BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang morfologi memang telah banyak dilakukan oleh para ahli bahasa. Penelitian mengenai nomina yang ditinjau dari berbagai segi juga sudah banyak dibahas. Akan tetapi, belum banyak penelitian yang membahas tentang pembentukan nomina dari nomina lain (nomina denomina). Nomina dapat dibentuk dari kelas kata lain dan kelas kata nomina itu sendiri. Namun, hal ini belum banyak mendapat perhatian. Selain itu, penelitian yang membicarakan tentang pembentukan nomina yang berasal dari nomina lain (nomina denomina) yang melibatkan kategori nomina pembentuk nomina, alat-alat morfologis pembentuk nomina serta arti atau makna yang terbentuk dari proses pembentukan nomina tersebut masih jarang dilakukan. Proses pembentukan nomina itu berkaitan erat dengan afiksasi yang tentunya akan menyangkut proses derivasi dan infleksi. Afiksasi dalam pembentukan nomina yang berasal dari nomina lain dapat dilihat pada contoh berikut. (1) Banyak nelayan asing menangkap ikan di perairan Indonesia. (KBBI/2013:22/NDP/D/3) Kata perairan pada contoh (1) di atas merupakan contoh dari afiksasi. Perairan terbentuk dari morfem dasar berupa nomina dasar, yaitu air. Kemudian kata air itu dibubuhi afiks berupa konfiks per-an sehingga menjadi perairan. Secara sederhana proses itu dapat diterangkan dengan: per+air+an. Proses pembubuhan afiks itulah yang disebut dengan afiksasi. Hal ini sesuai dengan yang 1
2 dinyatakan oleh Rohmadi, dkk. dalam bukunya berjudul Morfologi: Telaah Morfem dan Kata (2012: 41) bahwa afiksasi ialah proses pembubuhan afiks pada suatu bentuk baik berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata-kata baru. Telah disebutkan sebelumnya bahwa proses pembentukan nomina dari nomina lain tentunya menyangkut afiksasi yang akan menyangkut pula mengenai derivasi dan infleksi. Berkaitan dengan hal ini, penelitian mengenai derivasi dan infleksi masih jarang dilakukan. Pernyataan mengenai masih jarang dilakukannya penelitian terkait derivasi dan infleksi di atas seperti yang diungkapkan Subroto (2012) dalam halaman pengantar bukunya berjudul Pemerian Morfologi Bahasa Indonesia Berdasarkan Perspektif Derivasi dan Infleksi Proses Afiksasi bahwa pemerian berdasarkan perspektif derivasi dan infleksi terhadap bahasa Indonesia masih dirasakan amat asing. Edi Subroto menambahkan bahwa hal itu dapat dilihat dari minimnya buku-buku linguistik, khususnya morfologi, yang digunakan kalangan mahasiswa di Indonesia. Bahkan dalam bukunya tersebut, Edi Subroto menyebutkan dengan jelas bahwa dalam buku-buku yang digunakan oleh kalangan mahasiswa di Indonesia tersebut tidak dikenal adanya derivasi dan infleksi (Subroto, 2012: vii-viii). Pembentukan nomina yang berasal dari nomina lain dapat menyangkut derivasi dan infleksi. Namun, belum banyak yang mengetahui hal itu dikarenakan masih adanya pandangan bahwa pembentukan nomina yang berasal dari nomina lain hanya bersifat infleksi karena dalam proses pembentukan tersebut tidak terjadi perubahan kelas kata. Pandangan bahwa tidak terjadinya perubahan kelas kata merupakan infleksi sesuai dengan pandangan yang dikemukakan oleh
