANG. Ir. JONI HARIYANTO. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

KAJIAN KEBUTUHAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG 6 KUTABLANG LHOKSEUMAWE

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 SIMPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PENERAPAN ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PADANG ABSTRAK

PENGENALAN RAMBU-RAMBU DAN MARKA LALU LINTAS BAGI SISWA SMK DALAM RANGKA MEMBENTUK PERILAKU TERTIB BERLALU LINTAS

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

BAB II TINJAU PUSTAKA. jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

PERENCANAAN PERSIMPANGAN TIDAK SEBIDANG PADA JALAN RAYA. Ir. JONI HARIANTO. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

Swastian Raharjo 1 ),Syafaruddin 2 ),Sumiyattinah 2 )

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dampak Pertumbuhan Pariwisata terhadap Lalu Lintas

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODA PENELITIAN. pengamatan langsung dilapangan dengan maksud untuk mengetahui :

Kajian Kinerja Persimpangan Jalan Harapan Jalan Sam Ratulangi Menurut MKJI 1997

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

EVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bergerak bersamaan. Persimpangan pun menjadi salah satu bagian yang harus diperhatikan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN,

Transkripsi:

JENIS PELANGGARAN DAN MANUVER LALU LINTAS YANG MEMBAHAYAKAN KESELAMATAN PADA PERSIMPANGAN KOTA PADANG (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal M.Hatta Bypass) Jihan Melasari Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Email : jihanmelasari@gmail.com Abstrak Saat ini laju pertumbuhan kendaraan setiap tahunnya terus meningkat dengan sangat tinggi dan cepat. Diyakini bahwa semakin banyak kendaraan akan semakin tinggi potensi terjadinya kecelakaan. Faktor penyebab terjadinya kecelakaan antara lain faktor pengendara, kendaraan, jalan, lingkungan dan penyebab terbesar adalah karena kesalahan dan kecerobohan yang dilakukan oleh pengendara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pelanggaran dan manuver lalu lintas yang membahayakan keselamatan pengendara, serta untuk menghitung jumlah dan persentase kendaraan yang melakukan pelanggaran pada persimpangan. Observasi difokuskan pada kesalahan atau pelanggaran dan manuver lalu lintas kendaraan yang membahayakan yang dilakukan oleh angkot dan sepeda motor. Observasi dilakukan pada simpang empat bersinyal bypass ketaping, waktu observasi dilakukan pada empat range waktu yang berbeda yaitu jam 06.30-09.00 WIB, 10.00-12.00 WIB, 13.00-15.00 WIB, 16.00-18.00 WIB. Dari observasi diperoleh hasil bahwa, ada empat jenis pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara sepeda motor dan angkot, yaitu menerobos lampu merah, berhenti pada mulut persimpangan, tidak memberi isyarat lampu petunjuk pada saat berbelok atau berbalik arah, dan berhenti ditempat larangan. Kemudian bentuk manuver yang membahayakan keselamatan pengendara yaitu menggabung (Merging) dan memotong (Crossing). Persentase jumlah sepeda motor dari total volume sepeda motor yang melanggar pada range waktu 06.30-09.00 WIB adalah 33.16%, jam 10.00-12.00 WIB adalah 26,27 %, jam 13.00-15.00 WIB adalah 20.5 %, jam 16.00-18.00 WIB adalah 22.27 %. Persentase angkot yang melanggar sejumlah 70.2 %, 65 %, 64.3 %, 68 % berurutan sesuai range waktu diatas. Dari data tersebut sangat banyak kendaraan sepeda motor yang melanggar apalagi kendaraan angkot. Persentase jumlah pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara sepeda motor dan angkot relatif sangat tinggi, hal ini menunjukkan kurang nya kedisiplinan dan kesadaran para pengendara untuk mematuhi peraturan dalam berlalu lintas. Didapatkan juga bahwa kondisi jumlah rambu-rambu yang kurang serta marka yang tidak jelas terdapat pada persimpangan tersebut. Kata kunci: Pelanggaran lalu lintas, manuver, persimpangan, sepeda motor, angkot 1. PENDAHULUAN Semakin banyak kendaraan akan semakin tinggi potensi terjadinya kecelakaan. Faktor terjadinya kecelakaan antara lain faktor pengendara, kendaraan, jalan, lingkungan dan penyebab terbesar adalah karena kesalahan dan kecerobohan yang dilakukan oleh pengendara, maka dengan disiplin berlalu lintas diharapkan arus lalu lintas kendaraan berjalan dengan lancar. Dalam berlalu lintas terdapat peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah baik peraturan pada jalan berbalik arah, pada bundaran serta jalan persimpangan. Semua peraturan tersebut bertujuan agar pengendara dapat dengan lancar dalam berkendara serta untuk mengurangi terjadinya kecelakaan. Banyaknya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pengendara menyebabkan meningkatnya jumlah kecelakaan. Dari data yang diperoleh kecelakaan lalu lintas di Sumatera Barat tahun 2011 dibanding tahun 2010 terjadi peningkatan. Secara keseluruhan, kecelakaan tahun 2011 sebanyak 2.505 kasus, dengan korban 765 orang meninggal, 1.148 luka berat dan 2.141 luka ringan. Sedangkan tahun 2010 kecelakaan lalu lintas hanya 2.329 kasus dengan korban, 736 meninggal, 1.254 luka berat dan 2.215 luka ringan (Harian umum singgalang). 101

