BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi yang sedang terjadi di dunia sekarang ini berusaha menghilangkan peran batas negara sehingga diharapkan setiap negara dapat membangun kerjasama dengan lebih baik tanpa ada hal yang membatasi. Dengan tidak adanya batas antar negara tersebut maka negara-negara di dunia yang perekonomiannya maju diharapkan dapat membantu pertumbuhan perekonomian negara lain yang kurang maju untuk menjadi lebih maju. Tetapi tidak ada batas tersebut juga dapat mempunyai dampak yang buruk terhadap perekonomian suatu negara, karena jika ada negara yang perekonomiannya jatuh maka dapat mempengaruhi negara-negara lain secara global juga, dan pada akhirnya muncul masalah baru yaitu krisis finansial global. Krisis finansial global yang terjadi pada tahun 1997 memberikan dampak yang sangat besar terhadap perekonomian Indonesia khususnya perbankan Indonesia. Pada saat krisis tersebut banyak perbankan yang menutup usahanya, salah satunya dikarenakan banyak yang tidak mempunyai modal yang cukup untuk membiayai operasional banknya. Penutupan beberapa bank membuat masyarakat kehilangan kepercayaannya terhadap perbankan Indonesia yang akhirnya dapat mengganggu kestabilan perekonomian Indonesia. Biaya untuk memperbaiki kestabilan perekonomian Indonesia akibat krisis keuangan tersebut tidak sedikit bahkan jumlahnya sangat besar. Biaya tersebut sangat besar karena digunakan untuk memberikan bantuan modal (rekapitalisasi) kepada perbankan 1
Indonesia yang dikategorikan cukup sehat yang mempunyai GWM positif mendekati 4% dan ada jaminan bahwa bank yang dibantu tersebut akan mampu meningkatkan kinerjanya. Bantuan modal tersebut membuat Capital Adequacy Ratio bank meningkat sehingga diharapkan bank dapat tetap bertahan dan beroperasi dalam menghadapi krisis finansial yang terjadi. Krisis finansial global terjadi kembali pada tahun 2008, yang diawali dengan krisis finansial Amerika Serikat pada tahun 2007 karena jatuhnya Lehman Brothers. Krisis tersebut turut dirasakan oleh kondisi perekonomian Indonesia sebagai negara yang berpartisipasi dalam perdagangan international. Hal tersebut ditunjukkan dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pada tahun 2007 sebesar 6,3% turun menjadi 6,1% pada tahun 2008 dan juga melemahnya nilai kurs Rupiah terhadap valuta asing yang menembus level Rp.11,000.- pada akhir tahun 2008 seperti terlihat pada grafik dibawah ini: Grafik 1.1. Pergerakan kurs Rupiah terhadap USD Sumber: diolah dari www.bi.go.id 2
Krisis finansial tersebut juga memberikan pengaruh pada pergerakan inflasi Indonesia yang mengalami peningkatan yang tajam pada triwulan III-2008 hingga mencapai level 12,14% seperti terlihat pada grafik dibawah ini: Grafik 1.2. Pergerakan inflasi di Indonesia Sumber: diolah dari www.bi.go.id Melemahnya nilai kurs rupiah terhadap valuta asing tersebut disebabkan karena banyaknya investor asing di Indonesia yang menarik uangnya dalam bentuk valuta asing khususnya dollar sehingga menyebabkan dollar menjadi langka. Selain itu, menurunnya kepercayaan terhadap pasar dalam negeri membuat permintaan dollar meningkat secara signifikan sehingga kurs rupiah makin melemah. Rupiah yang terdepresiasi ini menyebabkan tingginya inflasi dan banyak perusahaan yang kesulitan dalam usahanya sehingga banyak debitur yang tidak mampu membayar hutang dan bunganya ke bank serta banyak masyarakat juga menarik tabungannya untuk dipindahkan ke bank lokal yang berkualitas tinggi atau ke bank asing di dalam negeri. Hal tersebut menyebabkan banyak bank mengalami kesulitan likuiditas. 3