3 Putrayasa (2008:25) bahwa infleksional adalah proses morfologis karena afiksasi yang menyebabkan terbentuknya berbagai bentukan dengan ketentuan bahwa bentukan tersebut tetap dalam kelas kata yang sama, sedangkan derivasional adalah proses morfologis karena afiksasi yang menyebabkan terbentuknya berbagai macam bentukan dengan ketentuan bahwa bentukan tersebut berubah kelas katanya dari kata dasarnya. Dengan kata lain, masih ada pandangan bahwa derivasi dan infleksi hanya berfokus pada berubah atau tidaknya kelas kata saja. Berkaitan dengan hal di atas sebenarnya meskipun kelas katanya tidak berubah tetapi jika identitas leksikal katanya berubah tetap termasuk derivasi. Pernyataan tentang pembentukan kata yang tidak mengubah kelas kata tetapi jika identitas leksikal katanya berubah tetap termasuk derivasi itu seperti yang diungkapkan Verhaar dalam bukunya berjudul Asas-Asas Linguistik Umum. Verhaar (2010:143) mengungkapkan bahwa fleksi (infleksi) mempertahankan identitas leksikal dari kata yang bersangkutan dalam perubahan morfemis, sedangkan derivasi menghasilkan kata dengan identitas leksikal yang lain. Verhaar menambahkan jika dua kata dengan dasar yang sama termasuk kelas kata yang sama tetapi berbeda maknanya maka kedua kata itu juga berbeda secara leksikal. Oleh karena itu, hal itu tetap disebut derivasi. Penelitian tentang pembentukan nomina dari nomina lain terkait derivasi dan infleksi belum banyak dilakukan seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Kalaupun ada yang telah mengkaji mengenai pembentukan nomina, pembahasan itu belum sampai mengkaji derivasi dan infleksi yang terjadi di dalamnya. Pembahasan itu biasanya hanya membahas tentang pembentukan nomina yang dapat dibentuk melalui, misalnya, afiksasi, reduplikasi, dan sebagainya, belum
4 menyangkut pada derivasi dan infleksi. Adanya penelitian yang mengkaji mengenai pembentukan nomina tetapi belum sampai mengkaji derivasi dan infleksi yang terjadi di dalamnya juga menjadi salah satu landasan dilakukannya penelitian ini. Berikut adalah contoh derivasi dan infleksi. Contoh (2) merupakan contoh derivasi dan contoh (3) merupakan infleksi. (2) Ia bekerja di Kementerian Pendidikan Nasional. (KBBI/2013:902/NDK/D/189) Pada contoh (2) di atas, nomina menteri diderivasikan menjadi kementerian. Meskipun kedua kata tersebut sama-sama termasuk nomina, namun identitas leksikalnya berbeda sehingga termasuk derivasional. Kata kementerian terbentuk dari dua morfem, yaitu morfem dasar menteri dan konfiks ke-an yang berkorelasi dengan ciri arti kompleks atau yang berkaitan dengan D. Jadi, kementerian berarti kompleks atau yang berkaitan dengan menteri dan sistemnya. Berdasarkan penguraian ciri-ciri semantiknya dapat dinyatakan bahwa menteri berciri arti: 1) benda, 2) bernyawa, dan 3) manusia, sedangkan kementerian memiliki ciri arti: 1) benda, 2) tak bernyawa, dan 3) bukan manusia. Kata menteri berarti kepala suatu departemen (anggota kabinet), merupakan pembantu kepala negara dalam melaksnakan urusan (pekerjaan) negara. Kata kementerian berarti pekerjaan (urusan) negara yang dipegang oleh seorang menteri atau lembaga; kantor tempat mengurusi pekerjaan menteri sehingga dapat diartikan pula kompleks atau yang berkaitan dengan menteri dan sistemnya. Jadi, arti dan referen yang diacu kedua kata itu berbeda. Oleh karena itu, peristiwa ini termasuk derivasi. (3) Ia menerima ampunan dari ibunya. (KBBI/2013:54/NDD/I/12)
5 Kata ampunan pada contoh (3) di atas terdiri dari dua morfem, yaitu morfem dasar ampun dan morfem sufiks an. Pada kasus ini, perubahan dari ampun menjadi ampunan termasuk infleksional. Hal ini dapat dilihat berdasarkan arti dan referen yang diacu. Ampun berarti pembebasan dari tuntutan karena melakukan kesalahan/kekeliruan atau maaf dan agunan berarti ampun, maaf, atau pembebasan dari hukuman atau tuntutan juga. Berdasarkan uraian arti leksikal tersebut jelas terlihat bahwa keduanya memiliki arti yang sama dan referen yang diacu pun juga sama. Pembentukan