2. TINJAUAN LITERATUR 2.1. Peraturan Lalu Lintas Demi terwujudnya keamanan, keselamatan dan kelancaran dalam berlalu lintas maka pemerintah membuat aturan- aturan yang harus di patuhi oleh pengendara yang dijelaskan dalam Undang-undang No.22 Tahun 2009 tentang peraturan lalu lintas. 2.2. Pengendalian Persimpangan Persimpangan jalan adalah suatu daerah umum dimana dua atau lebih ruas jalan (link) saling bertemu/berpotongan yang mencakup fasilitas jalur jalan (roadway) dan tepi jalan (road side), dimana lalu lintas dapat bergerak didalamnya. Persimpangan ini adalah merupakan bagian yang terpenting dari jalan raya sebab sebagian besar dari efisiensi, kapasitas lalu lintas, kecepatan, biaya operasi, waktu perjalanan, keamanan dan kenyamanan akan tergantung pada perencanaan persimpangan tersebut. Setiap persimpangan mencakup pergerakan lalu lintas menerus dan lalu lintas yang saling memotong pada satu atau lebih dari kaki persimpangan dan mencakup juga pergerakan perputaran. Pergerakan lalu lintas ini dikendalikan berbagai cara, tergantung pada jenis persimpangannya. Lalu lintas di persimpangan di kendalikan oleh : 1. Alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL). 2. Rambu lalu lintas. 3. Marka jalan. 4. Petugas polisi lalu lintas. 2.3. Titik Konflik Pada Persimpangan Jalan. Keberadaan persimpangan pada suatu jaringan jalan, ditujukan agar kendaraan bermotor, pejalan kaki (pedestrian), dan kendaraan tidak bermotor dapat bergerak dalam arah yang berbeda dan pada waktu yang bersamaan. Dengan demikian pada persimpangan akan terjadi suatu keadaan yang mejadi karakteristik yang unik dari persimpangan yaitu munculnya konflik yang berulang sebagai akibat dari pergerakan atau (manuver) tersebut. Berbagai macam pola pergerakan pada persimpangan akan menimbulkan titik-titik konflik pada suatu persimpangan. Sebagai contoh pada persimpangan dengan empat lengan pendekat mempunyai 32 titik konflik, yaitu 16 titik crossing, 8 titik merging, 8 titik diverging sebagaimana terlihat pada gambar 1. Gambar 1. Titik konflik pada persimpangan empat lengan pendekat. 102

3. METODOLOGI Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Bagan alir yang menerangkan metodologi penelitian yang dimaksud terlihat pada Gambar 2. Mulai Literatur ( tinjauan Pustaka ) Survai Penentuan Lokasi Penelitian Pengumpulan Data Sekunder -Peraturan berlalu lintas sesuai dengan undang-undang no.22 tahun 2009. Pengumpulan Data Primer - Siklus dan fase APILL - Volume Lalu Lintas - Jenis Pelanggaran Lalu lintas di persimpangan. - Manuver kendaraan di persimpangan (video). Analisis Data Jenis Dan Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas. Pembahasan Kesimpulan dan saran Selesai Gambar 2. Diagram Alur Penelitian 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Tinjauan Kelengkapan Rambu Dan Marka Pada Persimpangan. Analisa kelengkapan rambu dan marka pada simpang empat bypass ketaping berdasarkan arah persimpangan dapat dilihat pada table 1 berikut ini : Tabel 1. Analisa kelengkapan rambu dan marka pada simpang empat bypass ketaping. ARAH ANALISA Dari Kampus Unand Dari Teluk Bayur Dari Pasar Raya Dari Bandara MARKA - - - - RAMBU x x x Keterangan : - = Ada tapi sudah tidak jelas X = Tidak ada 103