Oleh karena itu, dalam menghadapi krisis finansial global ini, Bank Indonesia sebagai bank sentral berusaha menghindari terjadinya krisis finansial yang berkepanjangan di Indonesia karena hal tersebut dapat memberikan pengaruh negatif terhadap perekonomian di Indonesia khususnya di bidang perbankan seperti yang terjadi pada krisis finansial di tahun 1997. Pada krisis finansial 1997, banyak bank yang dilikuidasi, di take over dan di rekapitalisasi karena kurangnya modal minimum bank. Belajar dari krisis 1997 tersebut maka Bank Indonesia membuat beberapa kebijakan yang berkaitan dengan perbankan Indonesia untuk meminimalisir terjadinya masalah di dalam perbankan Indonesia yang dapat menyebabkan berkurangnya kepercayaan masyarakat di Indonesia untuk menyimpan uangnya di bank. Dengan kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan Indonesia sehingga bank dapat tetap bertahan dan mempunyai tingkat kesehatan bank yang sangat baik meskipun krisis global terjadi. Salah satu kebijakan yang dibuat adalah kebijakan yang memperhatikan permodalan bank dalam rangka untuk meningkatkan kesehatan dan ketahanan perbankan. Tingkat kesehatan bank tersebut umumnya ditunjukkan melalui rasiorasio laporan keuangan yang diterbitkan oleh setiap bank. Rasio-rasio laporan keuangan tersebut mempunyai peran yang penting dalam mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dan juga dapat memprediksi kelangsungan usaha bank (Christanti, 2008). Bank Indonesia mewajibkan semua bank yang mengelola dana masyarakat untuk selalu melakukan transparancy kepada masyarakat melalui 4
publikasi laporan keuangan tersebut sehingga masyarakat dapat menilai tingkat kesehatan bank dan tidak terjebak pada bank yang tidak sehat. Pada krisis global di tahun 1997, pemerintah melakukan Program Rekapitalisasi (bantuan modal) kepada perbankan dengan tujuan untuk menyehatkan sektor perbankan yang terkena dampak dari krisis global tersebut. Dengan tingkat kesehatan perbankan yang baik diharapkan perbankan juga dapat meningkatkan kinerjanya sehingga dapat bertahan dalam menghadapi setiap krisis keuangan termasuk krisis keuangan global di tahun 2008. Meskipun banyak perbankan di Indonesia, tetapi program rekapitalisasi pada tahun 1998 tersebut tidak diberikan kepada semua bank. Program tersebut hanya diberikan kepada bank yang bermasalah yang masuk dalam Bank katagori B dengan CAR kurang dari 4% sampai dengan minus 25% dan mempunyai jaminan ke depannya bahwa kinerjanya dapat ditingkatkan serta disyaratkan untuk menambah modal sekurangkurangnya 20% untuk mencapai CAR 4% yang saat itu merupakan syarat yang ditetapkan Bank Indonesia untuk dapat beroperasi di Indonesia. Sedangkan bank yang mempunyai tingkat kesehatan yang baik yaitu CAR di atas 4% tidak boleh mengikuti program tersebut karena pemerintah yakin bahwa bank yang sehat tersebut dapat tetap meningkatkan kinerjanya dan juga dapat bertahan menghadapi krisis global setiap saat. Sebelum pemerintah memutuskan kebijakan program rekapitalisasi tersebut, banyak pihak yang meragukan bahwa program tersebut dapat membantu menyehatkan bank untuk meningkatkan kinerjanya di masa mendatang dan membuat bank bertahan dalam krisis global setiap saat. Hal tersebut dikarenakan 5
rekapitalisasi tersebut membutuhkan biaya yang besar dan tidak sedikit dengan resiko yang harus ditanggung baik oleh pemerintah, masyarakat dan bank itu sendiri jika program tersebut gagal. 