kata dalam suatu bahasa mutlak terjadi. Peristiwa pembentukan kata itu disebut proses morfologis. Hal ini seperti yang diungkapkan Muslich bahwa morfem-morfem yang menjadi anggota kata mengalami pembentukan sebelumnya yang disebut proses morfologis (Muslich, 2014:32). Pembentukan nomina dari nomina lain (nomina denomina) juga termasuk dalam proses morfologis. Dikatakan termasuk proses morfologis karena pembentukan nomina denomina dalam penelitian ini menyangkut afiksasi, dan afiksasi merupakan salah satu proses morfologis. Penulis berasumsi jika pembentukan kata (proses morfologis) dalam suatu bahasa mutlak terjadi, tentu hal ini berperan penting dalam bahasa tersebut. Oleh karena itu, penelitian tentang pembentukan nomina yang berasal dari nomina lain (nomina denomina) ini dilakukan sebagai bagian dari proses morfologis yang diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya kajian di bidang morfologi bahasa Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan dengan harapan agar ada pengembangan kajian tentang pembentukan nomina denomina selanjutnya yang lebih mendalam lagi.
6 Nomina dapat berfungsi sebagai Subjek (S) atau Objek (O) dalam struktur klausa atau kalimat (KBBI, 2013:966). Karena nomina dapat berfungsi sebagai Subjek (S) atau Objek (O) dalam suatu klausa atau kalimat maka dapat dikatakan bahwa nomina merupakan unsur utama yang harus ada dalam sebuah struktur klausa atau kalimat. Tanpa kehadiran nomina, suatu struktur kalimat akan dirasakan kurang sempurna atau bahkan tidak sempurna. Oleh karena itu, nomina memiliki peran yang penting dan menarik untuk dibicarakan. Nomina tidak hanya dapat dibentuk dari kelas kata lain, tetapi dapat dibentuk pula dari nomina itu sendiri, misalnya, kementerian seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Kata kementerian merupakan nomina yang terbentuk dari nomina lain, yaitu nomina dasar menteri yang mendapat afiks berupa konfiks ke-an. Hal serupa dapat dilihat pula pada kata pedesaan. Pedesaan juga merupakan nomina yang berasal nomina lain, yaitu nomina dasar desa yang mendapat afiks berupa konfiks pe-an. Gambaran mengenai analisis pembentukan nomina yang berasal dari nomina lain (nomina denomina) dapat dilihat pada contoh analisis berikut. (4) Uang simpanan itu mendapat anakan 2% sebulan. (KBBI/2013:57/NDD/D/15) Pada contoh (4) di atas, kata bercetak tebal anakan adalah data yang akan dianalisis. Kata anakan merupakan kata yang terdiri dari dua morfem. Morfem yang membentuk kata anakan adalah morfem dasar berupa nomina dasar (Nom. D) anak dan morfem afiks berupa sufiks an. Morfem anak yang sebelumnya memiliki arti manusia yang masih kecil setelah digabungkan dengan sufiks an maka membentuk kata anakan yang memiliki makna berbeda dari dasarnya. Jadi,
7 anakan pada contoh (4) di atas berarti bunga uang/rente. Hal itu dapat dibuktikan dengan menggunakan teknik penggantian atau substitusi berikut ini. (4a) Uang simpanan itu mendapat bunga uang 2% sebulan. (KBBI/2013:57/NDD/D/15) Nomina anakan pada contoh (4) yang terbentuk dari nomina dasar anak dan sufiks an di atas termasuk derivasi. Anak menjadi anakan termasuk derivasi karena identitas leksikal yang dimiliki oleh kedua kata itu berbeda. Kata anak memiliki ciri arti: 1) benda, 2) bernyawa, dan 3) manusia, sedangkan anakan memiliki ciri arti: 1) benda, 2) tidak bernyawa, dan 3) bukan manusia. Jadi, arti dan referen yang diacu oleh kedua kata tersebut berbeda. Oleh karena itu, peristiwa tersebut termasuk derivasi. Penelitian ini akan difokuskan pada pembentukan nomina yang berasal dari nomina