= Ada Dari hasil pengamatan dan tinjauan terhadap rambu dan marka yang ada pada persimpangan ini maka dapat dinyatakan bahwa persimpangan ini kekurangan rambu yang seharusnya dapat menjadi pedoman bagi pengendara. Untuk marka dan zebra cross yang sudah tidak jelas mengakibatkan pengendara tidak mengetahui aturan yang benar tentang dimana batas kendaraan berhenti ketika lampu merah, sehingga banyak terjadi pelanggaran dan juga merugikan bagi para pejalan kaki yang kehilangan hak dan tempat untuk melintasi jalan pada persimpangan tersebut. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : Km 61Tahun 1993 seharusnya pada persimpangan memiliki rambu-rambu yang sesuai dengan kebutuhan untuk kelancaran dan keselamatan arus lalu lintas seperti rambu peringatan, rambu larangan dan rambu perintah. Tetapi pada kenyataannya setelah dilakukan observasi pada persimpangan empat bypass ketaping ini sangat kekurangan rambu-rambu lalu lintas sehingga pengendara kendaraan banyak yang melakukan pelanggaran karna kurangnya petunjuk yang jelas untuk ketertiban dalam berkendara. 4.2. Analisis Perbandingan Jumlah Kendaraan Yang Melanggar Dengan Volume Total Kendaraan. Persentase jumlah kendaraan yang melanggar akan didapatkan dengan membandingkan jumlah volume kendaraan yang didapatkan dengan jumlah kendaraan yang melakukan pelanggaran. Untuk mengetahui perbandingan jumlah kendaraan sepeda motor yang melanggar dengan volume total kendaraan dari masing-masing arah datangnya kendaraan tersebut dapat dilihat dari grafik berikut ini. a. Data Sepeda Motor Gambar 2. Grafik perbandingan jumlah kendaraan sepeda motor yang melanggar dengan volume total kendaraan dari arah Kampus Unand. Persentase untuk perbandingan jumlah sepeda motor yang melakukan pelanggaran berdasarkan gambar 2 adalah sebagai berikut 1. Jam 06.30-09.00 WIB = 43 % 2. Jam 10.00-12.00 WIB = 24.7 % 3. Jam 13.00-15.00 WIB = 16.3 % 4. Jam 16.00-18.00 WIB = 12.8 % Gambar 3. Grafik perbandingan jumlah kendaraan sepeda motor yang melanggar dengan volume total kendaraan dari arah Teluk Bayur. Persentase untuk perbandingan jumlah sepeda motor yang melakukan pelanggaran berdasarkan gambar 3 adalah sebagai berikut 1. Jam 06.30-09.00 WIB = 12.5 % 2. Jam 10.00-12.00 WIB = 19.6 % 104

3. Jam 13.00-15.00 WIB = 17 % 4. Jam 16.00-18.00 WIB = 24.2 % Gambar 4. Grafik perbandingan jumlah kendaraan sepeda motor yang melanggar dengan volume total kendaraan dari arah Pasar Raya. Persentase untuk perbandingan jumlah sepeda motor yang melakukan pelanggaran berdasarkan gambar 4 adalah sebagai berikut 1. Jam 06.30-09.00 WIB = 21.2 % 2. Jam 10.00-12.00 WIB = 26.2 % 3. Jam 13.00-15.00 WIB = 28.2 % 4. Jam 16.00-18.00 WIB = 19.3 % Gambar 5. Grafik perbandingan jumlah kendaraan sepeda motor yang melanggar dengan volume total kendaraan dari arah Bandara. Persentase untuk perbandingan jumlah sepeda motor yang melakukan pelanggaran berdasarkan gambar 5 adalah sebagai berikut 1. Jam 06.30-09.00 WIB = 52.3 % 2. Jam 10.00-12.00 WIB = 31.9 % 3. Jam 13.00-15.00 WIB = 19.1 % 4. Jam 16.00-18.00 WIB = 41 % b. Data Angkot Gambar 6. Grafik perbandingan jumlah kendaraan angkot yang melanggar dengan volume total kendaraan dari arah Kampus Unand. Persentase untuk perbandingan jumlah angkot yang melakukan pelanggaran berdasarkan gambar 6 adalah sebagai berikut : 105