1.2 Rumusan Masalah Harapan dari masyarakat pada bank di Indonesia adalah bank mampu bertahan terhadap setiap krisis ekonomi yang dapat terjadi kapan saja dan dimana saja sehingga masyarakat dapat merasa aman untuk menyimpan dananya di bank. Bank Indonesia membuat beberapa kebijakan untuk melindungi perbankan Indonesia dari krisis. Melalui beberapa kebijakan diharapkan perbankan di Indonesia dapat mempertahankan kinerjanya dan juga tingkat kesehatannya sehingga dapat menjadi lembaga terpercaya bagi masyarakat. Salah satu kebijakan pemerintah adalah melakukan program rekapitalisasi pada perbankan di tahun 1998, dengan tujuan untuk menyelamatkan perbankan dari krisis global 1997. Meskipun awalnya program rekapitalisai diragukan banyak pihak tetapi ternyata bantuan modal dari pemerintah tersebut benar-benar membuat perbankan yang di rekapitalisasi dapat tetap bertahan dalam krisis global 1997 tersebut. Pada tahun 2008 terjadi lagi krisis keuangan global yang juga berdampak pada perbankan Indonesia, baik bank yang di rekapitalisasi maupun non-rekapitalisasi. Keraguan berbagai pihak atas kebijakan pemerintah di tahun 1998 dalam program rekapitalisasi tersebut membuat peneliti merasa tertarik untuk meneliti kondisi kesehatan perbankan Indonesia saat krisis global yang terjadi kembali di tahun 2008 dengan mengevaluasi kinerja keuangan perbankan Indonesia yang pernah direkapitalisasi dan yang tidak pernah di 6
rekapitalisasi oleh pemerintah dengan periode sebelum dan setelah krisis global tahun 2008. Dengan membandingkan kinerja keuangan bank yang direkapitalisasi dan yang tidak direkapitalisasi (non rekapitalisasi) maka dapat dilihat bahwa kebijakan pemerintah terutama untuk program rekapitalisasi tersebut memang benar-benar bermanfaat bagi perbankan itu sendiri. Dan akhirnya perbankan sebagai lembaga keuangan yang merupakan mediator antara debitur dan kreditur dapat memperoleh kepercayan dari masyarakat sehingga sistem keuangan Indonesia tetap stabil. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan masalah tersebut, timbul beberapa pertanyaan yang menarik, yaitu: 1. Bagaimanakah kinerja bank yang direkapitalisasi sebelum dan setelah krisis global tahun 2008? 2. Bagaimanakah kinerja bank yang tidak direkapitalisasi sebelum dan setelah krisis global tahun 2008? 3. Apakah kinerja bank yang direkapitalisasi lebih baik dari kinerja bank yang tidak direkapitalisasi? Melalui beberapa pertanyaan kecil tersebut maka timbul pertanyaan besar yang menarik untuk dilakukan penelitian, yaitu: Apakah kebijakan rekapitalisasi pemerintah setelah krisis global di tahun 1997-1998 membuat kinerja perbankan lebih baik dan dapat bertahan saat menghadapi krisis global lagi di tahun 2008? 7
1.4 Tujuan Penelitian - Untuk mengevaluasi kinerja keuangan bank yang di rekapitalisasi dan tidak di rekapitalisasi sebelum dan setelah krisis ekonomi global tahun 2008. - Untuk melihat kemampuan bank di Indonesia dalam mengantisipasi krisis finansial global yang dapat terjadi kapan pun dan tanpa terduga sehingga bank dapat tetap menjaga likuiditasnya dan memperoleh kepercayaan dari masyarakat serta beroperasi untuk jangka panjang. 1.5 Manfaat Penelitian - Dapat membantu memberikan informasi mengenai kinerja keuangan perbankan di Indonesia sesudah krisis global bagi masyarakat serta pihak-pihak lain yang berkepentingan seperti investor. - Masyarakat dapat melihat bagaimana perubahan pergerakan kondisi keuangan perbankan di Indonesia setelah krisis ekonomi global tersebut dan kemampuan perbankan di Indonesia dalam menghadapi krisis ekonomi global. - Dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi pihak-pihak yang mau mengadakan penelitian tentang perbankan. 1.6 Batasan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data rasio keuangan pada periode 2005-2011 dengan jumlah sampel sebanyak delapan bank di 8