lain (nomina denomina) dalam bahasa Indonesia. Data yang digunakan berasal dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Bahasa Edisi Keempat Cetakan Ketujuh tahun 2013 karena data yang ada dalam KBBI tersebut dirasa mampu mewakili data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Selain itu, KBBI Edisi Keempat Cetakan Ketujuh 2013 merupakan KBBI terbaru sehingga daftar kosakata yang termuat di dalamnya juga sudah mencakup seluruh kosakata yang ada dalam bahasa Indonesia, baik kosakata lama maupun kosakata terbaru, tentunya yang masih sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kalimat-kalimat yang di dalamnya terdapat nomina yang dibentuk dari nomina dasar. Pembentukan nomina yang berasal dari nomina lain dapat dibentuk dengan beberapa afiks, yaitu ke-d-an, pe- atau per-d-an, D-wan atau D-wati, D-isme dan D-is, D-isasi, dan D-an. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Edi Subroto dalam
8 bukunya Pemerian Morfologi Bahasa Indonesia: Perspektif Derivasi dan Infleksi Proses Afiksasi (2012) pada halaman daftar isi (hal.x). Namun, penelitian ini hanya akan membahas proses pembentukan nomina denomina ke-d-an, pe- atau per-d-an, dan D-an. Hal tersebut dikarenakan pembentukan nomina denomina dari nomina dasar dengan ketiga afiks tersebut, yaitu ke-d-an, pe- atau per-d-an, dan D-an termasuk cukup produktif, sedangkan afiks lainnya yang telah disebutkan termasuk tidak produktif. Hal itu sesuai yang diungkapkan Edi Subroto dalam bukunya berjudul Pemerian Morfologi Bahasa Indonesia: Perspektif Derivasi dan Infleksi Proses Afiksasi (2012) pada halaman 51-57. Jadi, penelitian ini akan membahas tentang proses pembentukan nomina denomina ke-d-an, pe- atau per-d-an, dan D-an dan akibat yang ditimbulkan karena adanya proses tersebut (terkait derivasi dan infleksi). B. Pembatasan Masalah Agar kajian analisis lebih terarah dan mendalam sesuai tujuan yang ingin dicapai maka penelitian ini penulis batasi pada masalah pembentukan nomina yang berasal dari nomina lain (nomina denomina) dengan afiksasi dalam bahasa Indonesia. Jadi, penelitian ini berbicara dalam lingkup morfologi. Morfologi adalah salah satu studi kebahasaan yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap kelas dan arti kata (Putrayasa, 2008: 3). Dalam bidang morfologi terdapat peristiwa pembentukan kata. Peristiwa pembentukan kata ini disebut proses morfologis. Ada beberapa macam proses morfologis, salah satunya pembentukan kata dengan pembubuhan afiks atau afiksasi. Afiksasi dalam hal
9 nomina denomina berperan sangat penting, terutama afiks dalam penurunan nomina. Afiks dalam pembentukan nomina yang berasal dari nomina lain (nomina denomina) banyak sehingga dalam penelitian ini hanya akan dibatasi pada nomina ke-d-an, pe- atau per-d-an, dan D-an yang dibentuk dari nomina dasar pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Bahasa Edisi Keempat Cetakan Ketujuh. C. Perumusan Masalah Berkaitan dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, masalahmasalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana proses pembentukan nomina denomina ke-d-an, pe- atau per-dan, dan D-an berdasarkan afiks-afiks pembentuknya dalam bahasa Indonesia? 2. Bagaimana makna dan akibat yang ditimbulkan dari adanya proses pembentukan nomina denomina ke-d-an, pe- atau per-d-an, dan D-an dalam bahasa Indonesia terkait derivasi dan infleksi? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan proses pembentukan nomina denomina ke-d-an, pe- atau per-d-an, dan D-an berdasarkan afiks-afiks pembentuknya dalam bahasa Indonesia.