1. Jam 06.30-09.00 WIB = 67 % 2. Jam 10.00-12.00 WIB = 78 % 3. Jam 13.00-15.00 WIB = 78.3 % 4. Jam 16.00-18.00 WIB = 73 % Gambar 7. Grafik perbandingan jumlah kendaraan angkot yang melanggar dengan volume total kendaraan dari arah Teluk Bayur. Persentase untuk perbandingan jumlah angkot yang melakukan pelanggaran berdasarkan gambar 7 adalah sebagai berikut : 1. Jam 06.30-09.00 WIB = 63 % 2. Jam 10.00-12.00 WIB = 58 % 3. Jam 13.00-15.00 WIB = 76 % 4. Jam 16.00-18.00 WIB = 63 % Gambar 8. Grafik perbandingan jumlah kendaraan angkot yang melanggar dengan volume total kendaraandari arah Pasar Raya. Persentase untuk perbandingan jumlah angkot yang melakukan pelanggaran berdasarkan gambar 8 adalah sebagai berikut : 1. Jam 06.30-09.00 WIB = 74 % 2. Jam 10.00-12.00 WIB = 63 % 3. Jam 13.00-15.00 WIB = 72 % 4. Jam 16.00-18.00 WIB = 87 % Gambar 9. Grafik perbandingan jumlah kendaraan angkot yang melanggar dengan volume total kendaraan dari arah Bandara. 106

Persentase untuk perbandingan jumlah angkot yang melakukan pelanggaran berdasarkan gambar 9 adalah sebagai berikut : 1. Jam 06.30-09.00 WIB = 72 % 2. Jam 10.00-12.00 WIB = 59 % 3. Jam 13.00-15.00 WIB = 41 % 4. Jam 16.00-18.00 WIB = 48 % 4.3. Persentase Jumlah Volume Kendaraan Dengan Jumlah Kendaraan Yang Melanggar. Dari data hasil survai pada tanggal maka didapatkan persentase jumlah total volume kendaraan dengan jumlah total kendaraan yang melanggar sebagaimana terdapat pada grafik berikut ini. a. Sepeda Motor Gambar 10. Grafik perbandingan Jumlah Total Volume Kendaraan Sepeda Motor Dengan Jumlah Total Kendaraan Sepeda Motor Yang Melanggar. Dari grafik tersebut didapatkan persentase kendaraan sepeda motor yang melanggar sebagai berikut: 1. Jam 06.30-09.00 WIB = 33.16 % 2. Jam 10.00-12.00 WIB = 26.27 % 3. Jam 13.00-15.00 WIB = 20.5 % 4. Jam 16.00-18.00 WIB = 22.27 % jumlah persentase kendaraan sepeda motor yang melakukan pelanggaran berdasarkan masing-masing arah persimpangan dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 11. Jumlah persentase kendaraan sepeda motor yang melakukan pelanggaran. Dari gambar 11 dapat diketahui bahwa jumlah persentase kendaraan sepeda motor yang melanggar dari arah pasar raya = 23,21%, dari arah bandara = 36,38%, dari arah kampus unand = 23,7% dan dari arah teluk bayur = 17,92%. Maka persentase pelanggaran terbesar adalah kendaraan dari arah bandara yaitu 36,38%. 107