Indonesia. Sampel bank tersebut diambil dengan teknik purposive sampling yaitu sampel yang diambil berdasarkan beberapa karakteristik tertentu yaitu bank yang direkapitalisasi dan tidak direkapitalisasi pada krisis global tahun 1997-1998. Jumlah sampel yang diambil adalah delapan bank dengan 4 (empat) bank yang mewakili bank yang direkapitalisasi dan 4 (empat) bank yang tidak direkapitalisasi yang terdiri dari bank swasta dan terdaftar (listed) di bursa saham. 1.7 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai kinerja keuangan perbankan sebelum dan setelah krisis global telah dilakukan oleh beberapa orang dengan menggunakan data perbankan dan analisis yang berbeda-beda. Untuk mengukur kinerja keuangan perbankan, umumnya penelitian dilakukan dengan menggunakan data rasio keuangan. Beberapa penelitian yang dilakukan tersebut memberikan hasil yang beragam tergantung dari data dan analisis yang digunakan. Banyak penelitian mengenai tingkat kesehatan bank yang dilakukan melalui evaluasi kinerja keuangan dengan menggunakan rasio keuangan. Dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan DEA-MALMQUIST, Abidin dan Cabanda (2006) mengevaluasi kinerja keuangan perbankan di Indonesia sebelum dan sesudah masa krisis keuangan. Hasilnya adalah evaluasi kinerja keuangan mempunyai hasil yang konsisten dengan analisis DEA-MALMQUIST dimana kinerja bank asing lebih daripada bank domestik (pemerintah dan swasta). Yulianto (2010) membandingkan kinerja perbankan konvensional dan syariah sebelum dan saat krisis finansial global tahun 2006-2009 melalui beberapa rasio keuangan dengan alat uji T- test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank 9
Syariah lebih liquid dibandingkan bank konvensional dan lebih mampu menghadapi krisis global sekarang ini maupun di masa mendatang. Christanti (2008) yang menganalisis kinerja bank sebelum dan sesudah rekapitalisasi juga melakukan penelitian dengan menggunakan rasio-rasio keuangan untuk bank Go-public rekap sebelum dan sesudah program rekapitalisasi itu dijalankan. Rasio-rasio keuangan yang digunakan adalah CAR (Capital Adequacy Ratio), RORA (Return On Risked Asset), NPM (Net Profit Margin), ROA (Return On Asset), BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional), LQ1 (Kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar, LQ2 (Kredit terhadap dana yang diterima). Pengujian menggunakan alat uji yaitu Wilcoxon s Signes Rank Test. Hasil analisisnya disimpulkan CAR, NPM dan LQ2 merupakan rasio yang mempunyai perbedaan yang signifikan sedangkan RORA, ROA, BOPO, LQ1 tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, maka rasio-rasio keuangan yang dipublikasikan dalam laporan tahunan keuangan bank akan digunakan juga dalam penelitian ini untuk mengevaluasi kinerja keuangan dari bank-bank yang telah direkapitalisasi dan tidak direkapitalisasi pada periode 2005-2011. 1.8 Metode Penelitian Penelitian menggunakan data kuantitatif yaitu kinerja keuangan perbankan di Indonesia yang di analisis melalui beberapa rasio yang terdapat dalam laporan keuangan tahunan bank. Kinerja keuangan perbankan yang digunakan untuk di analisis dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan tahunan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2011. 10
Dari populasi perbankan di Indonesia diambil beberapa sampel dengan teknik purposive sampling yaitu sampel yang diambil berdasarkan karakteristik tertentu, yaitu bank yang direkapitalisasi dan tidak direkapitalisasi pada krisis global tahun 1997-1998. Jumlah sampel yang diambil adalah 8 (delapan) bank dengan 4 (empat) bank yang mewakili bank yang direkapitalisasi dan 4 (empat) bank yang tidak direkapitalisasi yang terdiri dari bank swasta dan yang listed di bursa saham. Rasio Keuangan dalam penelitian ini diklasifikasikan ke dalam empat klasifikasi besar, yaitu Rasio Kecukupan Modal (Capital) menganalisis Capital Adequacy Ratio (CAR), Rasio Kualitas Aktiva (Assets) menganalisis Non Performing Loan (NPL), Rasio Rentabilitas (Earnings) menganalisis Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional), dan Rasio Likuiditas (Liquidity) menganalisis Loan to Deposit Ratio (LDR). 11