10 2. Mendeskripsikan makna dan akibat yang ditimbulkan dari adanya proses pembentukan nomina denomina ke-d-an, pe- atau per-d-an, dan D-an dalam bahasa Indonesia terkait derivasi dan infleksi. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun praktis. 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini diharapkan mampu memperkaya kajian di bidang linguistik, khususnya bidang morfologi bahasa Indonesia. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi demi pengembangan kajian proses pembentukan nomina yang berasal dari kelas kata lain, khususnya pembentukan nomina yang berasal dari nomina lain (nomina denomina) dengan afiksasi. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan hasil penelitian ini dibagi menjadi lima bab. Uraian garis besar mengenai kelima bab tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. Bab pertama, Pendahuluan, berisi latar belakang masalah yang berkaitan dengan objek penelitian dan alasan penulis memilih penelitian ini dilakukan. Setelah latar belakang masalah dipaparkan pembatasan masalah untuk mengarahkan penelitian sehingga lebih intensif sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Selanjutnya rumusan masalah yang berisi pertanyaan-pertanyaan terkait
11 permasalahan yang ada. Tujuan penelitian mendeskripsikan sasaran yang hendak dicapai dari rumusan masalah. Manfaat penelitian memaparkan manfaat secara teoretis dan praktis, dan sistematika penulisan berisi tentang urut-urutan penulisan untuk mempermudah dan mengarahkan pembaca dalam mengikuti alur penelitian ini. Bab kedua berupa Kajian Pustaka dan Kerangka Pikir. Bab ini berisi tinjauan studi terdahulu yang merupakan hasil penelitian sebelumnya yang mirip dan sudah ada. Bagian ini juga berisi beberapa teori yang berhubungan dengan masalah yang akan dikaji dan dipakai sebagai landasan teori dalam menganalisis data. Selain itu, bagian ini berisi kerangka pikir. Bab ketiga Metode Penelitian. Metode penelitian meliputi jenis penelitian yang memaparkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian. Kedua, data dan sumber data yang menjelaskan tentang asal atau sumber data yang diperoleh oleh penulis. Ketiga, metode dan teknik pengumpulan atau penyediaan data yang menjelaskan cara pemerolehan data oleh penulis. Keempat, klasifikasi data. Kelima, metode dan teknik analisis data, bagian ini memaparkan bagaimana data dalam penelitian ini dianalisis, dan terakhir adalah penyajian hasil analisis data. Bab keempat berupa Analisis Data yang berisi hasil analisis data dan pembahasan mengenai proses pembentukan nomina denomina ke-d-an, D-an, dan pe- atau per-d-an dalam bahasa Indonesia dan akibat yang ditimbulkan oleh proses pembentukan nomina denomina tersebut. Bab kelima berupa Penutup. Bab ini berisi simpulan sebagai gambaran secara ringkas dari hasil analisis penelitian dan pembahasannya. Selain itu, dalam bab ini berisi saran yang berkaitan dengan kemungkinan dilanjutkannya penelitian
12 tentang nomina denomina ini. Pada bagian akhir juga disampaikan daftar pustaka dan lampiran-lampiran data yang menjadi bahan analisis.