b. Angkot Setelah dilakukan penelitian maka dari data yang telah diperoleh didapatkan total persentase kendaraan angkot yang melakukan pelanggaran. Angka persentase kendaraan angkot yang melakukan pelanggaran sangat tinggi. Hampir setiap kendaraan angkot yang datang dari keempat arah pada persimpangan ini melakukan pelanggaran. Sesuai fakta dilapangan pengemudi angkot bertindak dengan berani untuk melanggar bahkan tidak menghiraukan peraturan yang ada misalkan menerobos lampu merah, menaikan dan menurunkan penumpang disembarang tempat dan lain-lain. Total jumlah kendaraan angkot yang melakukan pelanggaran dapat dilihat pada grafik berikut ini. Gambar 12. Grafik perbandingan Jumlah Total Volume Kendaraan Angkot Dengan Jumlah Total Kendaraan Angkot Yang Melanggar. Berdasarkan data pada grafik tersebut maka didapat nilai untuk persentase angkot yang melanggar adalah sebagai berikut: 1. Jam 06.30-09.00 WIB = 70.2 % 2. Jam 10.00-12.00 WIB = 65 % 3. Jam 13.00-15.00 WIB = 64.3 % 4. Jam 16.00-18.00 WIB = 68 % jumlah persentase kendaraan angkot yang melakukan pelanggaran berdasarkan masingmasing arah persimpangan dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 13. Jumlah persentase kendaraan angkot yang melakukan pelanggaran. Dari gambar 13 dapat diketahui bahwa jumlah persentase kendaraan angkot yang melanggar dari arah pasar raya = 74,3%, dari arah bandara = 54,4%, dari arah kampus unand = 74% dan dari arah teluk bayur = 65,4%. Maka persentase pelanggaran terbesar adalah kendaraan dari arah pasar raya yaitu 74,3%. 4.4. Analisis Tinjauan Manuver Kendaraan. Manuver kendaraan akan menimbulkan konflik bagi arus lalu lintas. Serta juga berdampak bagi pejalan kaki dengan arus lalu lintas belok kiri. Dimana arus lalu lintas belok kiri tetap dapat berjalan sesuai aturan sehingga para pejalan kaki terkadang kesulitan untuk memakai jalan ketika 108

arus lalu lintas belok kiri tetap jalan yang biasa disebut dengan konflik sekunder. Jenis maneuver yang terjadi pada simpang empat bypass ketaping ini dapat dilihat pada gambar 14. Gambar 14. Jenis maneuver kendaraan yang terjadi pada simpang empat bersinyal bypass ketaping Dalam manuver lalu lintas juga terlihat konflik antar sesama arus lalu lintas yang saling memotong yang disebut dengan konflik primer. Dapat diamati bahwa ketika arus lalu lintas saling memotong dengan arus lalu lintas yang berlawanan arah maka dapat menimbulkan kecelakaan. Tetapi para pengendara kurang menyadari bahwa manuver lalu lintas diatur sedemikian rupa agar arus lalu lintas dipersimpangan dapat berjalan lancar, aman, dan juga untuk keselamatan dalam berlalu laintas baik itu pada saat kendaraan saling memisah, menggabung, memotong ataupun menyilang. Manuver lalu lintas yang membahayakan keselamatan juga dipengaruhi oleh jumlah volume lalu lintas kendaraan. Sebagai contoh pada kondisi merging atau pada saat kendaraan menggabung dari arah yang berlainan menuju satu arah yang sama, maka pada saat itulah volume kendaraan yang tinggi dapat menimbulkan kecelakaan bagi para pengendara yang menggabung dengan kecepatan yang tinggi. 5. KESIMPULAN a. Dari hasil observasi yang dilakukan dilapangan banyak para pengendara sepeda motor dan pengendara angkot yang melakukan pelanggaran. Terlihat rendahnya tingkat kedisiplinan para pengendara untuk mematuhi peraturan lalu lintas yang ada. b. Diperoleh dari observasi pelanggaran yang dilakukan oleh para pengendara tidak karena kesalahan dari para pengendara saja, akan tetapi karena kurangnya marka dan perambuan yang seharusnya dapat menjadi petunjuk bagi para pengendara agar dapat berkendara sesuai aturan untuk keselamatan dan kelancaran dalam berlalu lintas. c. Para pengendara kendaraan agar meningkatkan kepedulian dan kedisiplinan untuk mematuhi peraturan dalam berlalu lintas demi terwujudnya kenyamanan dan keselamatan dalam berlalu lintas. d. Pemerintah (Aparatur Kepolisian dan Departemen Perhubungan) diharapkan agar dapat meningkatkan kinerja untuk membantu meningkatkan kedisiplinan dalam berlalu lintas serta memasang marka dan rambu yang harus ada pada persimpangan agar para pengendara dapat dengan tertib mematuhi peraturan dalam berlalu lintas. DAFTAR PUSTAKA [1] Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Jakarta, 1997. [2] Oglesby, Clarkson H dan R. Gary Hicks. Teknik Jalan Raya. Jakarta: Penerbit Erlangga. 1990. 109

[3] Purwadi, Agus Joko dan Mena Saebani. Upaya Meningkatkan Disiplin Berlalu Lintas Dikalangan Pelajar Dan Mahasiswa Dalam Rangka Mensukseskan Program Bengkulu Kota Pelajar. Tugas Akhir. Bengkulu. Universitas Bengkulu. 2008. [4] Peraturan Lalu Lintas. Undang-undang No.22 Tahun 2009. 110